Satu minggu kemudian..Meen sudah mulai syuting seriesnya. Hari pertama Meen syuting di kampus Ping. Entahlah, Meen merasa syuting kali ini dia sangat excited. Mata Meen berpencar mencari keberadaan seseorang. Saat melihat orang itu berada di antara kerumunan mahasiswa, Meen menarik kedua sudut bibirnya keatas, tersenyum melihatnya.
Ping tersenyum saat melihat proses syuting tersebut. Dia merasa bangga dengan Meen karena sangat hebat dalam berakting. Adegan demi adegan yang Meen lakukan sangat luar biasa, bekerja secara profesional. Banyak adegan yang hanya sekali di kerjakan, tidak berulang-ulang.
Ping bahkan berkhayal bagaimana jika Ping yang menjadi lawan main Meen Nichakoon. Tapi setelah itu, Ping sadar jika hal itu tidak mungkin karena Ping tidak bisa berakting.
Saat Ping tersenyum ke arah Meen, tiba-tiba Meen tak sengaja menatapnya. Reflek Ping mengalihkan perhatiannya, dia gugup dan juga malu.
Tiba-tiba Ping ingin buang air kecil, dia lantas pergi ke wc. Saat Ping keluar dari wc, di perjalanan menuju kelasnya, dia tak sengaja berpapasan dengan Meen.
"P'Meen?"
Meen menghentikan langkahnya, "Hm?"
"Phi, mau ke kamar mandi?"
"Iya."
"Apa syutingnya sudah selesai?"
"Sudah." Jawab Meen singkat.
Ping ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu pada Meen, tepatnya dia tidak tau harus memulai dari mana.
"P'Meen-- kejadian saat di pantai waktu itu-- aku ingin minta maaf."
"Maaf karena menuduh phi mau bunuh diri. Aku tidak tau jika itu P'Meen."
"Dan, aku minta maaf karena sudah--- memeluk P'Meen." Ping menundukkan kepalanya, malu sekaligus takut Meen akan marah padanya karena waktu itu Ping belum minta maaf.
"Tidak apa-apa, lupakan saja. Aku tau niat kamu baik."
Ping mengangguk, dia lega karena Meen mengerti dan mau memaafkannya.
"Terima kasih phi." Ucap Ping seraya tersenyum.
Meen mengangguk, tiba-tiba terdengar bunyi seperti "Akting phi sangat bagus. P'Meen hebat, aku kasih satu jempol untuk phi. " Puji Ping seraya menunjukkan satu jempolnya.
"Eh tidak, dua jempol." Ping menunjukkan dua jempolnya seraya tersenyum lebar menunjukkan giginya yang rapi.
"Terima kasih---- Ping." Meen tersenyum.
"Sama-sama phi."
Eh? Ping mengernyit, bagaimana Meen tau namanya? Ping tidak pernah memberitahu Meen sebelumnya.
"P'Meen, kenap--"
Belum selesai bertanya, Meen sudah lebih dulu pergi dari sana. Ping menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung kenapa Meen tau namanya. Tiba-tiba saja perut Ping berbunyi, itu berarti Ping harus ke kantin. Ping lapar, tadi pagi belum sempat sarapan karena dia bangun kesiangan.
***
Meen merasa sangat lelah setelah menyelesaikan pekerjaannya. Meen merebahkan tubuhnya di ranjang, menekuk kedua tangannya untuk dijadikan bantal. Meen menatap langit-langit kamar. Entah kenapa, tiba-tiba Meen terbayang wajah Ping. Meen teringat saat Ping meminta maaf karena sudah memeluknya. Meen tersenyum tipis saat mengingat kejadian di pantai waktu itu.
Semenjak hari itu, Meen tidak bisa melupakan Ping. Ping terlihat polos dan lucu. Ping adalah laki-laki yang peduli dengan orang lain walaupun Ping tidak mengenal orang itu, pikir Meen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Love Story
Romance"Sejauh apapun jarak diantara kita, serumit apapun perjalanan cinta kita nanti, percayalah! Cinta akan membuat keajaiban, aku dan kamu akan bersatu." - Meen Nichakoon - "Menggapaimu bagaikan menggapai langit. Mencintaimu bukanlah hal yang mudah aku...