Colt, seorang tentara yang tangguh dan disegani, baru saja menerima perintah untuk pergi ke perbatasan Negara. Meski dia tahu ini adalah bagian dari tugasnya, dia merasa berat untuk meninggalkan Mikasa, istrinya yang sedang hamil.
"Mikasa, aku harus pergi.", kata Colt dengan suara serius, menatap Mikasa yang tampak sedih.
"Ini adalah tugas yang harus aku lakukan. Aku berjanji akan kembali secepatnya."
Mikasa tampak sedih, namun dia mencoba untuk tersenyum.
"Aku tahu Colt. Aku akan menunggumu di sini.", kata Mikasa, mencoba menenangkan Colt dan dirinya sendiri.Colt merasa lega mendengar kata-kata Mikasa. Dia merasa beruntung memiliki Mikasa di sisinya, dan dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan kembali dengan selamat untuk Mikasa dan bayi mereka.
Mereka berdua berpelukan erat, merasakan kehangatan masing-masing sebelum Colt harus pergi. Mikasa merasakan air mata mulai menggenang di matanya dan akhirnya jatuh membasahi pipinya.
Colt merasakan air mata Mikasa dan dengan lembut menghapusnya dengan ibu jarinya.
"Jangan menangis, Mikasa," kata Colt dengan suara lembut."Aku ingin kamu bahagia. Karena jika kamu bahagia, bayi kita juga akan bahagia."
Mikasa mencoba menahan tangisnya dan mengangguk, memahami apa yang Colt katakan. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan tetap kuat dan bahagia untuk bayi mereka, menunggu Colt pulang dengan selamat.
Colt mencium kening Mikasa dengan lembut, lalu berangkat. Mikasa memandang ke arah kepergian suaminya dengan tatapan sedih, merasa rumah akan sangat sepi tanpa Colt.
🌷💮🌷
Hari pertama tanpa Colt sangat berat bagi Mikasa. Dia merasa kesepian dan sedih, namun dia berusaha tetap kuat untuk bayi mereka. Untungnya, Sasha, sahabat baiknya datang untuk menemaninya.
"Sasha, terima kasih sudah datang.", kata Mikasa, mencoba tersenyum.
"Tentu saja Mikasa. Kita adalah sahabat dan sahabat selalu ada untuk satu sama lain.", kata Sasha, mencoba menghibur Mikasa.
"Sasha, maukah kamu pergi berbelanja denganku?", tanya Mikasa, mencoba mengalihkan pikirannya dari Colt.
"Pasti Mikasa! Belanja adalah obat terbaik untuk melupakan kesedihan.", kata Sasha, tampak antusias.
Mereka berdua pergi berbelanja, menikmati waktu bersama. Mencoba berbagai pakaian, membeli barang-barang untuk bayi, dan bahkan menikmati es krim favorit mereka.
Meski Mikasa masih merindukan Colt, dia merasa lebih baik setelah menghabiskan waktu dengan Sasha. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Sasha di sisinya.
Saat mereka berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, Mikasa tiba-tiba melihat dua wajah yang dikenalnya. Eren dan Armin, sahabatnya.
"Eren Armin.", sapa Mikasa, mencoba bersikap ramah.
Armin tersenyum dan menyapa Mikasa, namun Eren tampak jengkel.
"Mikasa, kamu tampak bahagia tanpa aku.", kata Eren, tampak tidak bisa move on dari hubungan mereka.Mikasa tampak terkejut dengan kata-kata Eren, tapi sebelum dia bisa menjawab, Sasha sudah berdiri di depannya.
"Eren, jangan berbicara seperti itu pada Mikasa. Dia berhak bahagia.", kata Sasha, membela Mikasa.
Mereka berempat adalah teman satu kampus dulu. Mikasa dan Eren pernah menjalin hubungan, tapi Eren mengkhianatinya dengan berselingkuh. Ironisnya, Eren juga akhirnya dikhianati oleh wanita yang menjadi selingkuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULTIKASA ( Oneshoot Mikasa )
RandomKumpulan Oneshoot Mikasa Semicanon dan AU •OOC •18+