Chapter 4 : Truth or dare?

2.9K 296 29
                                    

 Sorry for late update. Dedicated to my awesome friend! Enjoy!

Lenox's POV

 

Dikelilingi anak laki-laki tidaklah menyenangkan. Dengan mereka yang heboh sendiri dan mengacuhkan seorang gadis yang sedari tadi hampir mati kebosanan.

Sedari tadi yang kulakukan hanyalah berbaring di atas sofa dan sesekali memeriksa ponselku. Apa aku berharap Kian akan mengirimiku pesan? tentu saja tidak. Bahkan anak laki-laki yang overprotective itu sedang berada di bawah atap yang sama denganku. Dia terlalu asik dengan yang lainnya sehingga melupakan gadisnya yang hampir mati kebosanan ini.

Begitulah anak laki-laki. Seperti lupa dunia jika sudah berkumpul dengan teman-temannya. Kian adalah tipe seseorang yang mudah beradaptasi dengan orang baru. Buktinya saja dia baru saja bertemu dengan Nash dan yang lainnya sudah bisa bersikap seperti berteman lama. Berbanding terbalik denganku.

Kedatangan Natalie membawa kebahagian yang sangat untukku. Dengan membawa dua kantungan plastik dan dengan segera meletakkannya diatas meja. Aku pun langsung bangkit dan kembali mengikat rambutku asal.

Aku pun berjalan ke dapur. Membantu Natalie yang sedang sibuk disana. Dia pun mengeluarkan tiga kotak Pizza dan meletakkannya diatas meja makan sembari bersenandung kecil. Sungguh, aku iri dengan suaranya.

"Jika aku tahu mereka akan menyuruhku membeli ini, lebih baik aku tidak bilang kalau aku akan kesini." Gerutunya pelan yang membuatku terkekeh mendengarnya.

"Kenapa kau menuruti kehendak mereka?" Tanyaku yang membuatnya menghembuskan nafas. Dengan gerakan santai dia mengibaskan tangannya ke udara. Dihiasi dengan wajah kesalnya.

"Sekalipun kutolak mereka akan tetap memaksa, kan?"

Jawabannya membuatku kembali tertawa. Aku pun mengangkat tiga kotak Pizza itu dan berjalan ke ruang keluarga. Dan sepertinya, aku diberi kejutan besar yang berupa keberantakan ruang keluarga. Membuatku menggeleng-gelengkan kepala.

Aku meletakkan Pizza itu lalu memiilih duduk di atas sofa. Menatap sekumpulan anak laki-laki yang sedang berebut Pizza sembari berpikir dalam waktu berapa lama Pizza itu habis. Sungguh, mereka seperti singa kelaparan.

"Bagaimana jika kita bermain Truth or Dare?" Seru Nash setelah mereka menghabiskan ketiga kotak Pizza dengan ukuran large itu.

Seruan Nash mendapat respon positif dari yang lainnya yang ikut menyerukan kalau mereka setuju. Mereka mengajakku bergabung tapi, dengan cepat aku menolaknya. Dan seperti kata Natalie, mereka tetap akan memaksa. Membuatku mengikuti permainan ini dengan setengah hati.

Permainan dimulai dari Nash. Alasannya? Karena dialah yang memberi ide. Dia pun memutar botol Coca-Cola yang sudah kosong. Setelah berputar-putar, pada akhirnya botol itu menunjuk Matthew yang duduk diseberangku.

"Truth or dare?"  Kata Matthew diiringi cengirannya.

"I'm supposed to say that!" Seru Nash sembari mengusap wajahnya.Membuatku dan yang lainnya  tertawa. Terjadilah perdebatan diantara laki-laki bermata biru seperti air kolam yang dikasih kaporit dan laki-laki bermata cokelat yang menenangkan. Sungguh, mereka bertengkar seperti dua orang gadis yang sedang memperebutkan seorang laki-laki.

Step Brother 2 ; C.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang