02. Renjun Setuju dengan Jeno?!

1.1K 191 7
                                    

Aku duduk diatas ranjang. Berkali-kali mengacak rambut ku frustasi sampai entah bagaimana keadaanya sekarang aku tidak peduli, kejadian tadi sore benar-benar membuat ku gila dan Jeno-lah penyebab semua itu terjadi. Oh aku harap ini hanya mimpi buruk dan besok semua akan kembali seperti semula.

Aku menepuk kedua pipi ku pelan. "Ini hanya mimpi, yah jangan pikirkan itu lagi Renjun! Jeno bodoh itu tidak mungkin menyatakan perasaanya padamu." Aku meyakinkan diriku sendiri padahal diriku yang lain tahu jika hal itu adalah kenyataan yang tidak bisa aku ubah.

"Renjun-ah! Cepat turun makan malamnya sudah siap!!"

"Kak, jika kau tidak turun dalam hitungan ketiga, maka aku anggap kau memberikan jatah makanmu untuk ku!!"

Belum selesai aku memikirkan nasib buruk karena ulah Jeno, kini aku malah harus menghadapi keluargaku yang benar-benar luar biasa. Aku memiliki seorang ibu dan satu adik laki-laki yang sangat menyebalkan mungkin hampir sama menyebalkannya dengan Jeno bedanya dia itu lebih banyak bicara tidak seperti Jeno yang hanya bicara kepadaku, jika dengan yang lain itu hanya hal yang penting saja. Ayahku? Beliau sudah lama meninggal, ketika aku duduk dibangku sekolah menengah pertama jadi aku tidak terlalu ingat bagaimana dirinya, yang aku tahu dia orang yang tampan dan juga baik.

Astaga! Si bocah nakal itu sudah mulai menghitung, jika aku tidak segera turun maka jatah makanku akan benar-benar dimakan habis olehnya. Yah, dia tidak pernah main-main dengan ucapannya karena hal ini sering terjadi dan hasilnya aku harus memasak sendiri makananku.

Benar dugaan ku, ketika aku sampai disana bocah itu sudah bersiap untuk memakan makananku. "Kau ini!" Ku pukul pelan belakang kepalanya dengan tanganku ini, dasar adik kurang ajar.

"Aduh! Kak, sakit." Rengek nya sambil mengusap belakang kepala yang baru saja ku pukul.

"Makanya jangan suka mengambil jatah makan orang!" Ucapku sinis. Aku tidak peduli dengan Jisung yang masih mengusap belakang kepalanya, aku langsung duduk kemudian mengambil jatah makanku yang ia ambil.

Aku mengerutkan kening ketika tidak mendapati ibuku disana. "Mana Mama?" Tanyaku pada bocah nakal disampingku yang kini tengah menikmati makanannya.

"Ada tamu, mungkin Mama tengah menyambutnya." Jawabnya dengan mulut yang penuh dengan makanan. Lihatlah, hidup ku dikelilingi oleh orang-orang bodoh. Tapi tunggu! Dia bilang ada tamu? Siapa? Tumben sekali kami kedatangan tamu. Ah, entahlah kenapa aku harus pusing memikirkannya.

"Renjun-ah, lihatlah siapa yang datang." Aku menoleh pada ibuku yang datang bersama seseorang.

Aku langsung tersedak ketika mengetahui jika orang itu adalah Jeno dan dia berada dirumah ku. Di rumah ku!! Bahkan dia memperlihatkan senyum bodohnya itu lagi. Apa-apaan dia itu!!

"Kak minumlah, kau bisa mati nanti" Jisung memberikan segelas air untukku.

Aish, bocah itu apakah dia sedang mendoakan kakaknya agar cepat mati dasar adik kurang ajar dan lagi untuk apa Jeno datang kemari. Apa tidak cukup dia menganggu hidupku di sekolah.

Aku meneguk segelas air yang Jisung berikan padaku. Setelah itu aku langsung berdiri untuk menghampiri Jeno. "Sedang apa kau dirumah ku?!"

"Renjun-ah, jangan bicara kasar seperti itu dia kan tamu kita, bicaralah yang baik." Nasehat ibuku. Oh, kenapa tidak ada yang mengerti situasiku saat ini. Menyebalkan.

"Kenapa? Aku hanya ingin berkunjung kemari sekalian mengajakmu untuk makan malam bersama di luar." Katanya dan terus saja tersenyum, apa dia tidak lelah terus tersenyum seperti orang bodoh.

My Lovely, Renjun! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang