Di dalam mobil, mereka berdua masih banyak diam. Regita tidak mau banyak bicara karena keadaan Dirga sedang kurang baik. Dirga pun merasa sangat lemas bahkan untuk membuka mulut.
"Kak, mau makan?" kali ini Regita buka suara.
"Saya tidak selera apapun."
Regita tidak menyahut lagi.
Saat sampai di pekarangan rumah Dirga, Regita memarkirkan mobilnya agak dekat dengan pintu masuk rumah agar Dirga tidak kesulitan. Tampaknya hanya mereka berdua yang ada disana, Antares belum sampai.
Regita membantu Dirga berjalan menuju kamar tidurnya dan perlahan membaringkan lelaki itu di tempat tidur.
"Kak," panggilnya.
"Hmm?"
"Makan ya? Kak Dirga kan harus minum obat."
"Makan apa?"
"Bubur mau?" Dirga menggeleng, "Saya pengen nasi tim"
Regita terdiam sejenak, dimana ia bisa mendapatkan nasi tim?
"Beli dimana?" tanya Regita.
"Nggak tau," sahut Dirga enteng. "Biasanya bunda masakin saya itu kalo sakit."
Oh masakan rumah
Regita sekarang paham apa yang harus dia lakukan.
"Aku boleh masak disini?" tanyanya meminta izin pada pemilik rumah dan Dirga mengangguk. "Tunggu sebentar"
Dirga memakan masakan yang baru saja Regita buat dengan bahan seadanya di dapur.
"Maaf ya kak kalo kurang rasanya, bahan seadanya aja"
"Apapun saya suka asal kamu yang masak." jawab Dirga di tengah-tengah mengunyah.
"Kak aku pulang dulu ya? Kak Antares katanya udah jalan kesini nanti dia yang nginep di sini nemenin Kak Dirga"
"Temenin saya sebentar, sampe saya tidur" pinta Dirga. Regita sempat berpikir sejenak sampai akhirnya mengalah dan menemani lelaki itu sampai terlelap.