cewek preman

1 1 0
                                    

Setelah beberapa saat mereka menunggu percakapan Bu Livia dan salah seorang guru wanita berbadan besar dan tinggi, akhirnya Bumi dan yang lainnya diperbolehkan masuk ke XI IPA 1 untuk berkenalan dengan murid lainnya.

Mereka berlima berdiri di depan para siswa XI IPA 1 yang tengah duduk dengan kegiatannya sendiri. Ada yang menyanyi sendiri, menyanyi bersama, mengerjakan PR minggu lalu, menggibah, bermain pesawat, membuang-buang kertas, dan hal konyol lainnya.

Huh! Kelas Bumi dan Zayyan bahkan masih lebih baik dari ini!

"Anak-anak, tolong diam sebentar" peringat guru perempuan itu dengan halus. Namun para murid hanya mengacuhkan dan tak kunjung diam.

Terpaksa, "ANAK-ANAK, BISA GAK KALIAN DIAM SEBENTAR?!" Guru matematika sekaligus wali kelas XI IPA 1 dengan nama Dhian Lusi Susanti itu terlihat sangat menyeramkan dari Bu Livia saat dirinya marah.

"Beh.. itu wali kelas baru kita? Lebih nyeremin dari singa, Yan!" Bisik Bumi pada Zayyan.

"Iya, bakal mati kita nanti kalau sampai telat kaya hari kemarin" jawabnya.

Saat dirasa kelas sudah cukup hening, Bu Dhian memulai kembali ucapannya tadi.

"Baik, saya ulangi. Silahkan perkenalkan diri kalian kepada teman baru kalian, mungkin saya rasa sudah ada yang mengenal Bumi sebagai ketua osis di sekolah ini."

Bumi tersenyum, kala mendengar penuturan dari Bu Dhian yang membuatnya sedikit malu.

Namun semua kelas terlihat sangat hening, apakah mereka tak ada yang mengenal Bumi? Padahal dia ketua osis di sekolah ini.

"Kenapa kalian diam?" Tanya Bu Dhian,

"Apakah kalian semua belum mengenal Bumi?" Lanjutnya dan mereka semua menggeleng polos.

Bumi membelalakkan matanya, uh! Bagaimana bisa seorang Bumi yang tampan ini gak dikenal banyak orang? Terlebih lagi dia kan ketua osis.

"Hmm baiklah kalau begitu, Bumi, kamu yang mulai perkenalannya duluan."

"Hai semua, kenalin nama.. sa-saya, Bumi Kaizhen Aksara. Panggil aja Bumi, saya seorang ketua osis di sekolah ini." Bumi tersenyum, mata dan senyumannya seakan hanya tertuju pada seorang wanita di pojok belakang yang duduk sendirian.

Wanita itu mendengus kala menyadari bahwa Bumi memerhatikannya sedari tadi. Ia terlihat memutarkan bola matanya malas dan memalingkan wajahnya dari pria itu.

Cih, mirip bencong! Batinnya.

"Baik, sekarang kamu," Bu Dhian menunjuk Zayyan untuk segera memperkenalkan dirinya dihadapan para siswa.

" Hai, gue Zayyan. Makasih sekian, sama-sama."

Berbeda dengan Bumi yang tampak ramah bak pelangi, Zayyan justru sebaliknya. Ia bersikap seolah dirinya adalah orang yang dingin, dan tegas. Oh padahal memang iya dan tidak!

Para siswa-siswi di kelas itu menatapnya dengan heran, bahkan ada juga yang sinis dengannya. "Ketus banget sih kenalannya gak tulus gitu!" Ujar salah satu perempuan yang duduk di tengah dengan pencil yang terselip di hijabnya.

"Terserah, yang penting gue udah kenalin nama gue ke kalian." Balas Zayyan.

"Songong banget tu anak," lirih salah satu pria pada temannya yang duduk di bangku paling belakang dan tentunya dekat dengan dinding bercat putih yang bersih.

"Halah, di pukul dikit palingan nangis tu bocah"

"Yang satu senyam senyum mulu, dan yang satu dingin kaya es batu."

"Udah, diem lo!"

"Perkenalkan, saya Alletha, saya..."

Dan selesai juga perkenalan pada pagi hari yang lumayna suram ini. Akhirnya Bumi bisa duduk di bangku yang baru, bangku yang bersih dan tak ada coretan Tipe-X di sana.

BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang