TP-02

11 2 0
                                    

Humans are monsters

Arven menjelajahi sekolah barunya agar bisa cepat mengenali setiap tempat di lingkungan baru.

Mulai dari kantin, lapangan, perpustakaan, kantor guru, ruang osis, koperasi, dan toilet siswa.

Kakinya berjalan mengikuti naluri kemana tempat yang menurutnya menarik.

Bunyi notifikasi terdengar di ponsel Arven membuat layar ponsel menyala menampilkan pesan dari nomor tak di kenal.

Arven hanya membaca sekilas lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Ia berjalan ke arah belakang sekolah yang terdapat kursi tanam, juga banyak pohon-pohon di sana.

Tempat ini sunyi.

Arven menolak tawaran Mario yang mengajaknya untuk mengelilingi sekolah, dan memilih untuk sendirian.

Arven adalah orang yang susah untuk bersosialisasi, tetapi memaksakan diri agar dia mendapatkan teman di sekolah barunya.

Sekolah lama, adalah sekolahnya dengan kenangan kelam yang tersimpan.

Arven tidak mau membawa kenangan yang sulit di lupakan itu ke dalam lembaran barunya.

Arven bisa melihat ada seorang perempuan berdiri di bawah pohon besar, orang itu tampak menoleh ketika mendengar suara langkah kaki Arven.

Arven sudah berdiri di sebelah perempuan yang sedikit pendek darinya.

Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, tidak ada yang mau membuka topik sama sekali.

"Lo si anak baru itu?"

Suara dingin mendominasi terdengar di telinga Arven.

Arven menoleh menatap wajah manis perempuan tersebut. Arven lantas mengulurkan tangan ingin berkenalan.

"Kenalin gue Arven."

Perempuan itu menatap tangan Arven lalu dengan ragu menjabatnya, "Joana." Katanya lalu berlalu meninggalkan Arven

Arven mengangguk mengingat nama perempuan barusan, pertemuan dan perkenalan singkat itu terasa ada yang berbeda.

°°°

Bell khas sekolahan terdengar dari sekolah menandakan jam mereka untuk pulang, si anak baru Arven. Berkemas memasukan buku-buku ke dalam tas.

"Arven lu tinggal di mana?" Tanya Shaka menghampiri bangku Arven.

"Di jalan anggrek, mau main?"

"Wih boleh, boleh kami main rumah lu?"

"Boleh aja, di rumah juga cuman ada gue."

"Nah gas lah hayuk." Celetuk Mario merangkul pundak mereka berdua berjalan ke bawah untuk pulang.

"Lo kenapa pindah sekolah?" Arven menoleh ke arah Mario.

"Karena pindah rumah juga, mangkanya pindah sekolah." Kata Arven melirik ke kelas XII 1 ketika mereka akan menuruni tangga.

"Liat siapa lo di kelas sebelas satu." Shaka sempat mengikuti arah mata Arven yang tampak penasaran melihat isi kelas itu.

"Enggak, cuman ada temen gue di kelas itu?"

"Oh temen SMP?"

"Temen SD."

"Hati-hati aja kalo mau temenan sama anak sini ada cewek yang harus lo jauhi." Sahut Shaka memberi tahu

"Nah bener tuh, namanya Keyra kata anak-anak sih dia itu serem."

"Padahal cewek ya?"

"Bahkan dia ada nama panggilan."

"Panggilannya pm." Lanjut Mario berbisik.

"Pm?"

Shaka mengangguk, "psikopat mengerikan."







Two Psychopath Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang