16: Burjo

193 25 4
                                    

Tidak seperti biasanya, pukul tujuh malam dan aku tidak melakukan apa-apa. Tidak ada rapat sebagai budak proker. Tidak ada beban tugas yang harus dikerjakan. Tidak ada Nada dan Alika yang mengganggu ketenangan.

Nada memilih untuk langsung pulang ke rumah tadi sehabis kuliah, karena cukup jarang malam-malam tidak ada tanggungan. Alika seperti biasa, bucin tiada tara. Sedangkan aku? Bingung harus melakukan apa.

Menonton film? Bosan. Membaca buku? Tidak ada yang belum kubaca—kecuali buku kuliah tentunya. Media sosial? Sudah ku-refresh berulang kali hingga tidak ada yang baru.

Ding!

Senyumku mengembang. Tepat sekali ia datang.


M

knock knock

Regen

silakan masuk

M

wih

tumben balesnya cepet?

Regen

lagi gabut to the max

M

nggak nugas?

Regen

tugas mulu

gue juga pengen punya kehidupaannn

M

ahahahah

emangnya mau ngapain biar bisa disebut punya kehidupan?


Hmm. Sejujurnya aku hanya asal berbicara. Namun, pertanyaannya membuatku berpikir juga. Memangnya apa yang ingin kulakukan? Rutinitasku hanya berputar di perkuliahan dan kepanitiaan. Kenapa aku harus berpikir berat di tengah perut kosong begini?


Regen

ngedate gitu kek


Akhirnya aku menjawab asal.


M

emangnya lo nggak punya pacar?


Aku tergelak. Dari mana ia berpikiran bahwa aku punya pacar. Dari percakapan kami tiap harinya, seharusnya dia juga tahu aktivitasku hanya kuliah, rapat dan menggabut kadang-kadang.


Regen

nggak

forever jomblo

lagian ya, kalau gue punya pacar ya nggak mungkin lah gue chatingan sama lo hampir tiap hari

M

emang kenapa nggak mungkin?

sedih nih gue :(

Regen

ya menurut looo

either gue bakal sibuk pacaran

Mysteriously MatchedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang