07. Terungkap

754 122 8
                                    

Aku sudah siap untuk berangkat sekolah, sejak kemarin Jeno tidak mengangguku lagi setelah kejadian di lapangan basket, aku bersyukur karena hal itu akhirnya kehidupanku yang normal akan segera kembali tanpa ada bayang-bayang Jeno.

"Pagi!!" Sapaku riang pada ibu dan Jisung yang tengah menikmati sarapan bersama. Aku tersenyum pada bocah kelinci itu tapi apa yang aku dapat, dia justru menatap kesal kepadaku. Oh ayolah, apa lagi kesalahanku sekarang? Kenapa dia menatapku seperti itu, membuat moodku buruk saja.

"Ada apa dengan tatapan itu, hoh? Apa ada yang salah dengan diriku?" Tanyaku karena mulut ini tidak tahan untuk tidak bertanya.

"Tidak, hanya mengingatkan agar Kakak jangan menyesal dan berhenti melakukan hal bodoh." Pasti ini ada hubungannya dengan Jeno. Sebebarnya ada apa sih dengan bocah ini, kenapa dia begitu membela Jeno yang bukan siapa-siapa dan terus menyalahkan diriku yang merupakan kakak kandungnya. Sungguh membuat pusing saja.

Selesai makan aku segera pergi ke-sekolah setelah berpamitan pada Ibuku. Aku terkejut ketika membuka pintu dan melihat seseorang yang kini berdiri di depan pintu. Siapa lagi jika bukan Jeno!! Kupikir dia sudah menyerah dan tidak akan menggangguku lagi, tapi apa ini?! Dia malah berdiri di depan pintu rumah ku dengan cengiran konyolnya itu. "Apa yang sedang kau lakukan di depan pintu rumah orang lain?!" Ketusku, aku benar-benar muak dengan segala hal yang ia lakukan.

"Tentu saja menunggumu untuk berangkat kesekolah bersama, apa lagi?" Jawabnya begitu enteng, seolah kemarin tidak terjadi apa-apa dan semua baik-baik saja.

"Lee Jeno, apa kau tidak lelah dengan semua ini? Mau samapi kapan kau akan seperti ini?" Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi dirinya yang keras kepala melebihi diriku sendiri, belum lagi, aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia mau dariku hingga terus membuntutiku bahkan menjadikan diriku kekasihnya.

"Tidak, aku tidak lelah, bagiku ini sangat menyenagkan." Lihatlah, jawaban yang keluar dari mulutnya selalu membuatku binggung, harus dengan cara apa lagi aku membuatnya berhenti dan tidak mengangguku lagi. Masa bodoh dengan apa yang sebenarnya dia mau dariku, pura-pura tidak menganggapnya mungkin jauh lebih baik.

Aku memutar bola mataku jengah lalu berjalan mendahuluinya. Jika berjalan bersebelahan dia bisa salah paham dengan mengira aku telah menyerah dan menerima dirinya. Tentu saja aku tidak mau hal itu terjadi.

...

Setibanya di sekolah, seperti biasa para siswa dan siswi yang tidak punya pekerjaan selain bergosip tengah membicarakan diriku yang memperlalukan Jeno bak seorang pelayan. Tapi aku tidak peduli karena aku tidak pernah meminta Jeno melakukan hal itu dan lagi aku sama sekali tidak butuh ocehan mereka yang tidak berguna.

Sekilas aku melihat Jeno yang berjalan di belakang ku. Dia tersenyum, entah apa yang membuatnya senang dari kejadian hari ini, tapi sejak berangkat tadi senyum itu tidak pernah luntur dari bibirnya. Mungkin itu efek karena kurang tidur dan minum obat.

Pelajaran berjalan seperti biasa, membosankan, tapi ada sesuatu yang membuatnya berbeda. Kalian tahu kenapa? Ini semua karena tiba-tiba saja Jeno berubah menjadi pintar, dia berulang kali berhasil menjawab pertanyaan dari guru bahkan jawabnnya tepat dan cepat, seolah dia memang pandai sejak awal. Entah aku yang tidak tahu atau mungkin tidak sadar sehingga tidak menyadari jika Jeno telah berubah atau mungkin saja dia ingin pamer padaku jika dia sekarang menjadi pandai. Tetap saja itu tidak akan merubah apapun.

Di kantin, kembali Jeno disambut oleh para fans yang entah sejak kapan jadi sebanyak ini. Mereka membuat ku sulit untuk berjalan dan terjebak di tengah krumunan, untung saja seseorang menarik tanganku sehingga aku bisa kelaur dari krumunan itu, namun aku terkejut ketika sadar jika Jeno lah yang tadi menarik tanganku dan membebaskanku dari krumunan itu.

My Lovely, Renjun! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang