Chapter 5

73 8 0
                                    

Ganesha tetap berusaha untuk duduk tenang meski raut ketidak sukaannya tidak dapat disembunyikan. Malam tenangnya dengan musik Ballad dan masker di wajahnya mendadak rusak karena kedatangan seorang tamu yang tak diundang.

"Apa kabar, sepupu?" Ujarnya dengan anggun namun terdengar nada sumringah disana.

Berkebalikan dengan ekspresi yang bersangkutan, wajah Ganesha justru mendadak mendung saat tahu siapa yang membuka pintu kamarnya—tanpa mengetuk—dan menunjukkan wajahnya sehingga ia harus melepas dua buah irisan mentimun yang menutup kedua matanya.

"Ngapain lo disini?" Tanyanya yang tak ingin berbasa-basi.

Gadis itu nampak berjalan-jalan santai seraya mengabsen satu persatu isi kamar Ganesha. "So rude...."

"Gue baru dateng dari Aussie, loh,"

"Minimal disambut lah...." Ganesha hanya mengerling jengah.

Gadis itu adalah Aleeya Wirasena, sepupunya dari pihak ayah. Alasan mengapa Ganesha tak menyukai kehadirannya adalah karena gadis ini terlalu semaunya. Contoh kecilnya adalah ketika ia memasuki kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Meski Ganesha adalah pemuda yang sulit diatur, ia tetap mengutamakan manner. Dan mengetuk pintu terlebih dahulu adalah basic manner yang seharusnya, untuk orang-orang yang dibesarkan dengan banyak manner seperti mereka, itu adalah hal lumrah yang mereka lakukan.

Aleeya memang tidak melakukan itu ketika di hadapan keluarganya—terutama keluarga besar—ia akan sangat menjaga sikapnya terlebih ia adalah seorang perempuan. Ia bersikap seperti ini hanya pada Ganesha. Tidak pada saudara kandungnya maupun sepupu yang lain, benar-benar hanya pada Ganesha.

Mungkin karena ia tahu bahwa Ganesha sudah lama meninggalkan manner-nya, untuk itu ia berani bersikap mannerless pada Ganesha. Sebab ia tentu akan segan pada saudara yang lain—yang tentu saja masih membawa sikap mereka kemanapun mereka pergi.

"Kalo lo ga punya tujuan, mending lo keluar. You're a disturbance, Al. I swear to God."

"Apa kabar Indonesia?" Kembali, gadis itu berujar angkuh dan semakin membuat Ganesha jengah.

Ia tahu bahwasanya Aleeya sedang mengejeknya karena ia melanjutkan pendidikannya di Indonesia. Dulu seharusnya ia melanjutkan kuliah ke Inggris, hanya saja Ganesha terjerumus pergaulan yang salah dan mulai tertarik pada dunia drag racing. Itulah yang membuat orang tuanya tidak mengizinkannya untuk kuliah di Inggris.

Hal itu sukses mengundang gelak tawa Aleeya. Karena perlu diketahui bahwa Ganesha dan Aleeya semenjak dulu bersaing untuk menjadi yang terbaik—kalian tahu, demi memikat sang kakek dan tentu saja masalah, ekhm! Warisan—untuk itu mereka berdua telah lama berperang dalam diam. Bahkan ketika mereka masih kecil.

Mereka berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal terutama masalah pendidikan. Dan karena Aleeya yang berhasil menempuh pendidikan luar negeri, jelas Ganesha sudah kalah telak. Tapi sebenarnya tidak juga, karena ia saat ini juga menempuh pendidikan di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Dan perlu kalian ketahui juga bahwa Aleeya lah yang pertama mengetahui Ganesha yang mulai nakal dan mengadukannya pada orang tuanya.

Jelas karena aduan itulah orang tuanya tak mengizinkan dirinya kuliah di Inggris. Sebab, sampai Ganesha justru berulah disana, jelas keluarganya akan dicoret dari daftar warisan kakeknya.

Bayangkan betapa dongkolnya Ganesha....

Muak menanggapi gadis menyebalkan itu, Ganesha memilih kembali berbaring dan menutup kembali matanya dengan dua buah irisan mentimun. Ia berusaha mengabaikan Aleeya yang berceloteh tentang bagaimana Australia dan segala jenis pencapaiannya. Ia juga memiliki pencapaian luar biasa, batinnya. Menjadi raja dari semua raja jalanan itu pencapaian yang luar biasa, omong-omong.

Arjuna [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang