First meet

197 35 7
                                        

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Siang hari terlihat begitu cerah, bunga yang berjajar di luar menyebarkan pesona, dan angin di musim semi membuat rambut yang tergerai menari dengan bebas. Seorang wanita terlihat baru saja menggunting daun yang menguning, membenarkan topinya yang akan terjatuh, nampak begitu sibuk dengan pekerjaannya.

Wendy melirik ke arah jendela, melihat keadaan di luar begitu terik, namun tidak sampai menyengat kulit. Jalan di pinggir kota terlihat ramai layaknya musim dingin. Toko-toko di sepanjang jalan sesak dengan pengunjung yang lalu lalang keluar masuk. Jika saja toko yang ia miliki sebuah kedai makanan cepat saji, pasti keadaan akan sama rata di sini.

Tapi toko bunga yang dimilikinya hanyalah sebuah bangunan sederhana. Ia tidak memiliki modal besar untuk membanting stir perjalanan bisnisnya.

"Selamat da-"

Suara pintu yang dibuka dengan paksa membuat kata tidak sampai pada kalimat yang sempurna. Kegaduhan tiba-tiba saja terjadi saat seorang pria dengan napas tersenggalnya hadir membawa aroma terik matahari masuk ke dalam toko.

"Bilang sama mereka kalau kamu engga lihat saya!" Kalimat dilayangkan layaknya sebuah perintah tanpa bantahan. Wendy masih tetap pada tempatnya, tanpa sadar membiarkan topinya terjatuh ketika angin dari pintu yang terbuka lebar meniupnya.

Tidak ada pergerakan dari tubuh kecilnya, kecuali kedua mata bulat sempurna miliknya yang mengikuti kemana arah pria itu masuk lebih jauh ke dalam tokonya. Di balik susunan pot bunga di atas meja, pria itu menyembunyikan tubuhnya beserta tas besar miliknya.

Entah apa yang terjadi pada pria itu, Wendy tidak dapat memproses keadaan yang terjadi juga dengan sebuah kalimat perintah untuknya. Toko menjadi ramai dalam sejekap, bel tidak berbunyi ketika pintu dibiarkan terbuka lebar sejak tadi.

Pelanggan kebanyakan yang datang adalah wanita, membuat aroma bunga berkurang dan berganti dengan aroma parfum lembut yang menenangkan. Namun kali ini derap langkah yang mendekat terdengar kasar, tidak ada aroma parfum mahal, justru tembakau yang baru saja terbakar.

Gerombolan orang yang bisa ia hitung berjumlah lima orang berhenti tepat di depan tokonya, salah satu dari mereka mengintip ke dalam seperti mencari sesuatu tanpa permisi.

"Selamat da-"

"Lihat orang bawa tas hitam besar lewat sini?"

Untuk kesekian kalinya kalimat sambutan tidak sampai pada akhir. Wanita cantik itu mundur satu langkah saat pria lain menerobos masuk ke dalam toko. Tangannya yang menggenggam gunting semakin erat. Wendy menarik napas, tapi itu tidak cukup untuk membuat dadanya bebas dari rasa takut.

"Engga ada siapapun di sini. Mungkin orang tadi lari masuk ke blok sana."

Wendy tahu suaranya terdengar bergetar, tapi ia tetap ingin terlihat tidak berbohong soal perkataannya. Wendy berjalan keluar toko, menunjuk satu blok dari sini yang mendapat perhatian lima pasang mata menatap satu titik yang sama.

Twins [WENGA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang