AWAL DOSA

42 1 1
                                    

  "Fre!"

Terdengar suara seorang laki-laki berteriak pelan seraya menahan nafas dan kemudian menghembuskannya dengan kencang. Didalam ruangan itu terlihat sepi, remang, namun ada hawa yang berbeda. Di tengah sudut ruangan, ada sebuah sofa yang terisi dengan baju-baju yang berantakan, seperti dilepas dengan tergesa. Di sebelah sofa, ada pintu besar yang mengarah ke kamar mandi yang menyala, satu-satunya cahaya yang menerangi ruangan yang remang itu. Di tengah ruangan, ada sebuah jendela besar dengan pemandangan mengarah ke kepadatan kota Surabaya. Tepat di depan jendela, terdapat sebuah ranjang berukuran king size yang terlihat nyaman dan hangat. Diatas kasur itu, ada seorang perempuan dan laki-laki yang terlihat kelelahan karena nafas mereka yang terdengar seperti terengah-engah.

"Aku ke toilet dulu ya," ucap laki-laki itu. Perempuan di depannya hanya mengangguk, seraya mengambil tissue yang ada di dekatnya. Udara dingin dari AC ruangan itu menyeruak dan perempuan yang sedang tidak berbusana itu menggigil kedinginan. Tidak lama kemudian, lelaki itu keluar sudah dengan memakai baju kantornya yang tergeletak di sofa tadi seraya mengancingkan kemeja putihnya. Perempuan itu memandangi lelaki di hadapannya sambil menggigit bibir dan tanpa sadar pikirannya sudah bukan disini.

"Kamu gak mandi dulu? Yuk, abis itu aku anter pulang," ucap lelaki itu yang membuat dia tersentak kaget.

"Oh... iya. Iya, aku mandi," balasnya sambil buru-buru berdiri dan mengambil kemeja serta rok yang tergeletak di lantai. Perempuan itu kemudian menutup pintu kamar mandi dan terdengar suara air yang menyala.

Lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dengan rambut yang setengah basah. Dia berjalan menuju meja rias kecil sambil melirik ke arah lelaki tersebut yang sedang duduk di kasur sambil memandangi handphonenya. Dia kemudian duduk dan menyisir rambutnya perlahan sambil terus melihat lelaki itu tetap memandangi handphonenya tanpa sedikitpun menoleh atau tersenyum ke arahnya. Setelah dia selesai siap-siap dan memakai bajunya dengan rapi kembali, lelaki tadi tiba-tiba sudah ada dibelakangnya dan menunjuk ke arah pintu, tanda bahwa dia akan keluar duluan kemudian baru akan disusul perempuan itu sepuluh menit kemudian, seperti kebiasaan mereka.

Didalam mobil, perempuan dan laki-laki itu duduk dengan diam di kursi bagian belakang. This kind of silence always kills me no matter how many times I've felt it, damn... Perempuan itu menghela nafas sambil memandang keluar jendela mobil, berharap dia bisa cepat sampai di rumahnya. Sepuluh menit kemudian, perempuan itu bisa menghela nafas dengan lega karena rumahnya sudah terlihat dengan jelas di depannya.

"Hati-hati ya, Freya. Good night," ucap pria itu ketika Freya turun dari mobil. Freya tersenyum tipis dan berkata, "kamu juga ya, Felix. Good night, thank you for the ride."

Freya memandangi mobil Felix yang perlahan menghilang menjauhi rumahnya. Setelah itu Freya menghela nafas dan jalan memasuki rumahnya sambil di kepalanya terus terngiang-ngiang seraya menuntut, 'mau sampai kapan kamu begini?'

Setelah mengganti baju kerjanya dengan baju tidur, Freya sudah bersiap untuk tidur ketika dia mendengar bunyi handphonenya menandakan pesan masuk.

Pisau daging ternyata tajam

Tapi pisau roti entah kemana

Sulit terasa mata terpejam

Ingat senyummu nun jauh disana

Eaaaakk, mantep gak tuh? Wkwkwkwkk ngapain woi?

Freya hanya membaca pesan dari Ezra, sahabat yang sebenarnya Freya tahu dia sudah memendam perasaan dari lama kepadanya. Freya hanya menghela nafas sambil mengunci handphonenya kemudian meletakkannya kembali ke meja tanpa membalasnya. Entah kenapa, hari ini Freya lagi tidak ingin berkomunikasi dengan siapapun. Dia mencoba memejamkan mata tapi otaknya terus memutar-mutar adegan yang dia lakukan tadi. Freya menghembuskan nafas dengan kesal menutupi mukanya dengan bantal.

F R E Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang