"There's a dark side to being a twin, and tonight I realize how much being a twin has messed me up."
- Agust D x Wendy x Suga
Disclaimer:
• Pure fiction
• Not related to the actual artist
• Written in Bahasa
• Genre: Action, angst
• Beware of typos...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-
Embun memiliki waktu untuk berakhir. Tidak peduli seberapa segarnya, embun akan hilang jika waktunya sudah tiba. Semua di dunia ini memiliki batas waktu untuk bertahan, termasuk hati manusia.
Musim semi sudah memasuki akhir. Mei membawa pohon-pohon dan tanaman mulai berbunga dan menciptakan pemandangan indah. Udara masih sedikit sejuk walau tidak sedingin beberapa waktu lalu. Masih ada orang yang memakai sweater tebal di jalanan kota.
Vas bunga yang ada di sudut meja terdapat satu tangkai mawar merah pemberian kekasihnya. Ini menyesakan. Acara kencan mereka untuk kedua kalinya digagalkan oleh keadaan. Wendy ingin marah, memaki pada Suga yang kembali mengecewakannya. Ia ingin melakukannya, tapi itu sama saja dengan sia-sia.
Dirinya masih duduk di kursi yang menghadap jelas vas bunga di sudut sana. Di depannya sudah terdapat secangkir teh chamomile hangat, berharap rasa manis yang diberikan akan mengalahkam rasa kewecanya saat ini.
Lima hari sudah setelah kepergian Suga ke Scarborough, pria itu tidak menghubunginya sama sekali. Jarang sekali Suga memberikan kabar jika sedang bertugas, pria itu cenderung akan menghubungi ketika sudah selesai dan akan kembali ke Toronto.
Dan pergi makan malam bersmaa Agust waktu lalu tidak seburuk yang Wendy pikirkan. Pria itu cukup menyenangkan untuk diajak berbincang jika ingin menjadi teman baik. Agust berbeda dengan Suga yang memiliki sifat lebih dewasa, pria itu terlihat seperti anak kecil yang menyebalkan.
Agust lebih ekspesif dibandingkan Suga. Bagaimana cara ia berbicara dan bersikap hampir sama seperti dirinya. Maka ketika mereka sudah menemukan satu obrolan yang cocok, pembahasan tidak akan mudah dihentikan dalam waktu singkat.
Wendy tahu jika Agust memiliki perasaan lebih padanya. Bukan dari bagaimana pria itu bersikap, tapi Suga dengan jelas memberitahu hal ini padanya beberapa waktu lalu. Dan karena hal ini juga perdebatan antara Wendy dan Suga sering kali hadir.
"Hei, wanita mawar!" Suara pekikan seorang pria mengejutkan dirinya. Wendy menoleh cepat, mendapati Agust di ambang pintu dengan seulas senyum di bibir.
Pria itu hadir dan Wendy tidak mendengar suara bel pintu terbuka yang berbunyi. Apa dirinya terlalu larut dalam lamunan siang ini.
"Aku bukan wanita mawar." Wendy merengut kesal. Ia melepaskan apron, menaruhnya di atas meja dan menyambar tasnya.
"Mau kemana?" Tanya pria di sana yang kini terlihat sedikit tertarik pada rangkaian bunga yang baru saja selesai Wendy kerjakan.
"Makan siang? Bukannya itu alasan kamu tiap hari kesini?" Wendy berbalik menembak pertanyaan, membuat Agust mengulas senyum tipis di bibir.
Bahkan senyum pria itu sangat mirip dengan Suga, hingga debaran yang dirasa Wendy membuatnya bingung. Apakah ia merindukan pria itu, atau mulai tertarik pada pria ini. Dan Wendy harap tebakan pertamalah yang menjadi jawaban atas kebimbangan hati.