BAB 1

17 7 6
                                    

20 April 1986

" Happy birthday Jagoan kami, mau apa dari papah dan mamah? " Ucap Alya sembari mencium kedua pipi anaknya Jay yang berada di gendongan papah Jami.

" Jay mau anak kucing, bolehkan mah? " Jawab Jay dengan antusias.

" Tentu saja, ayo kita pergi mencari anak kucing yang kamu mau " ucap Jami.

Mendengar jawaban dari sang papah tentu saja Jay merasa sangat senang, siapapun yang melihat senyumannya pasti ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan.

.
.
.

Di perjalanan, mereka bertiga berbincang-bincang di dalam mobil. Sesekali terdengar suara tawa dari ketiga orang tersebut, sungguh keluarga yang harmonis.

Setelah sampai di tujuan, Jay langsung memasuki tempat penjualan kucing dengan berlari tidak sabaran untuk memilih kucing yang akan dia pelihara. Melihat itu Jami dan Alya hanya dapat menggelengkan kepala melihat tingkah laku putra kesayangan mereka sembari ikut masuk ke dalam toko tersebut.

" Woahh, kucing disini banyak banget mah, Jay bingung mau pilih yang mana. " Ucap Jay kagum.

Mendengar itu Alya tersenyum lalu mengelus pucuk kepala Jay penuh sayang.
" Gimana kalo Jay pelihara yang abu abu ini, lucu banget kan mata nya juga persis kaya mata kamu. "

" Mama benar, Oke Jay pelihara yang ini. Papahhh Jay mau ini ayo beliin Jay yang ini ya pah " Jay menggoyang-goyangkan tangan Jami yang sedang di gandeng nya.

Kedua orang tua Jay tertawa melihat tingkah laku Jay yang sangat menggemaskan, akhirnya mereka membeli kucing berwarna abu abu tersebut.

" Nah kucing yang Jay mau udah dapet, gimana kalo untuk merayakan ulang tahun Jay kita jalan-jalan ke pantai aja? "

" Woahh Jay suka pantai "

Akhirnya, mereka memutuskan sebelum pulang ke rumah untuk pergi ke pantai terlebih dahulu dengan maksud merayakan hari kelahiran Jay.

Di perjalanan menuju pantai canda tawa mengisi mobil milik keluarga Jay, dan sesekali Jay merasa kesal karena di jahili sang papah dan mengadu kepada mamah nya. Tanpa mereka sadari, sedari tadi mobil mereka sedang di ikuti.

Sesampainya di pantai, mereka berjalan beriringan menuju tepi pantai dan sesekali mengambil foto untuk kenang kenangan.

Kebahagiaan itu tak berlangsung lama, saat suara tembakan yang terdengar di sekitar pantai.

Mendengar hal tersebut Alya dan Jami tentu saja panik, takut jika putra kesayangan mereka terkena tembakan.
Belum sempat untuk melarikan diri dua peluru mengenai Alya dan Jami yang melindungi Jay anak mereka.

" J-jay, jangan nakal ya nak, kamu harus jadi anak yang baik. Mamah sayang Jay, maaf in mamah dan papa gabisa nemenin kamu sampai kamu dewasa nanti " ucap Alya di saat terakhirnya.

Jami dan Alya menghembuskan nafas terakhir sambil memeluk putra mereka dengan erat.

Jay menangis dengan kencang sambil berteriak meminta tolong. Sungguh malang nasib Jay kecil harus kehilangan keluarga yang selalu memberi kehangatan di setiap saat kepadanya. Apalagi dia harus menyaksikan kematian kedua orangtuanya tepat di hadapannya sendiri.

Setelah pemakaman orang tuanya, Jay jadi sering melamun dan mengurung diri di kamarnya.

" Jay ayo keluar, Paman bawain makanan kesukaan kamu. " Ucap seorang pria yang berdiri di depan pintu kamar Jay, pria tersebut adalah Arga adik dari Jami papah jay. Karena umur Jay belum mencukupi untuk mengurus perusahaan papah nya, Arga lah yang di tugaskan untuk melanjutkan perusahaan Jami sampai umur Jay cukup untuk mewarisi perusahaan papah nya tersebut.

Karena tak ada jawaban dari keponakannya, Arga panik dan mendobrak pintu kamar Jay dengan kencang. Betapa terkejutnya Arga melihat Jay pingsan di samping kucing kesayangannya.

Tanpa pikir panjang Arga pun menggendong Jay membawanya ke rumah sakit terdekat.

" Bagaimana keadaan keponakan saya dok? " Ucap Arga masih dalam kondisi panik.
" Keponakan Anda baik-baik saja. Dia hanya kekurangan nutrisi dan sepertinya dia mengalami syok yang cukup parah, sebaiknya anda sesekali bermain ke taman atau ke tempat tempat yang bisa membuat fikirannya tenang. " Jawab dokter tersebut.

Arga lega mendengar bahwa keponakannya baik baik saja, tapi dia juga merasa kasihan terhadap Jay yang mengalami syok berat akibat hal yang menimpanya di umur yang masih sangat kecil.

Setelah Jay siuman, dia hanya diam. Bahkan saat Arga menceritakan banyak hal kepadanya dia hanya menatap Arga tanpa minat sedikitpun.

Arga sedih melihat kondisi keponakannya tersebut dan berinsiatif untuk mengajak Jay ke taman di sekitar rumah sakit.

" Jay, kamu tunggu disini ya... Paman mau beli minum bentar. Jangan kemana-mana inget! " Ucap Arga dan berlalu menjauh.

Sepeninggalan Arga Jay hanya diam menatapi bunga dan kupu-kupu di bawah pohon. Tapi seperti ada suara anak kecil yang mengganggu fokus Jay melihat kupu-kupu tersebut.

Karena penasaran dengan siapa pemilik suara itu. Jay pun berjalan memutari pohon tersebut mencari sumber suara. Saat mengitari pohon tersebut, Jay kaget melihat seorang anak kecil berlesung pipi menangis sesegukan sendirian dengan muka yang memerah.

" Hey kenapa kamu menangis?? "














Tbc

7 Bintang JumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang