Bunyi alarm membangunkan Yechan dari tidurnya. Setelah membuka selimutnya sembarangan, Yechan mendudukkan dirinya. Wajahnya terlihat sangat kesal, bagimana tidak? ia baru saja tertidur setengah jam yang lalu. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus teringat 'makhluk' yang dilihatnya.
"Arghhh." Yechan mengusak rambutnya kasar, membuatnya semakin berantakan. Yechan meraih ponselnya berniat untuk melihat jam, tetapi malah membuat Yechan semakin kesal.
"Bodo amat!" ketusnya seraya kembali menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Yechan memutuskan untuk kembali tidur, tidak perduli dengan janji temu dengan temannya.
Belum ada setengah jam Yechan terlelap ia harus kembali terjaga karena dering ponsel yang menganggu tidurnya.
Yechan lagi dan lagi mendudukkan dirinya, tidak lupa dengan raut wajahnya yang semakin terlihat kesal.
"Akan kubunu-" Yechan menghentikan ucapannya ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Sebin Hyung?"
Yechan segera berlari menuju kamar mandi, tidak lagi perduli dengan kantuk yang dideritanya.
Selesai mandi Yechan memakai baju asal-asalan, tidak terlalu memilih seperti biasanya.
Sedikit berlari Yechan kembali mengambil ponselnya, menghubungi seseorang yang sedari tadi mengganggu tidurnya.
"Halo Hyung! kau dimana?" ucapnya masih dengan nafasnya yang belum teratur.
"Diluar rumahmu." jawab orang itu singkat, dengan nada yang datar, membuat Yechan tidak bisa menebak ekspresi orang itu saat ini.
"Ah, sebentar Hyung!" Yechan melemparkan ponselnya asal, kembali tergesa-gesa menuju pintu rumahnya, membukakan pintu.
"Kau sudah lama menunggu, Hyung?" ucap Yechan begitu melihat Sebin terduduk dikursi halamannya.
"Satu jam lebih."
"Maaf, Hyung, aku kesiangan. Semalaman aku tidak bisa tidur."
Yechan melangkah menuju Sebin, ikut duduk disebelahnya. Belum sepenuhnya mendudukkan bokongnya perhatian Yechan teralihkan dengan seekor kucing kecil yang sedang tertidur dipangkuan Sebin.
"Kucing siapa Hyung?"
"Kucingmu."
Yechan bingung, seingatnya dia tidak membawa kucing saat kesini.
"Aku membawanya sebagai hadiah kau pindah rumah, supaya kau tidak kesepian."
Sebin mengangkat kucing kecil itu kearah Yechan, membuat Yechan secara spontan menyambutnya.
"Lucu." lirih Yechan memandangi anak bulu berwarna abu-abu itu, tubuhnya yang kecil dengan kaki pendeknya membuatnya semakin terlihat menggemaskan, membuat Yechan tidak tahan untuk mencium gemas anak bulu itu.
"Terima kasih, Hyung! ayo masuk, kau pasti lelah."
Yechan segera berdiri, berjalan kembali masuk kerumahnya, diikuti dengan Sebin dibelakangnya.
Baru saja melangkahkan kaki beberapa langkah kedalam rumahnya Yechan kembali merasakan perasaan aneh, perasaan yang sama ketika ia memasuki rumah ini kemarin malam.
Yechan menoleh kebelakang, memperhatikan ekspresi Sebin. Berusaha melihat apakah Sebin juga merasakan hal yang sama dengan dirinya.
"Rumahmu gelap ya, Chan?" Sebin memeluk bahunya, sedikit mengusaknya "Dingin juga."
"Hyung juga merasa begitu?"
Sebin melotot, "Apa maksudmu, Yechan?"
"Semalam waktu baru masuk juga aku ngerasa aneh, dan malamnya aku melihat.."
Sebin mempercepat langkahnya menuju Yechan, sedikit menempel ke tubuh Yechan "Melihat apa! jangan membuatku takut."
Yechan terkekeh melihat wajah ketakutan Sebin. Memang Sebin jauh lebih tua darinya dan terlihat seperti preman, tapi kalau soal hal-hal 'mistis' Sebin jauh lebih penakut darinya.
"Tidak ada Hyung, aku hanya bercanda." ucapnya berlalu meninggalkan Sebin yang masih terdiam.
***
"Jadi Hyung, kau sengaja jauh-jauh kesini hanya untuk menemuiku?"
Yechan memulai percakapan, sedikit frustasi melihat Sebin yang masih sibuk celingak celinguk sambil memasang wajah was-was.
"Hei, jangan ge-er! aku kebetulan ada klien disekitar sini, sekalian kunjungan rumah barumu sih, haha."
"Ini rumahku lama, Hyung."
"Iya, aku tau. Tapi kau baru pindah, kan? anggap saja rumah baru." Sebin meneguk kopi yang sudah sedari tadi Yechan sediakan untuknya.
Baru saja Sebin melupakan perasaan anehnya, tiba-tiba anak kucing Yechan menggeram, menatap tembok ruang TV tempat mereka duduk sekarang.
Yechan yang ikutan kaget segera menggendong kucingnya, membelainya lembut, berusaha menenangkan. Tapi kucingnya masih tetap menggeram, bahkan tangannya terlihat meraih-raih angin, seperti ingin mencakar sesuatu.
Kejadian ini sukses membuat Sebin sekarang ketakutan setengah mati.
"Ah, Yechan-ah. Aku tiba-tiba teringat kalau aku ada urusan, aku pamit ya?" ucapnya sambil mengemas barang-barangnya.
"Tiba-tiba, Hyung?"
Yechan mengubah posisinya kembali menghadap Sebin.
"Iya, hubungi aku kalau ada sesuatu ya? sampai jumpa." Sebin berlalu bahkan tanpa menoleh kearah Yechan.
Yechan yang melihat Sebin begitu ketakutan membuat dirinya menelan ludah kasar, tiba-tiba merasa ngeri.
Yechan memutar badannya, matanya menelusuri seluruh ruangan.
Tubuhnya tiba-tiba membeku saat kembali melihat sosok yang semalam mendatangi kamarnya.
Bedanya, kali ini lebih jelas.
Pria remaja yang lebih pendek dari dirinya, berdiri sambil tersenyum manis menatap Yechan, "Mencariku?" ucapnya sambil menjulurkan lidah, mengejek Yechan.
Yechan terperangah, bingung harus bereaksi seperti apa. Ia takut, tapi anak ini sama sekali tidak terlihat menyeramkan. Justru, gemas?
KAMU SEDANG MEMBACA
Swear
FanfictionHari-hari Yechan tidak pernah lagi sama semenjak bertemu dengan Jaehan. Hantu remaja yang sekarang selalu mengganggu ketenangannya. Tapi, benarkah Jaehan mengganggu Yechan hanya karena usil? Lalu bagaimana dengan perasaan rindu, kosong, dan semua p...