[ Inspirasi: Beautiful Restriction - NewJeans ]
||
||
\/Kukayuh sepedaku dengan perasaan penuh. Senyumku terpajang lebar sepanjang perjalanan. Kesenangan dalam hatiku seriang lagu cinta yang mengalir dari headset ke telingaku. Langit pagi terlihat cerah dengan udara segar yang seolah ikut memastikan kalau hidupku saat ini sangatlah indah.
Siapa sangka bertemu denganmu bisa mengubah banyak hal. Seperti sebuah keberuntungan yang menghapus rentetan kegelisahan. Kamu mampu memunculkan versi lain dari diriku, yang lebih baik, yang lebih berwarna.
Kini setiap pagi aku bangun dengan semangat dan harapan. Bersepeda ke sekolah tak lagi terasa berat sejak 37 hari yang lalu. Saat aku bertemu denganmu di tikungan ini. Saat sepeda kita hampir bertabrakan. Masih jelas di ingatanku wajah terkejutmu yang lucu itu. Juga tawa canggungmu ketika meminta maaf dan memastikan aku tidak terluka.
Setelah hari itu aku selalu berusaha menyelaraskan waktuku agar bisa bertemu denganmu lagi di tempat yang sama. Seperti sekarang. Saat kamu muncul dengan dua temanmu yang berboncengan.
"Pagi~ Tumben cuma bertiga aja hari ini?" Gumamku dari jauh, karena aku tidak pernah berani untuk menyapamu langsung. Meski sangat ingin, tapi apa daya.. ini pertama kalinya untukku. Pertama kalinya aku suka seseorang.
'Suka kamu'
Lihat, mengucap dua kata itu di kepalaku saja sudah membuat pipiku memanas. Jadi, dengan melihat punggungmu yang bersepeda di depanku pun sudah cukup membuatku senang. Tak jarang pula aku ikut tertawa saat melihatmu bercanda dengan teman-temanmu.
'Kenapa berhenti? Apa ada masalah sama sepeda mu? Loh, loh.. Kok temen-temenmu ninggalin kamu?'
Di saat seperti ini aku tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku bertanya dan menawarkan bantuan? Atau terus melanjutkan perjalanan? Tapi kemudian kulihat kau malah memutar balik.
'Atau ada yang ketinggalan di rumah?'
Namun seperti biasa, pengecutnya aku tidak berani untuk menatapmu bahkan saat kita berpapasan. Bisa-bisanya tadi aku mempertimbangkan bertanya dan menawarkan bantuan. Kini aku hanya bisa menghela nafas karena 'kebadutanku' sendiri.
"Hai"
Aku terkejut bukan main ketika mendapatimu tiba-tiba sudah bersepeda di sampingku dan menyapaku seperti itu. Untungnya aku masih ingat untuk menarik rem sebelum sepedaku yang oleng, menerobos ke semak pembatas jalan. Ku rapihkan headset yang terlepas dari kedua telingaku. Lalu ku kantongi.
"Kamu gapapa kan?" Suaramu terdengar khawatir. "Sorry kalo ngagetin."
Aku mengangguk dan berkata "Aku gapapa". Meskipun tidak dengan jantungku yang kini berdetak sangat cepat. Apa lagi sekarang kamu sengaja melongok untuk menatap mataku. Yang dengan panik langsung kuhindari. Aku yakin pipiku sudah memerah.
"Kalo beneran gapapa, kita lanjut yok.. Jangan sampe kita telat nyampe ke sekolah"
'Kita?' Aku menoleh dan mendapatimu tersenyum sangat manis. Refleks senyumku pun terulas seiring kebahagiaan yang mengalir karenamu.
Aku mengangguk dan segera mengayuh kembali pedal sepedaku. Diiringi kamu yang terus mensejajarkan sepedamu di sampingku.
"Btw, aku Iqbal" Katamu memperkenalkan diri. Padahal aku sudah tahu, bahkan nama lengkapmu pun aku tahu.
"Aku Hana" Kataku singkat.
"Hm.. Namanya cantik, kayak orangnya"
Kueratkan peganganku pada kemudi sepeda. Takut-takut aku terbang ke langit ketujuh setelah mendengar kalimat itu. Aku tidak menyangka kamu akan flirting segamblang ini. Kukayuh sepedaku lebih cepat, menjauh darimu, berharap bisa menyembunyikan senyumku yang terlalu lebar. Akan memalukan kalau sampai kamu tahu aku 'se-simping' ini.
"Hei tunggu!" Pintamu setelah terkekeh pelan.
Bersepeda beriringan dengan mu kini menjadi kenyataan di pagi hari. Bukan lagi khayalan yang selalu datang di malam-malamku. Kita bahkan saling bertukar cerita tentang makanan apa yang kita santap untuk sarapan tadi. Dan rencana apa yang akan kita lakukan sepulang sekolah nanti. Sekarang.. Bolehkah aku menetapkan harapan baru? Harapan yang setingkat lebih tinggi? Tentang kita?
THE END