"Kau hanya anak bocah dengan tingkat sok tau yang tinggi, dan gak lebih dari nyamuk yang mengganggu!"
"Ruang ini, bukan punya lo. Ruang ini di bangun di bawah makam keluarga smite vic.."
"Banyak bacot! Lihat lah ke atas dan lihat lah malaikat mau menunggu mu!!"
Besi panjang dengan ujung runcing menusuk dahi seorang pria yang duduk terikat di kursi gaming.
Cairan merah muncrat sangat kencang menutupi sebagian komputer di kantor. Sebagian lagi membasahi muka gue.
"Dan lo bocah, lo selanjutnya.."
Piiipp....
Apa?! Lagi? Huh.. huh.. kenapa belakangan ini gue jadi sering mimpi aneh?...
Gue terlambat! Gue harus buru-buru! Seisi rumah udah sepi. Bahkan roti di meja makan juga mengisyaratkan kalo rumah ini benar-benar sepi.
Dengan mengejar bus yang barusan lewat, sampai menyogok satpam sekolah, semua gue lakuin demi masuk kelas hari ini.
Ya, demi di hukum di luar kelas.
Bu Greta selalu se tegas itu, gue terlambat 10 menit, dan gue harus berdiri di luar kelas selama 10 menit.
"Vican sva, silakan masuk dan kerjakan soal-soal ini segera."
Yap! Walaupun bu Greta terlihat tegas, tapi ia tidak galak, dia hanya terlalu disiplin, mungkin.
Suasana kelas yang indah seperti biasa, pulpen gue di pinjam semua, buku gue buat contekan, dan earphone gue di pake sama Lis.
Gue, huhff...
"Vi, lo ada waktu gak pulang sekolah?" Dia orang jahat, gue tau dia orang jahat. Bodoamat semua klub basket mengidolakan nya tapi dia orang jahat.
"Ayo vi, gue traktir deh. Asal lo mau ikut sama kita-kita." Nama nya Tristan, di ambil dari nama pangeran meja bundar. Anak ketiga dari Corn bersaudara. Di idolakan banyak cewek karena pemain basket paling jago di sekolah.
Gue yakin kak Efhen bisa bersaing melawan nya kalo dia gak curang dengan sistem nya sendiri. Cih darah licik dari ayah nya yang seorang asisten menteri keuangan.
"Vi, lo diem aja. Arti nya lo mau kan kencan sama gue pulang sekolah?"
"Gak maaf gue mau ngerjain tugas praktek minggu lalu."
"Memang siapa yang bisa menolak ajakan prince Tristan??" Gue tau perasaan gue mulai gak enak. Pergelangan tangan gue di genggam kenceng banget di tambah mata tajam mencolok.
"Eh bajingan, lo gangguin vivi lagi gue hantem lo."
Sasa dateng dengan gaya preman baju pendek di gulung dan bawahan baju gak di masukin.
"Eh ada mbak galak hahaha!! Ampun mbak galak! Ampun aku takut hahaha!!"
"Hahahahahaahahaha"
Komplotan belakang emang kayak nya anak buah dia semua. Semua nya ketawain Sasa.
"Udah vi pindah duduk aja sama gue, anak cowok emang sableng otak nya."
"Lo gak nulis? Nih nih pake pulpen gue cepet selesain."
Kondisi ini jauh lebih baik kok dari sebelumnya, semenjak Sasa pindah ke kelas gue beberapa hal buruk bisa tertangani setidaknya, walaupun sedikit.
Setelah jam istirahat kedua, kejadian tadi pagi terulang lagi. Lagi-lagi gue harus diam merenung di depan buku tulis kosong.
"Nih vi, sorry ya agak lama gue nulis nya. Nih lo cepet tulis gue tunggu di bawah sama anak-anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
VICAN - Travel To The Past
Teen FictionVivi yang terlahir dari keluarga kaya raya ternyata gak mudah menjalani kehidupan nya, mulai dari hubungan keluarga yang membingungkan sampai pembulian di sekolah, vivi selalu melewati hari-hari nya dengan berat. Walau begitu, vivi masih punya beb...