Albiru melangkah masuk ke kamarnya, sebuah ruangan yang luas dan gelap. Udara di dalamnya terasa dingin, berbau kayu cendana. Kamar itu dipenuhi dengan perabotan berbahan kayu gelap yang kokoh, memberi kesan klasik dan maskulin. Dindingnya dilapisi dengan panel kayu berwarna abu-abu gelap, menciptakan suasana yang suram dan misterius. Sebuah jendela besar berbingkai kayu gelap menghadap ke taman belakang yang luas, namun tirai tebal menutupinya rapat-rapat, membuat ruangan semakin gelap.
Cahaya redup dari lampu dinding menerangi ruangan, menciptakan bayangan-bayangan aneh yang menari-nari di dinding. Di tengah ruangan, berdiri sebuah ranjang berukuran besar yang dilapisi dengan seprai berwarna hitam pekat. Di samping ranjang, terdapat sebuah nakas kayu yang dihiasi dengan ukiran rumit. Di atas nakas, terdapat sebuah lampu meja dengan bentuk unik dan sebuah kubus kecil yang terlihat seperti rubik.
Albiru meletakkan tasnya di lantai, lalu melangkah menuju kamar mandi yang berada di sudut ruangan. Pintu kamar mandi terbuat dari kayu gelap yang kokoh, dengan pegangan berukir yang menonjol. Dia membuka pintu dan melangkah masuk.
Uap air hangat mengepul di udara, menciptakan suasana yang menenangkan. Kamar mandi itu dipenuhi dengan ubin marmer berwarna hitam dan putih, yang berkilauan di bawah cahaya lampu sorot. Di tengah ruangan, terdapat bak mandi yang besar, terbuat dari batu marmer yang dingin. Di samping bak mandi terdapat sebuah shower dengan pancuran air yang kuat.
Albiru membuka pakaiannya dan melangkah masuk ke dalam bak mandi. Air hangat membasahi tubuhnya, menghilangkan rasa lelah dan tegang yang menyelimuti tubuhnya. Dia menutup matanya dan menikmati sensasi air hangat yang menenangkan.
Beberapa menit kemudian, dia keluar dari bak mandi. Dia mengeringkan tubuhnya dengan handuk putih tebal yang lembut. Handuk itu hanya menutupi setengah badannya, memperlihatkan otot-otot perutnya yang kekar dan terdefinisi dengan jelas. Rambutnya yang basah membuat radar ketampanannya bertambah, memancarkan aura maskulin yang kuat.
Dia melangkah keluar dari kamar mandi, dia sudah mengenakan kaos putih dan berjalan menuju nakas di samping ranjang. Dia mengambil kubus kecil yang terlihat seperti rubik dan memutarnya dengan lihai. Jari-jarinya bergerak dengan cepat dan tepat, memutar kubus itu dengan gerakan yang terampil. Setelah beberapa saat, dia meletakkan kembali kubus itu di tempat semula.
Tak lama kemudian, ranjang tidurnya bergerak otomatis, memperlihatkan tangga panjang yang tersembunyi di bawahnya. Albiru menuruni tangga, dan ranjang kembali tertutup seperti semula.
Dia sampai di sebuah ruangan yang cukup luas, tersembunyi di bawah ranjangnya. Dinding dan beberapa lemari dipenuhi dengan senapan, pisau, dan senjata lainnya. Langkah Albiru berhenti di sebuah papan yang menampilkan foto-foto dan tulisan. Beberapa foto dicoret dan ditusuk dengan pisau, bahkan ada satu foto yang dahinya telah berlubang akibat tembakan.
Tatapan Albiru terhenti pada sebuah foto wanita paruh baya yang tampak cantik. Dia mengusap tangannya pada wajah di foto itu.
“Ma, aku akan segera menemukanmu, akan kupastikan wanita itu menderita sehingga membuat nya tidak ingin hidup lagi.” Tangan pria itu mengepal, emosi membara dalam dirinya. “Berani-beraninya wanita murahan itu menyamar menjadi kamu.”
Albiru menyunggingkan senyum sinis. “Alea Zenlis, sepertinya aku harus membuatmu merasakan ketajaman pisauku lagi.” Ada kilatan emosi di matanya. “Jalang, ibu dan anak sama-sama jalang.”
Alina Octa, wanita yang tadi dia temui, adalah Alina Octa, kakak kembar dari Noran Octa, mamanya. Sejak dua tahun lalu, mamanya diculik oleh Alina, dan wanita serakah itu malah menyamar menjadi mamanya. Sementara Alea Zenlis adalah putri luar nikah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Twins Antagonis
FantasiDevara Roseline, di anugerahi wajah cantik, cukup terkenal karena kepintarannya, menjadi kesayangan para guru, pelit ekspresi dan menjabat sebagai wakil ketua osis. Zora Aurelia Jinan, adalah kembaran antagonis yang tidak pernah muncul di dalam nov...