Keesokan paginya, Xiao Zhan terbangun dengan mata bengkak. Tak mengejutkan karena ia menangis selama satu jam lebih sebelum tak sengaja tertidur tanpa mencuci muka terlebih dahulu. Kerinduannya masih belum terobati dan ia hanya sempat mendengar suara sang baba sebentar sebelum telepon terpaksa ditutup.
"Benar-benar mengerikan," keluh Xiao Zhan ketika melihat pantulan wajahnya di cermin. Sebuah lingkaran menghitam tercetak jelas di kantung matanya.
Ia menepuk-nepuk pipinya, mencoba menguatkan diri. Sudahlah, ia harus cepat-cepat bersiap sebelum terlambat berangkat ke sekolah. Melirik pada jam dinding yang telah menunjukkan waktu pukul enam pagi, Xiao Zhan segera bergegas mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi.
"Yibo, menurutmu bagaimana?" Suara ibunya terdengar samar-samar.
Xiao Zhan sudah selesai bersiap sembari menenteng tas ransel dan sepatunya. Meski enggan, ia tetap menghadiri acara sarapan bersama di meja makan atau ibunya akan menyambangi kamarnya dan menyeretnya secara paksa. Menyebalkan, bukan?
Wang Yibo terlihat tengah mengobservasi layar iPad milik Yang Mi selama beberapa saat sebelum menyimpulkan, "Menurutku, ada baiknya meninjau serius kritikan dari customer mengenai agen pemasaran kita minggu lalu. Kemungkinan penjualan produk kita menurun karena memang terjadi hal tak mengenakkan di lapangan."
Yang Mi mengangguk menyetujui. Semua ini karena head manager tak menganggap serius review dan aduan dari seorang customer yang tiba-tiba datang memprotes ke kantor mereka minggu lalu, akibatnya penjualan di beberapa gerai terus mengalami penurunan.
"Mungkin saja customer itu menulis rating buruk di internet."
"Hm, bisa jadi."
Xiao Zhan mengangkat bahunya ringan, tak mau tahu-menahu mengenai segala urusan dua orang dewasa di depannya.
Ibunya memang bekerja sebagai manajer divisi marketing di sebuah perusahaan total food solutions yang menjadi market leader di negeri tirai bambu. Sebuah perusahaan besar dengan kegiatan operasional meliputi pembuatan bahan baku hingga terciptalah berbagai jenis makanan yang terpajang di rak-rak supermarket.
Menurut informasi yang didapat oleh Xiao Zhan setelah mencari-tahu dari berbagai sumber terpercaya—yakni beberapa teman sang ibu. Ia baru mengetahui bahwa Wang Yibo bekerja sebagai executive staff di bawah pimpinan Yang Mi langsung, tugas Yibo adalah mengkoordinir para staff di bawahnya.
Dari desas-desus yang Xiao Zhan dengar, bulan lalu Wang Yibo telah menerima pomosi dan diangkat sebagai asisten manajer!
Xiao Zhan mencibir dalam hati. Sudah pasti pria itu hanya mendekati ibunya demi jabatan dan uang semata. Benar, kan? Karena lihat saja, apakah tidak ada pembicaraan lain yang seharusnya dibahas oleh sepasang pengantin baru selain masalah pekerjaan?
Sekitar satu menit mematung di ambang lorong, akhirnya Yang Mi menyadari keberadaannya. Wanita cantik itu segera memanggil putranya mendekat. "Zhanzhan, apa yang kau lakukan di sana, Nak? Sini, cepat sarapan sebelum terlambat."
Xiao Zhan mengangguk menurut dan mendudukkan diri. Dilihatnya Wang Yibo duduk di seberangnya, tepat di sebelah ibunya. Baguslah, setidaknya laki-laki itu tidak bersikap lancang lagi dengan duduk di kursi yang biasa ditempati oleh baba-nya.
"Astaga, apa yang terjadi padamu, Zhanzhan?!"
Kegiatan sarapan tenang Xiao Zhan diinterupsi oleh pekikan kaget Yang Mi. Xiao Zhan menoleh malas, enggan menanggapi. "Bukan apa-apa, Ma. Aku hanya tidur terlalu larut semalam," dustanya. Tentu ia gengsi mengakui bahwa matanya bengkak dikarenakan menangis semalaman.
![](https://img.wattpad.com/cover/353033156-288-k193832.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are Not My Daddy [Yizhan] END✔️
FanfictionXiao Zhan sangat membenci pria bernama Wang Yibo yang menjadi penyebab kehancuran keluarganya setelah berhasil menggoda sang ibu. Setiap hari ada saja ulahnya yang membuat Wang Yibo dan ibunya sakit kepala. Mampukah Xiao Zhan memisahkan Wang Yibo d...