Pagi itu, Aaron terbangun dengan perasaan yang aneh. Ia meraba wajahnya yang halus dan lentur, tak seperti biasanya yang kasar dan berjenggot. Kamar tidurnya pun tampak berbeda, lebih feminin dengan dekorasi bunga-bunga dan nuansa pastel. Dia tak tahu apa yang terjadi, tapi ini jelas bukan kamar tidurnya.
Aaron, atau setidaknya yang dia percayai sebagai Aaron, memutar matanya ke segala penjuru kamar yang tampak asing baginya. Sebagai seorang pria, dia terbiasa dengan kamar tidur minimalis, dengan warna-warna netral dan beberapa poster olahraga di dinding. Namun, kini ia dihadapkan pada dinding-dinding bermotif bunga yang lembut dan perabotan berdesain feminin.
Dengan hati-hati, dia menggenggam selimutnya dan melemparkannya menjauh, membiarkan tubuhnya yang terasa ringan terpapar oleh cahaya pagi yang menyinari kamar tersebut. Memandangi tubuhnya, Aaron kembali merasa bingung. Tubuh ini pasti bukan miliknya. Ia melihat pergelangan tangannya yang ramping, kuku-kukunya yang dirawat dengan baik, dan memekik ketika menyadari bahwa rambutnya panjang dan berjumbai.
"Apakah ini mimpi buruk?" gumam Aaron sambil meremas pipinya yang halus. Tetapi ketika rasa sakit itu nyata, dia tahu bahwa ini bukanlah mimpi. Ada sesuatu yang sangat aneh dan tidak masuk akal yang terjadi padanya.
Ia mencari cermin di kamar, dan ketika ia menemukannya, perasaan kebingungannya semakin dalam. Wajah yang memantul kembali padanya adalah wajah seorang wanita yang cantik dengan mata cokelat yang tajam, bukan wajahnya yang biasanya. Dia tak bisa tidak memegang dagu dan meraba pipinya yang mulus.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan seorang wanita muda dengan rambut pirang panjang masuk dengan ceria. "Selamat pagi, Emily!" sapanya dengan senyuman lebar.
Aaron menatap wanita itu dengan mata membulat. "Emily? Siapa Emily?" desisnya dalam kebingungan yang semakin mendalam.
Aaron, atau setidaknya yang dia percayai sebagai Aaron, memutar matanya ke segala penjuru kamar yang tampak asing baginya. Sebagai seorang pria, dia terbiasa dengan kamar tidur minimalis, dengan warna-warna netral dan beberapa poster olahraga di dinding. Namun, kini ia dihadapkan pada dinding-dinding bermotif bunga yang lembut dan perabotan berdesain feminin.
Dengan hati-hati, dia menggenggam selimutnya dan melemparkannya menjauh, membiarkan tubuhnya yang terasa ringan terpapar oleh cahaya pagi yang menyinari kamar tersebut. Memandangi tubuhnya, Aaron kembali merasa bingung. Tubuh ini pasti bukan miliknya. Ia melihat pergelangan tangannya yang ramping, kuku-kukunya yang dirawat dengan baik, dan memekik ketika menyadari bahwa rambutnya panjang dan berjumbai.
"Apakah ini mimpi buruk?" gumam Aaron sambil meremas pipinya yang halus. Tetapi ketika rasa sakit itu nyata, dia tahu bahwa ini bukanlah mimpi. Ada sesuatu yang sangat aneh dan tidak masuk akal yang terjadi padanya.
Ia mencari cermin di kamar, dan ketika ia menemukannya, perasaan kebingungannya semakin dalam. Wajah yang memantul kembali padanya adalah wajah seorang wanita yang cantik dengan mata cokelat yang tajam, bukan wajahnya yang biasanya. Dia tak bisa tidak memegang dagu dan meraba pipinya yang mulus.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka, dan seorang wanita muda dengan rambut pirang panjang masuk dengan ceria. "Selamat pagi, Emily!" sapanya dengan senyuman lebar.
Aaron menatap wanita itu dengan mata membulat. "Emily? Siapa Emily?" desisnya dalam kebingungan yang semakin mendalam.
Sesaat kemudian, Emily sudah mengenakan pakaian yang telah disiapkan. Ia mencoba menyesuaikan diri dengan situasi yang semakin membingungkan ini. Tidak ada jejak pakaian pria atau atribut laki-laki lainnya di sekitarnya. Sepertinya, dia harus menerima kenyataan bahwa ia benar-benar telah berubah menjadi seorang wanita.
Sementara itu, pintu kamar terbuka lagi, dan beberapa teman perempuan Emily yang tampaknya sangat dekat dengannya masuk dengan ceria. Mereka membawa bunga dan kue, serta senyum hangat yang membuat Emily merasa nyaman.
"Selamat ulang tahun, Emily!" seru salah satu dari mereka.
Emily mencoba tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada mereka, meskipun dia belum benar-benar mengingat apapun tentang ulang tahunnya. Dia merasa seperti terdampar di tengah-tengah situasi yang aneh ini.
Selama pesta kecil yang mereka adakan, Emily mencoba menanyakan beberapa pertanyaan subtil untuk mencari tahu lebih banyak tentang dirinya yang sekarang. Teman-temannya memberikan cerita-cerita tentang masa kecil dan pengalaman bersama yang jelas-jelas berbeda dari apa yang diingat oleh Emily. Semakin banyak dia mendengar, semakin sulit baginya untuk memahami apa yang terjadi.
Setelah tamu-tamu pergi dan Emily kembali sendirian di kamarnya yang sekarang, dia merasa perlu untuk menyelidiki lebih lanjut. Dia memutuskan untuk mencari alamat rumah lama Aaron dan melihat apakah ada bukti di sana yang bisa memberikan petunjuk tentang apa yang terjadi padanya.
Setelah melewati beberapa hari yang membingungkan di rumah baru Emily, dia merasa semakin tertekan oleh misteri yang mengelilinginya. Dia memutuskan bahwa saatnya untuk mengunjungi rumah lamanya, mencari tahu apakah ada petunjuk yang dapat memberikan jawaban.
Emily berangkat menuju alamat yang tertera pada identitas baru yang ditemukannya. Rumah itu terletak di lingkungan yang sangat berbeda dari yang dia kenal. Dia berjalan pelan di sepanjang jalan-jalan yang asing, mencoba memahami bagaimana dia bisa berakhir di tempat seperti ini.
Ketika dia tiba di rumah lamanya, dia menemukan kunci yang masih ada di sakunya. Dia menggunakannya untuk membuka pintu dan memasuki rumah itu. Semua terlihat sama seperti yang dia ingat, tetapi sekarang berisi barang-barang yang mengingatkan Emily pada masa lalunya sebagai seorang pria.
Dia menemukan foto-foto dirinya yang menunjukkan momen-momen penting dalam hidupnya sebelumnya, bersama teman-teman dan keluarganya. Emily merasa sedih dan bingung, karena kenangan-kenangan ini begitu jelas, meskipun saat ini dia menjalani kehidupan yang berbeda.
Namun, di salah satu laci meja di ruang tamu, Emily menemukan sebuah buku harian tua yang sebelumnya miliknya. Ketika dia membukanya, dia menemukan catatan tentang pemikiran dan perasaannya yang sangat pribadi. Catatan-catatan itu memberikan sedikit pencerahan tentang proses reinkarnasinya yang aneh.
Dalam buku harian itu, Aaron, yang kini menjadi Emily, menulis tentang perasaan ingin tahu yang mendalam tentang kehidupan dari sudut pandang perempuan. Dia juga mencatat keraguannya tentang apakah dia akan mengambil kesempatan ini untuk menggali pengalaman baru atau mencoba kembali menjadi dirinya yang lama.
Saat membaca catatan-catatan itu, Emily merasa sedikit lebih dekat dengan pemahaman tentang dirinya yang baru ini. Namun, masih banyak misteri yang harus dipecahkan, termasuk mengapa ini terjadi dan apakah ada cara untuk kembali menjadi Aaron jika dia memutuskan bahwa itulah yang dia inginkan.
Dengan buku harian itu sebagai satu-satunya petunjuk yang dia miliki, Emily memutuskan untuk menjalani kehidupan barunya dengan lebih terbuka dan mencoba menggali lebih dalam tentang reinkarnasinya yang unik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Am I Turning Into a Girl?
ActionPagi itu, Aaron terbangun dengan perasaan yang aneh. Ia meraba wajahnya yang halus dan lentur, tak seperti biasanya yang kasar dan berjenggot. Kamar tidurnya pun tampak berbeda, lebih feminin dengan dekorasi bunga-bunga dan nuansa pastel. Dia tak ta...