[2] The Girl

167 12 2
                                    

Kak Arkan dan Arkan―yang kelas sembilan itu―menengok ke arahku.

Kak Arkan memandangku dengan cuek, seakan-akan berkata 'berisik-lu-cuk', sementara Arkan membalik badan dan menampilkan wajah bingung.

"Ehehehe, maaf ya Kan. Maksud gue, gue manggil Ka―" aku ingin menyelesaikan jawabanku, cuma Kak Arkan gamon menyela. "Pacar. Gue pacarnya Alyza. Salken ya," sela Kak Arkan, mengulurkan tangannya ke arah Arkan, sementara lengan kirinya merangkulku. Arkan menampilkan senyuman manisnya dan membalas uluran tangan Kak Arkan, menjabatnya.

"Kalo gitu, duluan ya Kak," ucap Arkan, lalu pergi meninggalkan aku dan si gamon. Aku memukul lengan si gamon ketika Arkan sudah menaiki angkot, yang sama seperti ke arah rumahku.

"Apaan si!" bentak Kak Arkan. Aku cemberut, kemudian menarik lengan Anya dan menaiki angkot.

Aku dan Anya duduk disalah satu bangku di angkot, dan mengobrol sambil memakan burger yang kami beli di jalanan tadi. "Nya," panggilku. Ia menoleh ke arahku.

"Si gamon bikin kesel gua," jelasku tanpa ia minta. "Gara-gara tadi, kan?" terka Anya tepat. Aku mengangguk, "si Arkan kakak gua, ngaku-ngaku gua pacar dia! Padahal kan gua suka sama Arkannya," jelasku, keceplosan. Anya memandangku dengan tatapan aneh bagaikan shinchan, dan menyenggolku.

Aku membuang pandangan cepat ke arah luar. "Gak juga si, cuma dia manis."

***

"Assalamualaikum Ma," salamku begitu memasuki rumahku. "Waalaikumsalam, Dek. Gimana sekolahnya?" Mama membelai rambutku dan bertanya.

Aku melepaskan converse-ku dan duduk di sofa. "Biasa aja kok Ma. Iza sama Anya beda kelas, dia kelas A, Iza kelas B," jelasku.

Aku berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Mama yang sedang duduk di sofa yang kududuki tadi.

"Mama masak apa?" aku memandang meja makan, dan ada semangkuk pancake. "Belum masak Dek, tukang sayur enggak lewat."

Aku ber'oh' dan mengambil piring plastik milikku dan mengambil dua lembar pancake. Mama duduk di depanku dan menangkup kedua tangannya, memandangku.

"Ada yang ganteng, Dek?" tanya Mama dengan pandangan meledek. Aku pura-pura gak denger, dan langsung menambahkan sirup mapple punya Papa.

Mama mendengus dan mengulang pertanyaannya, "ada yang ganteng enggaaaak?" tanya Mama panjang.

Aku mengangkat bahu cuek. "Coba aja tanya Kak Arkan, Ma," jawabku santai, lalu melanjutkan makanku. Mama mengambil HPnya dan mengetikan sesuatu.

"Ngapain Ma?" tanyaku kepo. Mama tersenyum. " Nanya Kakak kamu siapa aja yang ganteng."

Lah emak gua.

arkani : dek itu mama ngapain nanya-nanya yg ganteng? jelas-jelas gua ni ganteng.

Ck, narsisme amat ni bocah ya.

alyza : ew. sok kecakepan lu gamon.

Capek juga punya Kakak sok cakep begini.

***

"Kak, buruan napa! Telat entar!" seruku kencang. Tadi, si Arkan telat bangunnya. Ia langsung mencomot roti panggang di meja makan dan langsung menariku memasuki mobilnya. "Ma, Arkan sama Iza jalan yaa!"

Aku masuk mobil dan Arkan juga, lalu langsung menancap gas ke Garuda Jaya.

"Dek, lo inget kan kenapa gua nyuruh elo ngaku jadi pacar gua?" tanya Kak Arkan di perjalanan. Aku mengangguk, "iya, supaya gak ada cowok 'alay' yang ngedeketin gue."

UnknownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang