.
.
.
.
Penjara, itulah tempat ku sekarang. Tempat yang kotor, penuh aroma debu dan besi berkarat. Alat penyiksaan yang bernoda darah kering dimana mana. Amis. Ohh, menjijikan. Perutku mual.
Rasanya aku ingin muntah sekarang tapi mulutku di sumpal kain. Mataku di tutupi dengan kain hitam. Tanganku di ikat kebelakang beserta kaki ku. Perih. Itulah yang kurasakan akibat gesekan tali yang kasar.
Entah apa yang telah ku perbuat hingga aku ada disini. Apa salahku?! Apa!!?
Aku tidak pernah macam macam, hanya satu macam saja yaitu hidup jadi anak penurut dan berbakti. Tapi kenapa bisa ku di tangkap oleh orang asing dan dibawa ke penjara yang kuyakini ada dibawah tanah.
Dengar, ada suara langkah kaki yang menuju kemari. Sekitar empat sampai lima orang yang ku dengar. Hanya tebakan tapi melalui langkah berat itu mereka adalah orang berwibawa.
"Apa dia anak bajingan Baston itu?" Suaranya dingin, penuh wibawa juga penekanan. Tekanan atmosfer yang kurasakan juga mulai berubah menjadi berat.
"Ya tuan. Dia adalah Murphey Baston, putra bungsu Soreteen Boston" jawab pria lainnya dengan suara bariton tenang.
...
Hening. Aku lelah memberontak jadi diam saja. Sudah cukup lelah aku memberontak sedari tadi. Aku tidak bisa kabur dari sini. Penekanan udara ini adalah buktinya.
"Apa dia mati" tubuhku di tendang dua kali di bagian perut tapi aku tetap diam. Sakit sih sebenarnya.
Seseorang membuatku duduk berlutut. Sepertinya menghadap lima orang tadi? Aku tidak bisa melihatnya.
Kain penutup kepalaku di buka. Aku memandang kosong ke lantai. Sesaat kemudia aku meringis kala orang bebadan besar yang membawaku kesini menjambak rambutku, membuatku menatap lima pasang mata dingin nan tajam.
"Oh, dia hidup" ujar pria berambut kelabu berjas navy.
"Ikat dia di tiang" titah pria yang berwajah sama persis dengan si rambut kelabu. Rambutnya hitam legam dengan rahang tegas. Jas hitam sempurna untuknya.
Dua orang bodyguard menyeretku karah tiang berbentuk X dan mengikatku mengikuti bentuk tiang besi itu. Salah seorangnya mengambil alat cambuk. Aku diam saja, toh aku tau kelanjutannya.
Ctass
Ctass
Ctass
Tiga cambukan dilayangkan pria berambut coklat tua yang datang bersama empat orang lainnya. Tentu cambukan ini atas perintah si rambut hitam.
"Sshhh ah shst" rasanya sakit nan perih. Darah mulai merembes keluar dari luka cambuk tadi. Padahal hanya tiga kali tapi rasanya dipukul rotan lima puluh kali.
"Siksa dia lalu kirimkan videonya pada bajingan Baston itu" titah si rambut kelabu.
"Baik tuan" para bodyguard yang menjawab.
Si kembar kelabu dan hitam, serta si kacamata pergi meninggalkan ruang penyiksaan tersebut meninggalkan dua orang berambut coklat tua dan hitam keabuan bersama dengan para bodyguard dan Murphey.
Suasana hening sekarang. Boodyguard-bodyguard itu sedang menunggu perintah dari dua orang atasan mereka.
Si rambut coklat tua bernama Dean Macleo itu memperi berintah untuk memberi cambukan sebanyak dua puluh kali. Sementara satunya masih menonton dengan rokok di apitan jarinya. Namanya Werley Vord Loard.
KAMU SEDANG MEMBACA
MURPHEY : Gregerson's Obsession
RomanceCERITA BXB, HOMOPHOBIC JANGAN MAMPIR LIAT LAPAK DULU!! kebangkrutan keluarga Baston lah yang membuat semua orang sibuk mencari uang untuk membayar hutang. Anak bungsu mereka bertugas menjaga rumahnya. Tapi, malah anak bungsu mereka yang menghilang b...