Yechan masih berdiri diam menatap pagar rumah yang seingatnya dulu pernah ia tempati. Setelah diantar Mamanya, Yechan langsung memaksa Mamanya untuk segera pulang.
"Pulanglah, Ma. Rumah Mama yang sekarang kan jauh dari sini?" Wajah Yechan sedikit cemberut, pertanda ia serius dengan perkataannya.
Mamanya menyembulkan kepalanya dari jendela mobil, sedikit berteriak, "Kamu emang gak apa-apa sendiri?"
Yechan semakin kesal, terlihat jelas dari wajahnya yang semakin cemberut, "Ma, usiaku sudah 27 tahun kalau Mama lupa."
Sedikit terkekeh Mamanya kembali memasukkan kepalanya kedalam. Setelah pamit dan melambai-lambai gemas Mamanya kemudian pergi, melajukan mobilnya meninggalkan Yechan.
Kembali menatap rumah tersebut, Yechan merasakan perasaan aneh. Seperti kerinduan? hatinya tiba-tiba terasa kosong dan sesak, seolah-olah ada lubang besar disana.
Yechan perlahan masuk kedalam halaman rumahnya, menoleh kiri dan kanan, membuat kerinduan itu semakin kuat.
Begitu tiba dipintu masuk Yechan segera membuka kunci, dan segera masuk.
Rumahnya bersih dan terawat, bahkan tidak ada debu yang menempel, sepertinya kedua orangtuanya memang masih menjaga rumah ini.
Hanya saja, rumah ini terasa suram. Padahal jendelanya besar dan bahkan lampu-lampu tetap menyala pada siang hari, harusnya saat ini rumahnya terasa terang kan?
Yechan menggeleng pelan, berusaha membuang semua pikiran anehnya. Dia kembali melanjutkan langkahnya, menuju kamar yang ia yakini adalah kamarnya, dilihat dari ada tulisan namanya yang menggantung di pintu kamarnya.
***
Hari sudah semakin gelap, Yechan memutuskan untuk tidur. Baru saja memejamkan mata Yechan merasakan kasurnya sedikit bergerak, seperti ada yang naik keatasnya.
Yechan memejamkan matanya erat, berusaha untuk segara tertidur, tapi Yechan justru semakin gelisah, dari kelopak matanya yang tertutup Yechan bisa merasakan kalau didepan wajahnya ada sesuatu, membuat pandangannya semakin gelap.
Tidak tahan, dengan mengumpulkan segala keberanian Yechan akhirnya membuka matanya.
Yechan terkejut setengah mati sampai melompat dari kasurnya sendiri. Bagaimana tidak? begitu membuka mata ia langsung menemukan seseorang dikasurnya, sedang menatapnya dekat sekali.
Tunggu sebentar. Seseorang?
Yechan yang masih mengatur nafasnya sekarang mulai memperhatikan orang itu, dilihatnya dari atas sampai bawah.
Sibuk memperhatikan tiba-tiba ia teringat sesuatu. Tadi, saat Yechan melompat dari kasur bukankan wajah mereka sangat dekat? harusnya wajah mereka bertabrakan kan? tadi tadi tidak.. Yechan menembus orang itu.
Orang itu menatap Yechan bingung, keningnya berkerut seperti memikirkan sesuatu. Perlahan orang itu mendekat, tangannya menjulur berusaha meraih wajah Yechan.
"Ha-hantu! pergi kau!" Tangan Yechan mengibas-ngibas asal, berusaha mengusir 'apapun' yang kini ada didepannya.
"Hantu?.." lirih orang itu pelan sekali.
Yechan spontan mendongak.
"Aku.. hantu,ya?" lirihnya kembali sebelum perlahan menghilang.
Yechan menelan ludahnya kasar, tidak percaya dengan apa yang barusan dilihatnya. Yechan memang sering merasakan atau merasa diganggu oleh hal-hal seperti ini, tapi untuk melihat secara langsung dan jelas, ini baru pertama kalinya. Jadi tidak heran Yechan masih sekaget itu.
Perlahan Yechan kembali melangkah menuju kasur, ia menoleh kanan dan kiri, sedikit was-was takut 'makhluk itu' akan muncul kembali.
Yechan merebahkan dirinya, menutupi seluruh wajahnya dengan selimut. Tapi percuma, bayang-bayang 'makhluk' barusan masih terekam jelas diingatannya, bahkan dia masih bisa melihatnya jelas meskipun matanya tertutup sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swear
FanfictionHari-hari Yechan tidak pernah lagi sama semenjak bertemu dengan Jaehan. Hantu remaja yang sekarang selalu mengganggu ketenangannya. Tapi, benarkah Jaehan mengganggu Yechan hanya karena usil? Lalu bagaimana dengan perasaan rindu, kosong, dan semua p...