"Hah, aku haus. Latihannya sangat melelahkan.", keluh Mikasa.
"Hei, Mikasa! Lihatlah, ada teh di meja yang masih utuh.", seru Sasha dengan riang.
"Benarkah? Siapa yang membuat teh dan meninggalkannya begitu saja? Itu pemborosan."
"Yuk, kita minum saja. Lagipula, teh ini sudah dingin."
"Tapi bagaimana jika pemiliknya datang dan mencari tehnya?"
"Itu tidak mungkin. Teh ini sudah dingin, siapa yang mau minum teh dingin?"
"Kau.", tunjuk Mikasa pada Sasha.
"Ya, karena kita kehausan jadi tidak masalah dingin atau hangat."
Setelah itu, Sasha meminum setengah dari teh yang masih penuh itu, lalu memberikan setengahnya lagi kepada Mikasa. Namun, saat Mikasa baru saja menyeruput tehnya, Levi datang dengan alis yang terangkat sebelah.
"Hei bocah, apa yang kau lakukan dengan tehku?", tanya Levi.
"Hanya minum teh dingin yang ditinggalkan oleh pemiliknya.", jawab Mikasa.
"Aku tidak meninggalkannya, dan kau tidak sopan sekali minum teh orang lain."
"Teh ini ada di meja dan tidak ada pemiliknya karena tidak ada orang di sini selain kami berdua.", sanggah Mikasa.
"Aku hanya keluar sebentar untuk mengambil dokumen di kantor Erwin, dan kau sangat lancang meminum tehku.", geram Levi.
"Kalau hanya sebentar, tehnya tidak akan sampai dingin.", balas Mikasa, tak mau kalah.
Sasha yang melihat hal ini merasa ngeri. Aura permusuhan di antara mereka berdua sangat terasa, seakan ada petir memantul di antara mata mereka.
"Sudahlah Mikasa. Kita minta maaf saja dan pergi dari sini.", bisik Sasha sehalus mungkin di telinga Mikasa.
Mikasa mendengus, dan hal itu tidak luput dari pandangan Levi. Mikasa berpikir sejenak, karena baginya, mengalah pada Levi adalah hal yang memalukan. Dia berjalan mendekati Levi dan menyodorkan gelas yang masih berisi setengah teh.
"Apa maksudmu?", tanya Levi, bingung dengan tingkah laku Mikasa.
"Ini masih setengah, jadi tidak usah banyak komentar. Kami hanya meminum setengahnya saja.", jawab Mikasa dengan enteng.
Levi menatap Mikasa dengan tatapan yang semakin tajam. Di sisi lain, Sasha menatap Mikasa dengan rasa takjub, tak percaya bahwa Mikasa berani menantang Levi seperti itu.
"Jadi, kau pikir hanya dengan meminum setengahnya, kau bisa bebas dari kesalahan?", tanya Levi. Suaranya dingin.
"Ya, setidaknya itu lebih baik daripada membuangnya.", jawabnya. Mikasa membalas tatapan Levi, berusaha tidak terlihat gentar.
Levi menghela napas, kemudian menunjuk ke arah ruang latihan.
"Baiklah, jika itu pikiranmu. Aku punya hukuman pribadi untukmu. Kita akan latihan tambahan setelah ini. Kau akan belajar bagaimana menghargai hak orang lain."Mikasa menelan ludahnya, mengetahui bahwa latihan dengan Levi tidak akan mudah. Namun, dia tidak menunjukkan rasa takutnya. Sebaliknya, dia menatap Levi dengan tatapan yang penuh tantangan.
"Baiklah. Aku siap.", jawabnya, suaranya penuh dengan tekad.
"Dan satu lagi, mulai sekarang setiap kali aku meminta, kau akan membuatkan teh untukku. Dan kau akan menemaniku meminumnya. Kau harus belajar menghargai dan merasakan usaha yang diperlukan untuk membuat secangkir teh yang baik."
Setelah itu Levi pergi, meninggalkan Mikasa yang masih bersungut-sungut karena berbagai hukuman dari Levi, dan Sasha yang masih melongo menyaksikan adegan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULTIKASA ( Oneshoot Mikasa )
RandomKumpulan Oneshoot Mikasa Semicanon dan AU •OOC •18+