Hujan.
Sudah berminggu-minggu ini langit selalu menurunkan air matanya.
Saat ini, aku sedang diam menatap melalui jendela. Tak ada aktivitas yang dapat kulakukan sekarang. Bahkan di tempat yang semakin sepi ini --Perasaanku saja.
Ada beberapa anak yang masih tinggal di sini. Mungkin belum ada yang datang untuk mengadopsi kita semua. Terutama aku. Rasanya aku ingin sekali meninggalkan tempat ini, namun aku tidak punya tujuan.
"Hey, sendirian aja"
Aku menengok ke arah suara tersebut. Aku mengenali suara tersebut. Suara seorang gadis cantik yang sedang berdiri di mulut pintu kamar.
"Menurutmu?", ucapku.
Gadis itu tanpa mengucapkan sepatah kata, langsung menghampiriku dan duduk di sebelahku. Tak lupa dia menaruh kepalanya di pundakku --katanya sih pundakku cukup nyaman untuknya.
"Hujan kapan berhenti ya? Aku ingin main lagi di luar", ucapnya.
"Entahlah. Hanya langit dan Tuhan yang tau. Lagi pula kita mau bermain dengan siapa? Panti asuhan ini udah mulai sepi. Perkiraanku, mungkin bulan depan kita berdua-"
"Tolong hentikan. Aku tidak ingin mendengarkannya"
"Kenapa? Bukankah lebih baik kita punya kehidupan yang lebih layak daripada disini?"
Gadis itu hanya bisa diam. Tidak sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Aku mengerti, memang perpisahan itu menyakitkan. Tapi jika kita terus berada di panti asuhan ini... Bagaimana kita akan menata masa depan kita?
"Hm, berjanjilah denganku kalau begitu"
"Janji?"
"Iya, janji"
Gadis itu menunjukkan jari kelingkingnya. Aku hanya menatap bingung. Apa yang sedang ia lakukan?
"Janji apa?"
Tanpa seizinku, dia mengambil kelingking kananku dan mengaitkannya. Lalu dia menggerak pelan ke atas dan ke bawah. Aku bisa melihat senyumnya yang lebar. Senyumnya terasa hangat walau cuaca saat ini hujan dan suhu terasa cukup dingin --Menurutku.
"Janji denganku, suatu hari nanti. Di masa depan nanti. Kita akan saling bertemu. Bagaimana?"
"Kalau aku tak bisa menepatinya?"
"Ih, setidaknya jangan berputus asa seperti itu..."
"Aku hanya berbicara fakta. Lagi pula-"
"Cukup. Kalau kamu tidak bisa melakukannya... Maka biar aku yang melakukannya"
Aku hanya bisa terdiam dan menghela nafas. Mungkin aku merasa bersalah karena helaan nafasku cukup terdengar. Tapi apa daya, aku tidak tau apa yang kurasakan sekarang.
"Hm, kita ke ruang makan yuk. Aku lupa kasih tau kamu kalo makan malam udah disiapkan", ucapnya.
Aku mengangguk. Gadis itu dengan segera mengenggam tanganku dan mulai mengajakku untuk keluar ruangan. Meninggalkan selimutku yang tergeletak di lantai begitu saja.
---
Musim semi,
Tepat hari itu adalah awal semester baru untuk para murid SMA kembali masuk setelah liburan semester telah berakhir. Matahari pagi seolah menyambut kedatangan murid-murid di sana. Di sekolah tersebut telah terpampang sebuah papan besar dan panjang dimana tertempel sebuah kertas. Kertas tersebut berisikan mengenai pembagian kelas beserta nama-nama murid.

KAMU SEDANG MEMBACA
Yakusoku 約束
Fiksi Penggemar[ Chika x Azizi ] Pernahkah kamu bertanya kapan kamu bisa bertemu lagi dengan orang di masa lalu? Dimana kamu dan dia mengucapkan janji untuk saling bertemu di masa depan? Namun apa yang terjadi jika orang dari masa lalumu itu tidak mengingat janji...