08. Menyesal

731 124 8
                                    

Jeno benar-benar melakukan apa yang ia katakan semalam. Pagi ini dia tidak menjemputku seperti sebelumnya dan sesamapinya di sekolah aku harus menerima kenyataan kalau Jeno memutuskan untuk bertukar tempat dengan Haechan yang tadinya duduk di bangku depan dengan Woobin, dia bahkan hanya tersenyum padaku ketika tidak sengaja kami berpapasan didepan pintu. Sungguh perasaan yang aneh.

"Renjun, aneh sekali, tadi pagi Jeno memintaku bertukar tempat padahal dulu dia yang ngotot sekali untuk satu bangku denganmu, sekarang kenapa dia malah pindah. Apa kalian bertengkar?" Tanya Haechan saat kami sedang duduk dan makan bersama di kantin.

"Kenapa aneh, itu hal biasa bagiku. Itu artinya Jeno sadar diri bahwa aku tidak menyukainya dan sudah seharusnya seperti ini. Sudahlah jangan membahasnya lagi." Hari ini moodku benar-benar buruk dan itu semua karena Jeno. Sungguh menyebalkan.

"Aku kan cuman tanya kenapa kau marah begitu? Ya sudahlah kalau tidak mau membahasnya." Haechan malang, salah sendiri membahas hal itu.

Suasana hatiku semakin buruk ketika melihat Jeno yang sibuk dikelilingi banyak siswi yang merupakan fans nya. Ingin rasanya aku berteriak dan menariknya pergi menjauh dari sana, tapi siapa aku? Apa hakku melakukan hal itu? Ingatlah Renjun kau sendiri yang dulu ingin Jeno menjauh tapi kenapa sekarang kau malah marah hanya karena dia bersama para siswi lain dan berhenti memberikan perhatiannya untukmu? Kau juga yang telah menolaknya dan memberikan kalimat pedas dan menyakitkan untuknya setiap saat. Lucu, apa kau menyesal sekarang?

"Aaarrggghh.... Ini semua membuatku muakkk!!!" Teriakku tanpa sadar dan menarik perhatian semua orang yang ada di kantin. Haechan langsung menarikku pergi dan meminta maaf atas apa yang aku lakukan tadi, itu benar-benar memalukan bahkan Jeno juga melihatku tadi. Ya tuhan ada apa dengan diriku ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku pulang." Ucap ku ketika sampai di rumah, ku lepas sepatuku dan ku letakkan asal di rak yang ada di sebelah pintu. Aku masuk kedalam dan bertemu dengan Jisung yang tengah asik bermain video game dengan cemilan yang berserakan dimana-mana.

"Aishh... Kau ini membuat kotor saja, cepat bersihkan semua ini Jisung dan berhenti bermain." Omel ku pada bocah nakal itu.

"Kak kenapa kau pulang tiba-tiba marah seperti itu sih?” Ucap bocah itu.

"Jangan banyak tanya dan cepat bersihkan semua kekacauan ini atau kau tidak akan dapat jatah makan, cepat bersihkan."

"Iya iya, galak sekali."

Aku memijit pelipisku yang berdenyut nyeri kemudian masuk kedalam kamar. Ku rebahkan tubuhku di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar yang berwarna putih tanpa hiasan apapun. Ku pejamkan mataku sesaat berharap mendapat ketengana tapi nyatanya malah wajah Jeno yang terbayang dalam benak, semua ini membuatku semakin frustasi. Rasanya hidupku benar-benar berbeda dan ada yang kurang seperti ada sebuah lubang yang kosong dalam hati ini. "Apa aku benar-benar menyesal?" Aku mengacak rambutku frustasi.

"Oh Kakak!" Aku langsung terduduk karena terkejut tiba-tiba bocah kelinci itu tanpa rasa berdosa masuk kedalam kamarku tanpa mengetuk pintu.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk?! Membuat kaget saja." Omelku yang malah menerima sebuah cengiran tak berdosa dari bocah itu.

"Maaf Kak."

"Ada apa kau kemari?"

"Oh iya, aku mau tanya"

"Tanya apa?"

"Kenapa Jeno Hyung tidak menjemput Kakak tadi pagi dan sekarang dia juga tidak kemari, ada apa Kak?"

Jeno lagi Jeno lagi, ya tuhan kenapa kau terus saja membuatku kesal dengan nama itu. "Mana akun tahu?!!  Kenapa kau tidak tanya sendiri padanya?!! Jika kau hanya mau bertanya hal itu jangan disini keluar sana!!!" Aku mendorong tubuh Jisung keluar dari kamarku lantas menutup pintu kamarku rapat-rapat.

"Kenapa kau ini sebenarnya? Apa kau membuat Jeno Hyung sedih lagi makanya dia tidak mau kesini atau kau melarangnya?!! Kak buka pintu kamarmu, Kakaaakk!!!" Aku tidak menjawab pertanyaan atau pun teriakan bocah kelinci yang mungkin masih berdiri didepan pintu kamarku seperti satpam, aku tidak peduli.

Asal kau tahu saja Jisung, dialah yang membuatku menjadi kesal dan moodku buruk hari ini, aku benar-benar dilema sekarang.

"Ahhh... Kepala ku bisa pecah jika memikirkan hal ini."
Aku melompat keatas ranjang dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut tebal. Memejamkan mata berusaha untuk tidur dan berhenti memikirkan hal ini.
.
.
.
.
.
.
.
Hariku semakin buruk dan semakin lama perasaan dalam hatiku menjadi aneh. Sudah satu minggu dan selama itu aku ataupun Jeno jarang sekali bertatap muka langsung dan berbicara seperti dulu. Kami sibuk, tidak dialah yang sibuk dengan para wanita yang semakin sering bersama dengannya dan aku hafal betul dengan satu orang wanita yang selalu datang menghampiri Jeno di kelas,  wanita yang sama yang pernah menabrak Jeno dan menumahkan minuman pada seragam sekolahnya. Yoon Sohee. Aku benar-benar tidak menyukai wanita itu.

"Renjun-aa, ayo ke kantin." Ajak Haechan yang menyadarkan lamunan ku tentang wanita menyebalkan itu. Aku bangkit dari duduk dan berjalan bersama Haechan menuju kantin. Tapi entah sengaja atau tidak, gadis bernama Yoon Sohee itu mencekal kakiku, membuatku jatuh tersungkur dan menjadi bahan tertawaan semua orang yang ada di kelas.

"Oups, sorry aku tidak sengaja, makanya jalan itu yang benar agar tidak terjatuh." Ucapnya seolah mengolok diriku.

"Renjun-aa, kau baik-baik saja, sini aku bantu." Haechan membantuku berdiri. Ingin rasanya aku memaki gadis itu saat ini tapi niat itu aku tahan ketika melihat Jeno yang datang dari ruang guru.

"Ah.. Oppa, kenapa lama sekali." Ucap Sohee dan langsung bergelayut manja pada lengan Jeno. Melihat pemandangan itu membuat ku ingin muntah saja.

"Maaf, ayo kita pergi sekarang, kau pasti sudah sangat lapar bukan."

"Iya!"

Bahkan Jeno berjalan melewatiku begitu saja seolah aku tidak ada disana. Hatiku serasa diremas dan di tarik paksa dari akarnya, benar-benar sakit. Apakah dia benar-benar sudah lelah dan tidak peduli lagi padaku? Benarkah semua sudah berakhir? Apakah sekarang aku menyesal? Begini kah rasanya menyesal?

"Renjun-aa, kau tidak apa-apa? " Haechan menyentuh bahuku pelan lantas mengusapnya.

"Iya, aku baik-baik saja." Kataku seolah menguatkan diriku sendiri.

Mulai sekarang aku harus menerima kenyataan bahwa Jeno telah pergi dan mungkin tidak akan pernah kembali lagi dan semua itu adalah kesalahanku sendiri yang begitu egois dan tidak menghargai perasaan dan usahanya selama ini. Aku adalah orang yang jahat dan mungkin ini adalah hukuman karena aku telah melukai perasaan Jeno terlalu dalam.




B e r s a m b u n g...

Halo
Aku kembali lagi, masih ada yang menunggu cerita ini update?
Semoga tulisan tidak seberapa ini bisa menghibur kalian yaaa♡

My Lovely, Renjun! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang