TTA : 01

12.5K 619 16
                                    

                    

                 ✺𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜✺

Seorang gadis berjalan menyusuri koridor sekolah dengan wajah datar andalannya, tidak jarang gadis itu mengangguk pelan saat ada beberapa orang menyapanya. Rambut hitam sepunggung yang di ikat menjadi satu dan wajah cantik putih bersih sangat pas dengan almater maron khusus anggota OSIS yang saat ini melekat di badanya.

“Pagi, kak Deva.” sapa Lusi saat melihat wakil ketua osis itu melewatinya.

“Hm,”

Devara Roseline, wakil ketua osis Sma garuda bangsa, banyak penghargaan yang sudah ia raih, oleh karena itu Deva menjadi murid kesayangan sekaligus kebanggaan guru-guru. Tidak seperti kebanyakan orang yang akan di cibir oleh temannya entah itu dengan alasan sok baik, sok suci atau mencari muka berbeda dengan Deva yang selalu menjadi panutan siswa-siswi garuda bangsa.

Deva itu cuek namun perhatian, tegas pada semua orang sekalipun itu pada anggota osis yang semena-mena, bukan bermaksud untuk menghina anggota osis namun banyak bukan? anggota osis yang selalu ngerasa benar dan ngelanggar seolah dia dikecualikan dari peraturan sekolah.

Langkah Deva memasuki perpustakaan dan menghampiri Arshal Sabiru Narendra, partner nya atau bisa kita sebut sang ketua osis garuda bangsa. Berbeda dengan Deva yang sedikit memiliki aura bersahabat, Arshal spesis manusia yang berbicara dengan datar dan menyeramkan andalannya.

“Hari ini tugas kamu yang keliling, seperti yang kemaren kamu bilang kita tukeran jadwal,” ucap Deva pada Arshal yang saat ini masih sibuk mencari buku pilihannya.

Deva menatap punggung Arshal yang saat ini masih membelakangi nya tatapan gadis itu datar seperti biasa namun berbeda dengan hatinya yang memanas berdegup kencang, Deva memiliki dua sahabat, Nela dan Aura. Semua orang tau seberapa bucinnya Aura pada Arshal sekalipun cowok itu selalu menolaknya dengan tegas.

Deva ingin Arshal mengetahui perasaannya namun dia takut berakhir seperti Aura dan terlebih dia tidak ingin menyakiti Aura, menyukai orang yang sama dengan sahabat bukanlah hal yang baik, lebih baik dia memendam cinta nya itu.

Kedua orang itu sibuk dengan dunia masing-masing, Arshal dengan jejeran buku di depan nya dan Deva dengan lamunannya. Kedua orang itu tidak ada yang menyadari kipas angin tepat di atas Deva hampir jatuh hingga.

Brakh

Suara benda jatuh itu langsung membuat Arshal menoleh dengan cepat, tubuhnya menegang kaku melihat Deva terbaring dengan darah mengalir deras dari kepala gadis itu. Kerena suara benda jatuh yang sedikit nyaring membuat beberapa orang datang untuk melihat apa yang terjadi, dan hal itu langsung membuat Arshal tersadar lalu menghampiri Deva mengangkat gadis itu sambil berlari dan teriak menyuruh orang-orang menyingkir.

....

Ada sekitar enam orang yang saat ini menunggu oprasi Deva dengan cemas.

“Lebih baik lo ganti baju dulu, Shal.” ujar Niko pada Arshal saat melihat seragam temannya itu dilumuri dara Deva.

Arshal menggeleng pelan “Dia harus sadar, ko.” ujar Arshal Lirih “karena dia belum mengetahui perasaan gue sama dia.”

Niko menoleh menatap Arshal yang tengah menahan air mata yang hendak keluar dari matanya, jika ini bukan situasi mencekam dia sudah mengabadikan momen ketosnya yang dingin itu menangis.

Walaupun suara Arshal pelan namun karena keadaan sunyi, gadis berambut pendek yang tengah berdiri di belakang cowok itu menegang kaku saat mendengar nya. “mending kita duduk disana dulu, Ra.” ujar Nela menunjuk kursi di belakang nya.

....

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat gadis yang tengah tertidur lelap mengerjabkan mata, dia menatap sekitar yang terasa asing, sebuah kamar nuansa krem dan putih dengan furnitur mahal.

Netra gadis itu tertuju pada lampu tidur dengan tulisan Zora Aurelia Jinan, “jadi semua ini nyata?” gumamnya pelan.

Sebelum bangun tadi dia sempat bertemu seorang gadis remaja seusianya di mimpi, gadis itu mengatakan ‘ragamu mati, jiwamu hidup. Sedangkan aku sebaliknya, karena itu aku merelakan ragaku untuk mu.’ bahkan gadis itu juga sempat mengatakan dia hidup didunia novel yang pernah Deva baca.

Untuk memastikan sesuatu Deva mengambil cermin kecil di atas nakas dan benar saja didalam pantulan cermin itu bukan wajahnya, melainkan seorang gadis dengan pahatan wajah sempurna dan rambut hitam legam yang bagian dalam nya diberi pewarna biru, satu kata untuk gadis itu

Perfect.

Deva mencoba mengingat kembali novel yang saat ini dia masuki dengan judul Sagara. Saga Lewis Camelio, pemuda jakung berwajah tampan bak Dewa dalam mitologi Yunani. Menjabat sebagai ketua geng besar di sekolahnya.

Caramel Dwita, gadis yang berlahan masuk kedalam hidup Saga, Ara dengan sejuta rahasia nya mempu mengobrak-abrik hati Saga, tidak seperti kebanyakan novel dengan pemeran utamanya yang menye-menye Ara gadis tangguh yang senggol bacok. Tujuan Ara hanya satu, balas dendam atas kematian pacarnya yang tak lain adalah Bian, ketua geng musuh.

Namun setelah cukup lama mengenal Saga pandangan Ara berubah tentangnya, percintaan antara saga dan Ara penuh lika-liku sebelum mencapai ending yang bahagia.

Itu sedikit spoiler yang Deva ingat tentang novel yang saat ini dia masuki, sedangkan raga yang saat ini ia tempati merupakan kembaran antagonis wanita yang hanya muncul saat memperkenalkan sang antagonis wanita.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kembali terdengar membuat Deva kembali tersadar, “masuk,” setelah mengatakan itu seorang wanita dengan seragam pelayan muncul di balik pintu.

“Nona Zora, nyonya Eliza tadi kembali menelphone dan menitipkan pesan untuk membujuk anda kembali ke negara I,”

“negara i?” tanya Deva memastikan, yang langsung di balas anggukan oleh pelayan itu.

Deva tanpak berpikir sebelum akhirnya mengangguk menyetujui, negara i adalah tempat dimana alur novel nya berlangsung, sedangkan jika tidak salah ingat saat ini dia berada di La, sebab dijelaskan didalam novel kembaran Zela pindah ke La saat gadis itu kelas tiga smp, alasan kepindahannya juga tidak dijelaskan.

Sebenarnya Deva tidak ingin ikut campur didalam novel namun didalam mimpi itu Zora sempat mengungkapkan permintaan terakhir nya, dia ingin Deva menyelamatkan Zela dari takdir nya yang akan mati di tangan male lead.

Ting

Suara notifikasi masuk membuat Deva mencari asal suara, hingga dia menemukan handphone di bawah bantal, gadis itu segera membuka tanpa berpikir panjang. Hanya ada sekitar sepuluh kontak dan satu nomor yang telah diblokir, lalu dia membuka galeri disana hanya terdapat satu foto keluarga dan sekitarnya seribu lebih foto langit dan awan yang mampu membuat gadis itu tersenyum, ternyata dia dan Zora memiliki kesukaan yang sama.

“Arshal.” gumamnya pelan, selalu begitu. Jika membahas langit Deva akan selalu mengingat pemuda itu.


Transmigrasi Twins AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang