-4-

315 39 8
                                    

Yechan masih mematung, kepalanya sibuk mencerna keadaan yang menurutnya sangat tidak mungkin ini.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Hah?" sentak Yechan saat sadar wajah anak itu tepat berada didepannya, membuat Yechan secara spontan melangkah mundur.

"Hm? apa aku semenyeramkan itu?" ucapnya dengan raut wajah sedih.

"Eoh, tidak. Aku hanya tidak terbiasa melihat makhluk sepertimu." Yechan kembali memajukan langkahnya dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan dengan susah payah.

"Sepertiku? maksudmu, hantu ya?"

Yechan masih terdiam, bingung dengan respon yang harus ia berikan, bagaimana kalau ia menjawab 'iya' lalu anak ini akan tiba-tiba menghilang seperti semalam?

"Ah, maaf. Aku emang selalu melupakan kalau aku adalah hantu hehe."

Ia tertawa, tapi dari matanya terlihat jelas terpancar raut kesedihan.

"Ti-tidak, maksudku bukan begitu."

"Sudahlah, Yechanie, aku mengerti."

Sebentar Yechan masih terdiam, sampai beberapa detik kemudian ia tersadar kalau anak itu menyebut namanya.

"Yechanie?" kedua bola mata Yechan melebar.

Anak itu mengangguk gemas.

"Hey! bagaimana kau tau namaku?"

"Emangnya kau tidak mengenalku?" ia kembali memasang wajah memelas.

Yechan yang masih bingung hanya bisa menggeleng pelan.

"Jadi, kau sudah melupakanku?" nada suaranya sedikit meninggi, tubuhnya perlahan bergerak mundur, menjauhi Yechan yang masih mematung ditempatnya.

Baru saja Yechan membuka mulut ingin kembali bertanya, sosok itu kembali menghilang.

Lagi-lagi begini. Huh! dasar hantu sensian.

***

Yechan menggulung tubuhnya dibawah selimut, berusaha memaksakan matanya untuk terpejam. Tapi sialnya mata Yechan tetap memilih untuk terjaga.

"Tidurlah, Yechan-ah."

Suara ini..? seluruh bulu kuduk Yechan berdiri, dua hari berada dirumah ini membuat Yechan sangat mengenali pemilik dari suara ini.

"Jangan berpura-pura tidur, aku tau kau masih terjaga." ia mendekatkan tubuhnya kesisi Yechan, ikut merebahkan dirinya disana.

"... atau, mau aku peluk?"

Spontan Yechan mendudukkan dirinya, melihat intens kesisi kirinya.

"Iya-iya! ada apa menggangguku tengah malam begini?" Yechan mengurut keningnya asal, pusing menghadapi hantu mungil yang seenaknya datang dan pergi ini.

"Aku merindukanmu, Chan-ie"

Rindu? Yechan tertawa dalam hati, bagaimana bisa rindu sedangkan aku saja tidak pernah bertemu dengannya? cemooh Yechan.

"Oke-oke, anggap kau rindu padaku. Terus sekarang apa?"

"Heum?" anak itu kembali memasang wajah berpikir, kedua alisnya bertaut, menciptakan kerutan dikeningnya, "Tidak ada! aku hanya ingin menghabiskan sisa waktuku denganmu." sambungnya kembali dengan senyum manisnya.

Huftt.. Yechan menghela napas panjang, tidak siap dengan fakta bahwa ia akan lebih sering bertemu dengan anak ini. Memang ia tidak menyeramkan, tapi tetap saja ia hantu kan?

Setelah terdiam beberapa menit sambil menyiapkan hati, akhirnya Yechan kembali bersuara.

"Aku belum tau namamu."

Anak itu menaikkan wajahnya yang sedari tadi tertunduk, "Jaehan, namaku Jaehan." jawabnya dengan suara yang hampir tercekat, kembali mengenalkan namanya ke orang yang menurutnya sangat dikenalnya ini membuat ia sedikit sedih.

Ternyata kau benar-benar telah melupakan aku ya?

"Dan umurmu?"

"Aku lebih tua darimu setahun."

Mendapat jawaban yang seperti itu membuat Yechan memandangi Jaehan keseluruhan. Tubuhnya yang mungil dan jauh lebih pendek darinya, belum lagi mukanya yang masih sangat imut, bagaimana bisa anak ini mengaku lebih tua darinya?

"Aku mati 9 tahun yang lalu, Chanie."

Ah, akhirnya Yechan mengerti. Sebentar Yechan sedikit melupakan fakta kalau anak ini adalah hantu, yang bisa saja wujudnya ini wujud ia beberapa tahun yang lalu kan?

Tapi, setelah kembali berpikir Yechan sadar, "Berarti itu saat umurmu 19 tahun?"

Jaehan mengangguk pelan.

Tapi, 19 tahun? seimut ini?

"Aku akan lebih percaya kalau kau mengatakan umurmu 15 tahun."

Tertunduk malu, Jaehan meremas jari-jarinya.

Kau masih belum berubah.

"Hei, kenapa kau diam saja?" tegur Yechan saat sadar ia tidak mendapat respon dari Jaehan.

Hiks.. hiks.. Jaehan terisak.

"Eh? tidak, tidak. Aku hanya bercanda, iya aku percaya kok." ucap Yechan sambil meraih tubuh mungil Jaehan kepelukannya.

Awalnya Yechan terkejut saat sadar kalau ia bisa memeluk Jaehan, karena dari yang diingatnya ia beberapa kali menembus tubuh Jaehan.

"Bukan itu.. hiks.." lirih Jaehan disela isaknya, "Aku hanya senang bisa melihatmu lagi, aku sangat merindukanmu Chanie.."

Yechan jelas bingung. Rumah ini, sosok ini, adalah dua hal yang seharusnya tidak pernah ada dalam ingatan Yechan.

Tapi kenapa Yechan bisa tiba-tiba mengingat rumah ini?

Tapi kenapa tiba-tiba ada sosok anak kecil yang terus-terusan mengatakan rindu padanya? seolah mereka memang sudah lama tidak bertemu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Swear Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang