02. Pantang Menyerah

18 8 0
                                    

Happy Reading

Fiana, Arsel, dan Hana pun kini berada di ruang tamu. Hana banyak mengobrol bersama Arsel sedangkan Fiana yang hanya menyimak pembicaraan mereka merasa menjadi orang yang tidak berguna dan diacuhkan. Sungguh tidak adil sekali, batinnya.

"Ma, sekarang kasih tau Fiana, kenapa mama bisa kenal sama Arsel? Padahal kan dulu pas masih SMP Arsel kerja kelompok ke sini mama nggak ada," ucap Fiana memotong pembicaraan Arsel dan Hana.

"Kamu nanya?" jawab Arsel sambil tertawa melihat ekspresi wajah Fiana.

"Diem lo!" ketus Fiana

"Haduh Fiana, mangkannya kamu kalau mama ajak ke mana-mana tu ikut, nggak cuma di rumah aja kaya orang dipenjara."

Mendengar jawaban dari Mamanya rasanya Fiana ingin sekali membakar rumah saat itu juga. Gimana mau ikut sedangkan tugas sekolahnya saja selalu menumpuk setiap hari? Fiana mendengus kesal.

"Tugas Fiana banyak, Ma."

"Jadi sebenernya mama sama mamanya Arsel itu udah kenal sejak lama, mama sama temen-temennya mama juga sering main ke rumahnya Arsel, mangkannya mama kenal banget sama Arsel," kata Hana menjelaskan kepada Fiana. Sedangkan Fiana hanya menanggapinya dengan membentuk mulutnya menjadi huruf O.

"Jadi ini ceritanya gimana kok kalian bisa pulang bareng?"

Baru saja Fiana akan membuka mulut untuk menjawab Arsel sudah menyerobotnya. "Kebetulan kita satu kelas Tante jadi ya udah tadi saya ajak bareng Fiananya."

"Bohong, Ma Fiana dipaksa sama Arsel."

"Siapa yang maksa kan lo sendiri yang bilang mau?"

"Tapi kan lo tadi ngambil buku gue buat gue mau pulang bareng sama lo!!"

"Ya kan gue cuma bercanda doang."

"Heh udah-udah kok malah berantem sih kalian. Lagian juga nggak papa kok Arsel kalau mau nganterin Fiana pulang setiap hari. Tante malah seneng kok kalau Fiana ada yang jagain di sekolah."

"Tapi Fiana nggak mau, Ma."

"Kamu nggak boleh kaya gitu Fiana, Arsel kan udah baik harusnya kamu baik juga ke dia."

"Ngomong-Ngomong Arsel udah makan belum? Tante masak masakan yang enak-enak lho ayo makan dulu, terus sekalian ada titipan buat mama kamu." Hana menggandeng tangan Arsel untuk mengikutinya ke dapur.

Sedangkan Arsel berjalan mengikuti di belakang Hana lalu memalingkan wajahnya ke belakang dan mengulurkan lidahnya kepada Fiana dengan diakhiri tertawa mengejek.

Benar-benar sekarang Fiana seperti anak tiri yang dibedakan dengan anak kandung oleh mamanya. "Iya dah iya gue mah anak tiri nggak pernah dibela. Banggain tuh Arsel anak kandungnya." Fiana pun berjalan menuju kamarnya dan menjatuhkan dirinya di kasur lalu membuka ponselnya dan bermain game.

Fiana terus memainkan ponselnya hingga akhirnya ia pun terlelap dengan ponsel yang masih stuck di game.

"Fiana, bangun!!! Udah sore sana mandi." Teriak Hana sembari memukuli tubuh Fiana menggunakan bantal.

Hi, Cute Girl!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang