prolog

2.7K 194 21
                                    

《 PROLOG 》

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Saat aku lahir, aku tidak menyangka jika aku terlahir dari keluarga yang kaya raya. Aku terlahir sebagai anak tunggal, aku selalu mendapatkan yang aku mau, apapun itu. Mungkin jika aku meminta gedung apartemen pun ayahku sanggup untuk membelinya.

Sebagai anak tunggal, tentunya terkadang aku merasa kesepian. Bermain sendiri dengan mainan yang bertumpuk-tumpuk yang aku punya tetap tidak dapat memuaskan rasa kesepianku. Kedua orang tuaku sibuk bekerja keluar kota, namun bukan berarti aku tidak mendapatkan kasih sayang.

Mereka sangat menyayangiku, bagi mereka, aku sebuah permata yang harus dijaga baik-baik oleh mereka.   Sampai hari ulang tahunku yang ke tujuh tahun akan tiba, aku menghadap kedua orang tuaku saat makan malam. Tepat ketika mereka bertanya apa yang kuinginkan saat hari ulang tahunku.

"Sunoo, apa yang kamu inginkan sebagai hadiah ulang tahunmu?" Ayahku bertanya.

Ibuku tersenyum sambil menikmati abalon panggang butter dengan sentuhan truffle beserta caviar dan asparagus sebagai pelengkap. "Bagaimana jika kami membuatkanmu taman bermain yang besar khusus untukmu? Kebetulan belakang rumah kita masih memiliki lahan yang besar," ucapnya dengan nada senang.

Sedangkan, aku hanya diam dengan bibir yang mengerucut sambil memainkan abalon panggang dengan pisau makan.

Ayah melihatku bingung, mereka saling bertatapan sebelum bertanya padaku.

"Kenapa? Apa kau tidak menyukai ide itu?" Tanya ayah.

Aku meletakkan alat makanku dikedua sisi piring, lalu menatap mereka. "Aku ingin sekolah,"

Selama ini, aku selalu homeschooling. Aku tidak mempunyai teman sebaya, itu yang membuatku tambah kesepian.

"No honey, we can't do that. Bersekolah hanya membuatmu tidak fokus belajar, ayah takut kamu akan bergaul dengan orang yang tidak benar,"

See? Aku pun kembali mengambil alat makanku, tapi tetap, aku tidak memakan abalon yang sepertinya sudah menangis karena aku tidak segera memakannya.

"We can fulfill other, besides that," lanjut ayah.

Semua kembali diam, hanya suara dentingan alat makan yang saling beradu memenuhi ruangan. Aku menopang pelipisku tanpa berniat menyentuh makananku. Tiba-tiba sebuah ide muncul dikepalaku.

"Kalau begitu, aku ingin suadara,"

Ibu menatapku terkejut. "Honey, kamu tahu ayah dan ibu sibuk bekerja. Jika itu permintaanmu ibu—"

"Okay,"

Ibu menatap ayah terkejut sekaligus bingung. Bagaimana bisa suaminya itu menyetujuinya tanpa mendengar persetujuannya dulu?

Aku tersenyum senang, hati ku yang berubah senang ini membuat perutku merasa lapar, akupun menikmati abalon itu dengan senang.

— lust —




Mataku bertemu dengan pemuda berparas tampan didepanku, ekspresinya sangat dingin dengan rahang yang tegas. Ayah menepuk kepala pemuda itu dan tersenyum.

"Sunghoon, dia sunoo, adikmu. Berkenalan lah,"

Menurutku, dia sedikit aneh? Pasalnya, dia terus menatapku dengan tatapan yang lurus dan tajam. Tapi, rasa aneh itu tertutupi oleh rasa senangku yang akhirnya memiliki teman.

Aku meneguk ludah lalu mengulurkan tanganku. "Halo kak, aku sunoo. Sunoo suka bermain dan mintchoco!" Ucapku senang.

Kak sunghoon bergeming, dia tak henti menatapku. Pemuda berumur empat belas tahun itu resmi menjadi bagian keluarga ini, lebih tepatnya menjadi kakakku.

Awal yang aku kira sebagai kebahagiaan, yang ternyata adalah sebuah malapetaka. Ayah dan ibuku tak sadar, bahwa mereka telah membawa jelmaan iblis ke rumah.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo rame & vote bakal aku lanjut 😀

Lust || SunsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang