Felix. Felix Mahendra, nama lelaki tadi. Felix itu teman sekantornya Freya di salah satu bank ternama di Surabaya. Anaknya pendiem, gak banyak ngomong tapi sangat cerdas, menurut Freya. Di kantor, dia dipanggil "pangeran" karena Felix satu-satunya cowo dengan wajah diatas rata-rata disana. Selain itu, Felix yang jarang mau kumpul bersama dan selalu dijemput dengan supirnya membuat dia semakin pantas menyandang gelar itu. Banyak cewe-cewe di kantor yang mengidolakan dia, tapi Freya gak pernah merasa Felix cukup menarik untuknya, mungkin karena Felix yang juga pendiam persis seperti dirinya yang ngebuat Freya merasa Felix kurang asik. Emang sih di beberapa kasus, orang yang punya kepribadian yang sama pasti punya ketertarikan atau kecocokan satu sama lain. Tapi Freya lebih tertarik dengan tipe cowo yang lucu dan asik daripada cowo yang pendiam dan monoton.
Felix dan Freya pun termasuk orang yang jarang ngobrol satu sama lain, bahkan mungkin mereka dua orang yang paling jarang ngobrol se-kantor. Freya pun juga gak pernah merasa Felix menarik, apalagi sampai ke hal yang berhubungan dengan hal-hal romantis. Tapi kejadian waktu mereka lagi outing bareng orang kantor, mulai merubah cara pandang Freya ke Felix. Waktu mereka lagi outing bareng di salah satu kota kecil di Jawa Timur, Freya diharuskan untuk satu kelompok dengan Felix yang awalnya membuat Freya sangat mengutuk senior yang mengelompokan dia dengan Felix buat jadi satu tim. Gimana enggak, Freya termasuk orang yang malas ngomong dan Felix juga termasuk orang yang malas diajak ngomong. Setiap kali Freya tanya, selalu cuma dijawab dengan gumaman atau anggukan.
Waktu itu, karena Freya sedang kesal dengan Felix yang pasif banget ketika mereka harus mencari jalan keluar dari hutan. Freya jalan cepat mendahului Felix dan membuat Freya tidak melihat lubang didepannya. Otomatis, kakinya jatuh kedalam lubang dan terkilir yang membuat Freya sampai nangis kesakitan. Tapi karena hal itu, untuk pertama kalinya Freya melihat muka panik Felix. Karena terlalu terkesima kalau Felix bisa punya ekspresi lain selain poker face, Freya sampai lupa kalau kakinya sakit dan terkilir. Ketika dia sadar, dia baru terasa sakit kayak ditusuk-tusuk dan ngebuat dia pengen nangis lagi.
Felix yang panik segera menggendong Freya ke gubuk terdekat untuk mendudukannya. Karena gak punya perban, Felix melepas sweater nya untuk dibebatkan ke kaki Freya.
"Aku gak punya kotak P3K buat ini, tunggu sini ya? Aku balik ke pos dulu buat ngambilin kamu obat," katanya sambil hendak meninggalkan Freya tapi kemudian Freya merengek.
"Kamu mau ninggalin aku di hutan yang hampir gelap ini sendirian?" protes Freya. Felix berdecak, "terus gimana kaki kamu? Bakal ada tandu dateng dengan sendirinya gitu?"
Freya mengecek handphone nya yang sayangnya gak ada sinyal sama sekali. Dia bertanya ke Felix, "handphone kamu ada sinyal gak?"
Felix merogoh kantongnya dan mengecek handphonenya, "ada sih," Freya berbinar-binar dan bilang, "coba telpon anak-anak aja suruh kesini, telp nomer aja kayaknya sinyalnya gak kuat kalau telp whatsapp," ucap Freya seraya mengambil handphone Felix lalu menelepon temannya. Belum sempat berdering, terdengar bunyi 'pulsa Anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Silahkan isi ulang.'
Freya tertawa terbahak-bahak sambil mengembalikan handphone Felix yang lagi kebingungan ngeliat Freya ketawa.
"Kamu dipanggil pangeran atas dasar apa sih? Handphone mahal, pulsa gada," kata Freya sambil terus ketawa. Felix salah tingkah dan berkata, "yee sekarang kan jamannya telp WA, wajar lah."
Felix kemudian mengecek handphone nya kemudian memasukkannya kedalam kantong, "terus gimana nih? Nanti tambah parah tuh kaki kalau gak di kompres," katanya sambil menunjuk kaki Freya.
"Ihh, pokok aku gak mau ya ditinggal sendirian disini," rengek Freya sambil memasang muka memelas. Felix menghela nafas kemudian duduk di samping Freya, "manja juga ya kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
F R E Y A
No FicciónFreya adalah seorang gadis biasa yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja juga. Tidak ada yang special di hidupnya hingga dia bertemu dengan Felix. Semenjak pertemuan mereka, hidup mereka bagai roller coaster yang tidak ada pemberhentian akhir...