Bab 1

14 4 0
                                    

'Mungkin ini awal dan akhirnya kita bertemu'
-Renza Shauqi

Sedari sore hujan mengguyur kota Peri. Para penikmat konser seakan sedang bersedih, dengan keadaan yang tengah dilanda hujan yang teramat deras.

Walau hujan badai sekalipun fans berat tetap akan pergi pada awal jauh sebelum acara dimulai. Karena disana tidak hanya konser yang tersedia, bahkan beberapa wahana berjajar mengelilingi lapangan konser.

"Jadikan bro nonton konser?" tanya Rauf, menepuk bahu milik Renza yang bertubuh atletis itu.

Renza mengangguk. Sebenarnya Rauf mengajak pacarnya juga, tapi kasihan melihat temannya nanti akan sendirian. Tidak apalah, jadi nyamuk nantinya yang penting tidak sendirian.

"Lo sama Aluna?" tanya Renza.

"Pastinya dong!" Rauf berkata itu dengan wajah sumringah.

"Males banget! terus nanti gue jadi obat nyamuk kalian berdua?" ucap Renza kesal dengan pengakuan Rauf.

Rauf hanya tertawa mendengar ucapan Renza. Padahal sudah baik ia mengajaknya, tapi sepertinya Renza tidak ingin pergi bersamanya. Mengetahui dirinya akan pergi bersama Aluna, sang kekasih.

"Nanti pergi sendiri gue! tanpa loe dan kekasih loe," ucap Renza, menekan perkataannya.

Rauf rasanya ingin tertawa mendengar ucapan Renza barusan. Biarlah sepertinya ia sudah bosan dijadikan nyamuk olehnya.

Senja menghampiri, Rauf dan Renza yang sedari tadi nongkrong dikantin kuliah memilih pulang. Tidak ada lagi jam yang akan mereka ikuti.

••••••••○○○•••••••

Dikarenakan tubuh yang dimiliki Renza atletis banyak perempuan yang menggilainya. Tapi hingga kini belum ada yang dapat menjadi dambaan hatinya. Sering sekali, para perempuan menyewasa jasa fotografer hanya untuk menghabiskan waktu berdua.

Itu salah satu kerja sampingan yang dikuasai oleh Renza, bukan karena gajinya dikantor kurang. Melainkan Renza ingin memiliki pemasukan dari mana saja, hingga menjadi seorang infulencer ia jalani.

Sore itu Renza telah tiba dikediamannya bersama bundanya. Sebelumnya tadi Renza menjemput Rantih ditoko kue miliknya. Toko yang cukup terkenal dikota Peri. Bahkan Rantih memiliki cabang hingga kota, serta pulau sebrang.

Walau uang dari toko kue lebih dari cukup. Tidak membuat Renza malas- malasan, bahkan ia juga memiliki seorang kakak perempuan yang tengah mengembangkan bisnisnya dikota lain.

○○○○○○○●●●○○○○○○○

Malam indah penuh bulan, menerangi seisi langit. Namun ada yang lebih bersinar dari itu, sesosok perempuan berbalut hijab cokelat susu. Ia sedang menikmati konser sama seperti Renza. Tapi seakan fokusnya ini, tertuju pada perempuan itu.

"Heh!"

Tiba- tiba saja Rauf datang dan memberi kejutan temannya itu. Tidak disangka diantara puluhan hingga ribuan mereka tetap bisa berjumpa. Seakan dunia begitu terasa sempit sekali.

Renza menghela napasnya kasar, "Aku lagi gak mau marah ya Rawr" ucap Renza sambil terus mengelus dadanya.

"Istigfar Renz istigfar!" titah Rauf kepada sahabat karibnya itu.

Setelah dirasa emosi yang memuncak ini reda, Renza kembali menikmati konser tanpa menghiraukan kehadiran Rauf disisinya. Namun, Rauf mencoba membuka pembicaraan.

"Kamu dari tadi merhatiin gadis yang pake jilbab coklat itukan?" tunjuk Rauf,kepada gadis yang memang sedari tadi Renza perhatikan.

"Udah deh ngaku aja!" imbuh Rauf.

"Kalau iya, kamu bisa apa? bisa bantu?" ucap Renza membekap tangannya didada.

Rauf pergi begitu saja, padahal Renza berharap sahabatnya itu benar- benar bisa membantu dirinya. Ternyata Renza hanya dapat berharap, tidak mendapat hasil dari ekspetasinya yang terlalu tinggi mengalahkan awan.

Ternyata Rauf pergi dan kembali membawa Aluna, kekasihnya. Renza menyeringatkan dahinya heran, apa lagi maksud dari temannya ini.

" Sayang, Renza lagi suka tuh sama adek sepupu kamu" bisik Rauf kepada Aluna, setelah mendekat diri dengan Renza.

" Besok atau kapan bakal aku kenalin, mood Mona lagi gak bagus nih" balas Aluna, berbisik kepada kekasihnya itu.

Renza yang merasa heran dengan dua pasangan dihadapannya ini pergi begitu saja. Mendekatkan diri kepada gadis coklat itu, ia berniat ingin mengambil foto sang gadis itu dari dekat. Ternyata ada gunanya juga ia membawa sebuah kamera yang biasa digunakan dirinya saat menjadi fotografer.

Hingga larut malam konser itu terlaksanakan. Diantara mereka yang hadir, pastinya ada yang hanya datang untuk memberi asupan kepada sosial medianya. Ada juga yang memang karena hobi musik atau sekedar ikutan, seperti Renza saat ini.

Alhasil Renza merasa cukup bosan dengan konser yang sedang berlangsung. Dikarenakan ia ngantuk, akhirnya Renza memilih pulang. Rasa ingin berkenalan terlebih dahulu dengan gadis itu ditepisnya, kesehatannya lebih penting dari pada itu.

"Semoga ini bukan pertemuan terkahir kita, jika iya tidak apa. Mungkin ini takdir kita" batin Renza, seraya meninggalkan area konser.

Konser dengan tema lapangan outdoor disukai oleh penduduk kota Peri. Sering kali, konser terlaksanakan dengan terbuka. Contohnya seperti konser pada malam hari ini. Renza juga menyukainya, maka dari itu tergerak sedikit hatinya untuk datang menonton.

Renza mengendarai motor kesayangannya. Walau hujan menerpa sore tadi, ia pikir malam ini tidak akan kehujanan. Ternyata hujan kembali membasahi kota Peri dengan guyuran yang amat deras. Renza menepi pada sebuah bagunan tua itu.

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇●●●◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

Rauf

[Bro, kemana? gamau kenalan sama perempuan tadi?]

Renza yang menerima pemberitahuan dari gawai miliknya melirik sekilas. Ternyata dari Rauf, ia kesal dengan kejadian tadi. Ia lebih memilih untuk membaca saja pesan dari Rauf tanpa ada niatan membalasnya.

Disisi lain Rauf dan para penonton konser sedang menikmati. Hujan tidak mengguyur area sekitar, inilah yang disebut hujan lokal. Jika Renza bertahan tadi ia tidak akan terjebak hujan.

Gadis coklat itu merasa moodnya kembali setelah mendapat ice cream dari kakak sepupunya, Aluna. Sedari awal Rauf memberitahukan jika Renza seperti menyukai Mona. Berbagai cara dilakukan untuk mengembalikan moodnya.


That Nigth, First!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang