• ŕ ì s ì ķ ò •
Akibat yang kurang menyenangkan ; membahayakan
[24/09/2023]
...
Lagi-lagi Giandra menemukan Arjuna di apartemennya ketika ia sampai. Tanpa pikir panjang, Giandra langsung mengusirnya. "Keluar lo dari kamar gue!"
Tanpa banyak peduli, Arjuna merespons seadanya. "Bentar, Gi, nanggung. Gue kalo balik kamar bawaannya pengen tidur."
Namun, Giandra terlihat tak peduli. "Keluar, Arjuna!"
Arjuna yang menyadari perbedaan intonasi suara Giandra sontak menoleh. Mata Giandra tampak gelap, raut wajahnya tampak menahan sesuatu. Dan Arjuna menyadari emosi Giandra sedang buruk.
"Keluar, atau lo mau jadi sasaran tonjokan gue." Giandra melepas jaket dan asal melempar kunci motornya.
Dengan segera Arjuna merapikan buku-buku dan membawa laptopnya. Ia paham betul tabiat Giandra ketika dalam suasana hati yang kurang bagus. Arjuna juga tak ada waktu untuk meladeni emosi saudaranya saat ini.
Tapi sebelum ia keluar kamar sang kakak, Arjuna berkata pelan. "Giandra, lo sadar nggak akhir-akhir ini lo sering uring-uringan gara-gara cewek?"
Dan menyadari Giandra menghentikan aktivitasnya, Arjuna melanjutkan dengan tenang, "Dan itu Aruna, cewek yang sejak awal sama sekali nggak pernah lo peduliin. Dia punya apa sampai lo segininya?"
"Juna-"
"Sebagai saudara lo, gue tau lo nggak gampang terpengaruh sama cewek." Ego dan gelar sebagai putra sulung Dirgantara lebih menguasai Giandra. Perempuan tak pernah menjadi prioritas laki-laki itu, kecuali jika Giandra benar-benar menginginkannya. "Terakhir kali lo kayak gini dua tahun lalu."
Tak ada jawaban dari Giandra. Namun, kedua tangannya mengepal kuat.
Arjuna tahu Giandra mulai terpengaruh dan itu berbahaya. "Aruna punya apa sampai lo kayak gini?"
Sayangnya, pertanyaan Arjuna justru dihadiahi lemparan salah satu koleksi action figure dengan keras dari Giandra.
...
Giandra kesulitan tidur ketika malam tiba. Kata-kata Arjuna tak dapat ia elak. Gadis Diwangkara itu mempermainkannya selama dua minggu ini. Dan Giandra masih tak terima.
Lebih kesalnya lagi, Giandra tak tahu harus merasa senang atau justru marah. Aruna menarik banyak atensinya kendati gadis itu tak melakukan apa-apa. Giandra yang terbiasa cuek dan sibuk pada tujuannya, mendadak oleng seperti orang hilang arah dua minggu ini.
Ditengah kesibukannya, ia harus menahan semua emosi hanya karena buruknya hubungan jarak jauhnya dengan Aruna.
Aruna yang terkesan penurut dan lugu nyatanya tak seperti yang terlihat. Gadis itu memiliki kepribadian yang lebih rumit.
Namun, dari banyaknya perbedaan kepribadian mereka, Giandra tak menyangka dalam banyak hal pula Aruna memiliki pandangan dan pendapat yang sama dengannya.
Giandra ragu, antara bersyukur atau waspada.
Ia kira gadis itu hanya sosok tuan putri yang hidup nyaman dengan segala fasilitas keluarganya.
Nyatanya, Aruna bisa menjadi rekan yang tepat, tetapi juga berisiko menumbangkannya.
Pemuda meninju samsak di ruang latihannya dengan keras, meluapkan seluruh emosinya. Tubuhnya sudah dipenuhi keringat, tapi egonya tak mau mengalah. Telapak tangan tanpa sarung tinju itu tak mau berhenti mengepal dan terus melayangkan pukulan.

KAMU SEDANG MEMBACA
D I F F E R E N T
RomansaD I F F E R E N T (18+) Perihal perbedaan yang kerap tak diyakini, nyatanya justru mendatangkan kekuatan tarik-menarik yang lebih erat.