"Ayo masuk, langsung ke kamar gue aja." Ajak gue sambil masuk secara diam-diam.
Gue pikir langkah gue bakal berjalan mulus, tapi malah kepergok mamah di ruang tamu. Ada mamah, Xanbel sama kak Efhen.
Kayak nya ada acara keluarga yang di lakukan tanpa gue.
"Kalian mau ada acara apa?" Tanya mamah sambil duduk santai di sofa.
"Tugas kelompok Tan, hehe kata vivi tante biasa nya udah tidur, jadi kita masuk pelan-pelan.."
"Oh yaudah, vi, mamah mau ngobrol sebentar bisa kan?"
"Maaf mah, vivi sibuk banget, tugas nya di kumpulin besok. Lain waktu aja mah."
"Oh.. gitu ya.. maaf ya, mamah gak tau."
Gue males banget. Apapun alasannya gue harus sampai kamar dengan damai dan tenang. Tanpa gangguan.
"Vi, mamah lo nanya gitu mungkin penting. Kenapa lo gak mau ngobrol sebentar?" Tanya Caca heran.
Caca adalah satu-satunya teman gue yang paling sayang sama mamah nya. Dia sama mamah nya kayak bestie banget. Jujur gue sama Sasa pasti geli liat nya, tapi kadang hal itu yang bikin gue cemburu dalam diam.
Mungkin karena tante Via orang yang baik dan ramah sama anak-anak yang membuat nya mudah akrab sama Caca. Enak banget punya mamah yang keseharian nya senyum dan ceria.
"Ah lebay lo Ca, mamah kita tuh gak kayak mamah lo yang super duper penyayang, mamah vivi masih mending beberapa waktu kadang romantis sama paman Yara, mamah gue malah lebih sering nongkrong di bar dan jarang ada komunikasi khusus sama ayah gue sendiri." Sasa menimpali sambil membanting kan tubuh nya di kasur gue.
"Tapi ayah lo asik kan Sa? Selalu ada buat lo dan selalu menemani lo di bengkel. Iya kan?"
"Ya, setidaknya gue tau harus memilih siapa ketika orang tua gue pisah."
"Hushhh!! Kalian tuh kenapa sih?? Jangan ngomong hal yang buruk tentang orang tua sendiri dong!.. biar bagaimanapun mereka tuh sayang kalian secara diam-diam gue berani sumpah." Caca masih gak mau kalah sama argumen nya.
"Terus kita kapan memulai rencana ini lagi?" Cela Yoku dengan ekspresi bosan sambil berputar-putar di kursi gue.
"Tau ih, udah kita mulai dari menyusun informasi yang kita dapet dari kakek..."
"Permisi."
Kak Efhen sama Xanbel bersandar tegap di depan pintu sambil melihat kita satu persatu.
Suasana langsung kaku sekejap, kecuali Yoku yang masih berputar-putar.
Dua orang di depan gue juga kelihatan nya kayak lagi liat sosok pangeran dari kerajaan langit. Tapi gue suka sih moment ini, hihihi... Kayak di film anime romance.
"Woii kak Yoku!! Ayo duel pedang lagii!.. gue udah menguasai demon sword level 50!!!" Teriak Xanbel yang langsung menempel ke Yoku.
"Heh! Siapa takut!? Gue cukup pakai kampak level 12 dan armor besi dengan aura Thorn buat melawan lo bel, hehehe!!" Jawab Yoku dengan ekspresi jahat nya.
"Woe, kita sibuk ada rencana yang harus di selesaikan." Mau gak mau gue harus memotong keseruan mereka malam ini.
"Rencana apa vi?" Kak Efhen udah biasa masuk ke kamar gue dari kita kecil, rasa nya berbeda dengan sekarang. Gue sedikit deg-degan karena kedua orang di depan gue melirik dengan tajam.
"Hmm.. ini kak, cuma penelitian biasa aja.." gue gak tau harus jawab apa, tapi mungkin mereka juga gak terlalu tertarik.
"Oh itu kan lambang organisasi Death Phoenix, lo meneliti tentang organisasi kejahatan itu vi?" Tanya heran kak Efhen sambil mengambil catatan kertas yang di tulis Sasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
VICAN - Travel To The Past
Teen FictionVivi yang terlahir dari keluarga kaya raya ternyata gak mudah menjalani kehidupan nya, mulai dari hubungan keluarga yang membingungkan sampai pembulian di sekolah, vivi selalu melewati hari-hari nya dengan berat. Walau begitu, vivi masih punya beb...
