01. I've been Loving You In Silence

68 15 3
                                    


⚠️Homophobic, bullying

Ibu pernah berkata untuk tidak menahan segala perasaan yang ada di dalam hati. Segala bentuk perasaan, entah itu bahagia ketika berhasil mendapatkan roti kesukaan yang diinginkan di kantin sekolah, sedih ketika terjatuh dari sepeda hingga rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya, kesal karena teman yang seenaknya tidak menepati janji, hingga perasaan berdebar ketika melihat senyum tulus terpancar dari wajah seseorang.

Seperti bagaimana ibu yang terus terang mengatakan bahwa ia mencintai ayah dengan sepenuh hati ketika ayah akan pergi berangkat ke kantor, dengan melihat kejadian itu saja mampu menghangatkan hati. Sungguh keluarga yang harmonis dan dipenuhi kebahagiaan.

Orang-orang sering mengatakan bahwa anak kecil diibaratkan seperti kertas putih yang bersih nan polos. Tanpa noda, tanpa coretan, tanpa bekas. Apa yang diajarkan orang tua kepada anak mereka, seperti halnya menulis di atas lembaran yang baru. Walaupun dihapus, bekasnya masih akan ada walaupun seakan memudar.

Na Jaemin merupakan anak yang patuh dan disayangi oleh kedua orang tuanya. Apapun nasihat yang terucap dari bibir sang ibu, Jaemin dengan sepenuh hati menyimpannya. Apapun teguran yang terlontar dari bibir ayahnya, Jaemin dengan baik mengingatnya.

Termasuk nasihat dan peringatan untuk tidak menahan perasaannya.

Jaemin kecil sedikit tahu mengenai apa itu perasaan suka. Dada yang berdebar seakan jantungnya akan jatuh, terasa seperti kupu-kupu memenuhi perutnya. Namun, sesuatu terasa sangat salah menurut logikanya.

Perasaan tersebut seharusnya hanya berlaku pada lawan jenis. Ibu dan ayahnya, tetangga sebelah rumahnya, dongeng yang diceritakan turun temurun, drama yang ditayangkan di televisi, novel yang banyak dibaca oleh kalangan remaja.

Seharusnya, perasaan itu hanya berlaku kepada laki-laki dan perempuan.

Seharusnya, perasaan itu hanya berlaku kepada pria dan wanita.

Seharusnya perasaan itu hanya berlaku kepada laki-laki dan perempuan.

Seharusnya, perasaan itu hanya berlaku kepada pria dan wanita.

Seharusnya, perasaan itu hanya berlaku kepada laki-laki dan perempuan.

Seharusnya, perasaan itu hanya berlaku kepada pria dan wanita.

Seharusnya, perasaan itu hanya berlaku... Kepada siapa?

Lalu, bagaimana dengan Na Jaemin?

Berkali-kali Jaemin kecil mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa ia pasti salah mengartikan perasaannya karena ia hanyalah bocah ingusan yang baru menginjak usia 11 tahun. Entah bagaimana, Jaemin memutuskan untuk menuruti nasihat ibunya.

Lagipula, apa yang salah dengan mengutarakan perasaan? Ia hanya merasa kagum dengan kebaikan hati salah satu teman dari kelas lain. Toh, tidak akan terjadi apa-apa.

Setidaknya, itulah yang Jaemin kecil yakini untuk beberapa hari ini. Sebelum ia sadar telah melakukan kesalahan besar yang mampu membalikkan hidupnya.

Ketika kedua kakinya menginjakkan koridor sekolah pada hari yang biasa. Jaemin dapat merasakan hari yang biasa itu telah menjadi hari pertama dimana hari-harinya seolah menjadi neraka.

“Psstt itu kan yang namanya Na Jaemin dari kelas 5-3 yang menyukai Lee Hyunki?”

“Aku merasa kasihan dengan Ahrin yang dulu suka padanya...”

“Ibuku pernah berkata, sebaiknya kita jangan terlalu dekat dengan yang seperti itu.”

“Eh kenapa?”

Is It What You Called Love? || JaemRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang