• • •
Kaki kecil itu berlari cukup kencang kala mendengar suara dentuman keras. Jantungnya berdetak sangat kencang saat suara tamparan terdengar jelas ditelinga nya. Air mata serta keringat dingin membanjiri tubuh mungilnya tersebut. Langkah kaki membawa dirinya kearah pintu kamar yang didominasi berwarna coklat.
Tak
Dia berhenti tepat didepan pintu tersebut. Diam. Hanya itu yang dia lakukan, suara seorang pria dewasa sangat mendominasi disana serta suata tangisan seorang wanita yang amat sangat pilu. Dadanya sangat sesak mendengar pertengkaran itu.
"Aku mencintainya."
"Kau gila?! Apa kau tidak waras?"
"I don't care. You want to say that i'm crazy or not, but i love him!"
"Kita cerai."
"Tidak! Apa kau gila?"
"Aku tidak peduli denganmu, kau tau itu?"
"Bagaimana dengan anak kita?"
"Anak kita?" Dia tertawa mengejek.
"...aku tidak menggangapnya."
Deg
Anak kecil yang mendengar semua hal itu langsung terdiam sambil menangis, dadanya kian sesak. Dia meremas bajunya lalu menepuk kuat dadanya. Ini sakit, sangat sakit sekali. Bagaimana bisa dia mengatakan hal tersebut pada anaknya sendiri? Bagaimana mungkin?
Kaki kecilnya kian mundur beberapa langkah, air matanya masih saja turun dengan deras. Dia berlari menuju kamarnya, duduk disudut ruangan sambil menangis.
"Aku benci mereka! Aku benci dia!" Tangisnya.
"...gara-gara dia hidupku menjadi seperti ini. Kenapa aku harus dilahirkan?"
Brak
Suara dentuman pintu tertutup terdengar keras hingga membuat anak kecil itu tersentak kaget. Suara langkah sepatu pantofel terdengar jelas ditelinganya. Tubuhnya gemetar dengan kencang, dia ketakutan.
Matanya menatap takut kearah pintu kamar, Suara ketukan sepatu terdengar jelas. Benar saja, pintu terbuka lebar menampakkan seorang pria berusia 33 tahun. Pria itu berdiri didepan pintu, tak bergerak sama sekali, hingga sebuah kalimat terucap.
"Aku akan membunuhnya."
Clay terbangun dari tidurnya. Tampak keringat membanjiri wajahnya. Kejadian itu datang ke mimpinya, lagi. Matanya memerah menahan emosi yang ada, tanganya dikepal dengan erat.
"Aku akan membalasnya semuanya!" Ujarnya dengan nada yang penuh kebencian.
• • •
-Keesokan Paginya-
Saat ini Eve sedang bersiap-siap untuk pergi kekampus. Dia sedang melangkah turun menuju ruang makan. Disana dapat dilihat Clay yang sedang menyantap sarapannya. Gadis itu menghembuskan nafasnya sejenak, tadi langkahnya sempat terhenti kala melihat Clay. Namun dia kembali melanjutkan langkahnya dan duduk disalah satu kursi didepan Clay.
Tak ada pembicaraan antara keduanya, sama-sama hening. Sampai pada akhirnya pria itu mengatakan sesuatu pada Eve,"aku akan pergi selama 3 hari. Jangan melakukan hal diluar batas, atau kau akan tau akibatnya." Titahnya dengan menatap intimidasi Eve.
Gadis itu melihat kearah Clay lalu menundukkan kepalanya,"baiklah." Dia tidak ingin banyak bertanya, takutnya akan menimbulkan masalah.
Mereka berdua selesai dengan sarapan, kali ini Eve diantar oleh supir yang memang sudah ditugaskan Clay untuk Eve. Tak ada pembicaraan antara kedua orang tersebut. Gadis itu masuk kedalam mobil dengan Clay yang juga ikut masuk kedalam mobilnya sendiri.
Mobil yang berisikan Eve langsung berlalu keluar dari Mansion meninggalkan Clay yang sama sekali belum menghidupkan mesin mobilnya. Matanya yang hitam pekat menatap kearah mobil yang membawa Eve, dari manik matanya tak dapat dijelaskan tatapan seperti apa yang ditujukan pada gadis itu. Entahlah hanya Clay yang tau.
"Kemana dia akan pergi?" Tanya Eve dalam hati sambil melihat pemandangan luar.
Gadis itu menggelengkan kepalanya,"ah apapun itu aku senang. Setidaknya aku akan sedikit bebas selama tiga hari ini."
• • •
Sementara disisi lain, Clay sedang mengadakan sebuah rapat penting dengan beberapa kolega bisnisnya. Dia mendengarkan setiap saran dan masukan dari beberapa koleganya.
"Proyek kali ini akan mendapat keuntungan besar jika kita melakukannya bersama masyarakat."
"Tapi bukankah itu memerlukan dana yang cukup besar?" Tanya kolega yang lain.
"Dengan keuntungan yang cukup besar kenapa kita tidak melakukan nya saja?" Pria yang berusia 52 tahun itu tampak menyangkal nya.
"Lihat itu memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan seperti perkiraan kita tadi untung untuk proyek ini tidak sebanding dengan proyek lainnya yang tidak membutuhkan waktu yang cukup lama." Jawab seorang pria yang memiliki rambut blonde bercampur putih.
Semuanya terdiam kala mendengar ucapan dari pria itu. Clay yang sedari tadi mendengar diskusi antar dua orang tersebut lantas berbicara,"lakukan proyeknya." Putus Clay yang mengundang atensi semua orang yang ada diruangan rapat tersebut.
"Tapi apa---"
"Akhiri rapat ini." Ucap Clay memotong seraya berjalan keluar dari ruang rapat diikuti asisten dan sekretaris. Semua orang yang ada langsung menghembuskan nafas, mau sebagaimana mereka memberikan saran maupun suara pasti tetap saja keputusan ada ditangan Clay.
Clay kembali keruangan nya yang hanya dimasuki oleh orang-orang tertentu yang dipilih oleh pria itu. Dia kemudian duduk dikuris big size dan langsung membuka komputer untuk melihat apa yang sedang dilakukan Eve. Sejak tadi diruang rapat, entah kenapa dia ingin sekali mengetahui apa yang dilakukan oleh gadis itu dikampus.
Terlihat dari layar komputer bahwa Eve sedang memperhatikan dosen yang mengajar serta mencatat beberapa materi didalam tab nya. Mata pekat Clay senantiasa memperhatikan setiap gerakan gadis tersebut. Hingga akhirnya dia menutup layar yang menampilkan kegiatan Eve.
Sebuah panggilan masuk kedalam ponsel Clay, lantas ia segera mengangkat nya.
"Semua sudah disiapkan tuan."
"Baiklah."
Panggilan langsung ditutup sepihak oleh Clay. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar ruangan. Ada sesuatu hal yang harus dia lakukan.
"Let's begin it."
• • •
Big sorry for wait to long🙏
🌻See U🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
SLAVE
RomanceDia membawa ku, dia membeli ku! Dia mengekang ku layaknya tahanan. Aku tidak mengetahui siapa dia? Dia melarang ku berdekatan dengan pria lain selain dirinya di dunia ini. Aku merasa terancam! Aku terkekang. Hingga suatu malam ku bersama dia membu...