Aku mengencangkan ikatan rambutku yang mengendur dengan pelan. Lalu mulai memakai kaus kaki berwarna hitam-putih, seperti yang diperintahkan kakak kelas itu.
"Alyza, ayo sarapan dulu." Itu suara Mamaku, ia mengajakku agar sarapan di lantai bawah. Aku segera membawa tas kuningku dan menuruni tangga, sampai ke meja makan. Di meja makan, sudah tersedia ayam goreng, sayur bayam dan satu mangkuk puding cokelat.
"Name tagnya udah dek?" tanya Arkan, Kakak lelakiku. Aku mengangguk, dan melanjutkan makanku.
Arkani Ramadhan, kakak lelakiku yang sangat manis. Umurnya sudah menginjak 19 tahun, beda 3 tahun denganku. Ia terkenal cogan di sekolahku─yang sekarang sekolahku juga─dan pintar juga. Banyak yang suka sama dia, tetapi ia masih menunggu cewek 'itu'. Tetapi, cewek 'itu' pindah ke London. Sayang.
Ia menyesap kopi dan membaca majalah. Sementara Mama, sedang menyiapkan bekal untukku.
Sebuah tangan mendarat di bahuku, itu tangan Kak Arkan. "Tenang aja cuk, di Garuda Jaya MOSnya gak kejam-kejam kayak di FTV," ucap Kak Arkan menenangkanku, karena sedari tadi aku menggigiti kukuku.
Aku menyengir. "Hehehe, iya Kak. Berangkat yuk," ajakku, lalu bangkit dari tempat duduk.
Mama memberiku tempat makan biru muda, dan memberiku beberapa lembar uang jajan. "Jangan nakal ya di sekolah baru. Anya masuk Garuda Jaya juga," jelas Mama sambil menutup tas kuningku. "Iya Ma, aku udah tau," aku menyalami tangan Mamaku. "Iza jalan ya Ma."
***
"Eh Ijah," Kak Arkan emang sering memanggilku Ijah. "Apa?" balasku setelah aku menutup aplikasi line di handphoneku. "Kalo ada yang nanya gua siapanya elu, jawab aja pacar," usul Kak Arkan saat sudah keluar dari gerbang komplekku.
Aku menatapnya kaget. "Lu mau gua di bully apa Kak?" bentakku. Ia mengerucutkan bibirnya. "Iih, biar gak ada cowok alay yang ngedektin elu bego," jelas Kak Arkan sambil mencubit hidungku.
Aku menepis tangannya dan memegang hidungku yang kemerahan. "Ck, iya-iya. Tapi, kalo gue di bully gimana? Lo mau tanggung jawab?" tanyaku kepada Kak Arkan. Ia mengangguk dan kembali fokus ke jalanan.
Line!
Aku membuka HPku dan mendapati Anya─sahabatku sejak SD─sudah membalas pesanku yang kukirim tujuh menit yang lalu.
alyza : anya, masuk gj kan y?
Anya : Yez
"Dek, lo denger gak gua ngomong apa?" tanya Kak Arkan. Aku menengok kepadanya, "emang elu ngomong?"
Ia mendecak. "Gue bilang, jangan deketin yang namanya Ellyza Ailasyan," ucapnya tegas. Aku menatapnya bingung. "Dia fans gua," tambah Kak Arkan sebelum aku bertanya kenapa. Aku mebulatkan mulutku dan bermain HP lagi.
***
"Dek, udah nyampe," ucap Kak Arkan, ia membangunkanku ketika sudah sampai. Aku mengangguk dan meregangkan badanku yang terasa pegal. Ia menyodorkan sisir biru dari cewek 'itu' untukku. Aku menerima sisir itu dan menyindir Kak Arkan, "masih di simpen aja. Belom moveon cuk?"
Ia meninjuku pelan. "Lama lu. Buruan masuk, tujuh menit lagi bel," jelas Kak Arkan, kemudian aku turun dari mobil Kak Arkan.
Dapat kulihat, banyak murid lain yang masih berseragam SMP, dengan kuncir warna pink untuk perempuan,dan kaus kaki hitam putih, ada di lapangan GJ SHS.
Kak Arkan merangkulku dan dengan santai berjalan menuju salah satu tempat duduk, yang sudah didiuduki Anya, sahabatku.
Aku berlari menghampiri Anya dan memeluknya. "Anyaaa! Kita ketemu lagi!" pekikku kegirangan. Ia membalas pelukanku dan mengajakku duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown
Teen FictionApa yang bakal kalian rasain, kalo kalian masuk sekolah dan ternyata kakak kalian, jadiin kalian pacar pura-puranya? Demi melindungi dirinya sendiri, agar tidak di ganggu oleh 'fans'nya? Kesal, kan? Apalagi, itu akan menjadi penghalang buat kalian u...