Prolog

9 3 0
                                    

"Aku pengen nikah Fai." Penyataan tiba-tiba dari Kak Daris, tutorku belajar.

"Nikah ya nikah aja." Jawabku seadanya sibuk dengan soal-soal yang berserakan didepan ku ini.

"Sama kamu Fai?" Aku tersentak, gila kali ya Daris ini, bikin jantungan anak orang.

"Wah, gila Kak Daris ini." Ucapku kepadanya.

"Kenapa Fai?" Waduh pakai segala bertanya, suka pura-pura tidak tahu memang.

"Emang sopan, ngajakin nikah bocah SMA yang lagi bingung sama masa depannya?" Jawabku dengan pertanyaan, seperti perempuan pada umumnya.

"Kak Daris bercanda kan?" Telisik ku kepadanya.

"Sejak kapan aku suka bercanda?"Bener sih dari pertama bertemu dengannya, aku sudah merasakan tidak ada sel-sel untuk bercanda sama sekali didalam dirinya itu, kelewat serius lahir batin.

"Terserah sih." Ucapku enteng, mungkin kali ini Kak Daris memang sedang bercanda.

"Aku serius Fai." Waduh, tatapannya seakan serius dengan ucapannya kepadaku.

"Aku tau kamu sebentar lagi mau lulus, kamu juga pengen masuk PTN, akhir-akhir ini kamu jadi lebih rajin, aku tau kamu masih pengen bebas buat masa depan kamu."

Serius, itu yang bisa aku tangkap dari ucapannya sekarang. Tapi tidak habis pikir dengan jalan pikirannya. "Nah itu tau, ngapain harus sama aku?"

"Fai, dengerin umur aku sekarang udah dua puluh enam tahun, dan aku maunya kamu."

Penjelasannya yang aneh tidak bisa Aku logika, terlalu spontan dan menurutku gila, sangat gila.

"Aku ngga minta secepatnya, aku bakal nungguin kamu sampai kamu pengumuman kelulusan."

Aku tidak sanggup lagi merespon ucapannya, mungkin saat ini wajahku sangat kebingungan tidak terkondisikan lagi.

"Kamu mau kuliah juga aku nggak ngelarang." Ucapnya kepadaku masih dengan mimik wajah yang serius. "Itu hak kamu."

"Izinin aku buat kasih tau niat baikku ke orang tua mu Fai."

Aku hanya diam, tidak ada niatan untuk menjawabnya, bingung mau merespon seperti apa.

"Terserah kakak deh." Jawabku sekenanya.

"Lagian ya Kak, orang tua ku nggak bakal kasih izin buat aku cepet-cepet nikah, apalagi baru lulus SMA."

Nggak mungkin banget, orang tua ku bisa dirayu semudah itu, aku yang pengen kuliah di luar kota aja harus mohon-mohon sama mereka, terus sekarang nikah? Big no! Nggak mungkin, mustahil.

"Terserah Kak Daris aja sih."

Dan bodohnya aku masih mengganggap tawaran Daris hanya sebuah candaan, aku harap ada kamera tersembunyi yang sengaja ia pasang, seperti acara prank di televisi, sungguh aku masih berharap Daris hanya bercanda kepadaku.

Suddenly Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang