Aku juga ingin merasa berguna meski hanya sedikit saja.
Sebenarnya kata-kata itu dimengerti Siwan melebihi apa yang Jaewon kira. Dalam beberapa bulan terakhir, perasaan frustasinya menghadapi kesulitan keuangan membuatnya teringat kata-kata sang ibu ketika mereka terakhir bertemu hampir setahun yang lalu.
"Tidak semua hal yang kita yakini benar adalah benar. Terkadang, jalan menuju hidup yang lebih baik itu adalah dengan melangkah mundur dan memikirkan ulang keputusan yang telah kita ambil agar kesalahannya tidak terulang kembali."
Sejak kecil Siwan telah bercita-cita menjadi seorang penulis. Meski pekerjaan itu sama dengan berani hidup miskin, tetapi Siwan tak gentar dan terus mempertahankan cita-cita itu sampai dewasa dan mengabaikan saran ibunya. Cita-citanya terasa telah tergapai ketika ia sekali memiliki penghasilan besar karena agensi seorang penulis terkenal menawarinya menjadi penulis bayangan. Di masa itu, biaya sewa apartemen dan makanan sehari-hari tak pernah menjadi masalah karena cerita yang Siwan tulis untuk penulis itu menjadi salah satu buku fiksi terbaik tahun ini dan mendapatkan beberapa penghargaan bergengsi.
Melihat banyaknya dukungan yang didapatkan ceritanya di bawah nama sang penulis terkenal itu pernah membuat Siwan berpikir untuk menerbitkan bukunya sendiri, tetapi pada akhirnya ia tak melakukan apa-apa selama lebih dari satu tahun karena ia tahu salah satu faktor utama ceritanya bisa dicintai banyak orang adalah karena itu bukanlah miliknya; cerita itu adalah milik si penulis terkenal.
Setelahnya, Siwan terus menulis cerita lagi dan berusaha membuat uang dengan cerita-cerita itu lewat internet tetapi tak ada pergerakan yang berarti. Penghasilan tak tetapnya dari menulis di internet tak bisa membuatnya bertambah kaya, dan hanya bisa membuatnya tak mati kelaparan dan tak harus tidur di jalan.
Pada akhirnya ia menerima lowongan kerja di minimarket 24 jam yang ada di ujung jalan karena ia tahu tabungannya akan segera habis jika ia tak memiliki penghasilan bulanan. Dengan setengah hati, tiap malam Siwan merangkul kehidupan yang tak pernah ia bayangkan akan ia jalani.
Sesekali ia teringat ibunya dan berniat untuk menelepon. Tetapi, meski tahu ibunya tak akan mencela ia tetap merasa malu karena tak pernah mendengarkan perempuan itu. Mungkin, kehidupan menyedihkannya ini adalah hasil dari membangkan sang ibu.
Siwan sesekali masih berusaha menulis, berusaha membuat cerita yang ia yakini akan disukai banyak orang. Tetapi, hal seperti itu sulit dan hampir mustahil. Gaya menulisnya bukan untuk semua orang dan pembacanya yang ada di internet itu lebih menyukai cerita-cerita Siwan yang tak pernah ia sukai. Selera mereka sangat berbeda, sehingga Siwan sendiri juga merasa heran kenapa ia masih bisa mendapatkan penghasilan dari tulisan-tulisan tak berharganya untuk orang-orang itu.
Kehidupan masih terasa asing dan aneh untuk Siwan, ketika suatu pagi pintu apartemennya diketuk dengan agak tidak manusiawi.
Tersiar kabar bahwa lelaki penghuni kamar 187 yang unitnya berjarak dua pintu dari miliknya ketahuan selingkuh oleh tunangannya, sehingga ketika ada suara ribut gedoran pintu itu Siwan tidak beranjak dari kasur meski pada akhirnya ia berusaha menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Masih terlalu pagi untuk membuat kekacauan, seharusnya tetangganya tahu itu. Setiap masalah yang ada di gedung ini harus selalu diselesaikan secara diam-diam, bukan dengan kebrutalan macam tak punya adab seperti itu.
Pada menit kesembilan belas setelah gedoran pertama dilayangkan, Siwan akhirnya bangun dari ranjang dengan menendang selimutnya keras-keras dan berjanji akan menghajar tetangganya karena berani-berani selingkuh sekaligus membiarkan tunangannya membuat keributan di Sabtu pagi yang seharusnya tenang ini.
Tetapi, ketika ia hampir mencapai pintu, Siwan baru sadar jika ternyata gedoran ribut itu datang dari pintunya. Seketika ia terdiam di tengah kamar kecilnya, dan menimbang-nimbang apakah sebenarnya ia masih bermimpi, karena siapa tahu di dalam mimpi itu ialah yang ternyata ketahuan selingkuh sehingga tunangannya datang untuk melabrak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letters to Romeo [BL]
General FictionPark Siwan kira pertemanannya dengan Han Jaewon harus kandas karena ia berani mengatakan suka. Tetapi pada suatu pagi, setelah menghilang selama hampir lima tahun, Jaewon kembali datang pada Siwan dengan penampilan eksentrik mirip preman pasar, dan...