BAB 5 : Rea pulang?

69 20 1
                                    

~SELAMAT MEMBACA~

Waktu yang ditunggu pun telah tiba keluarga kecil altares pun mengantarkan Rea ke rumah kakek nya.

Sampai di rumah kakeknya , Rea pun keluar dari mobil lalu altares membuka kaca mobil dan memberikan melambaikan tangan pada Rea. Lalu Rea pun juga membalas lambaian tangan tersebut.

"Babay!! " ucap Altares dari dalam mobil.

Tengah hari yang sangat terik suara burung berkicauan di pohon rindang sudah 3 hari sejak di rumah sakit Rea ingin pulang ke rumah kakeknya di desa saja.

Kini rea telah pulang ke rumah kakeknya tanpa memberi tahu Altares.

"Mungkin kak al ,akan benci rea "gumam Rea di depan rumah kakeknya.

"Rea" suara berat seorang kakek paruh baya sedang berkebun.

"Iya kek? " jawab Rea dan berjalan menghampiri kakeknya.

"Rea kamu kerjakan ini ya kakek ingin pergi minum dulu" suruh kakeknya dengan di iringi senyuman.

"Ay-ay kapten" ucap Rea dengan tangan hormat.

"Hahaha, ada - ada saja ini anak "tawa ruang kakeknya karena melihat kegemasan cucunya.

11 TAHUN KEMUDIAN

"Rea tunggu aku dong! " teriak Fani teman Rea sekolah .

"Cepat dong soalnya aku mau beres - beres baju dan mau ke jakarta besok" jawab Rea.

Mereka pun berjalan ber iringan dan bercerita panjang lebar kali tinggi.

"Rea tau nggak sih aku tadi dengar pembicaraan anak kelas mipa lain tu ya, katanya sekolah kita ada kepsek baru" jelas Fani yang membuat Rea ingin bertanya.

Rea dan fani pun duduk di halte bus "siapa dia? " tanya Rea.

"Namanya, namanya siapa ya coba ku ingat - ingat dulu ya?. Namanya pak A-! " belum sempat fani berbicara lagi, Rea telah pergi ke bus.

"Good bye, besok aja di whatsapp!!" teriaknya sambil melambaikan tangan di dalam bus sebelum pintu bus tertutup.

"Oke" jawab fani dan menunggu bus selanjutnya.

Rea telah pulang ke rumah kakeknya kini ia segera salim ke kakeknya dan mengemasi bajunya ke koper. Kakek yang melihat itu pun terheran - heran dengan cucunya itu, kakek pun menghampiri Rea.

"Rea" panggil kakeknya sambil menepuk pundak Rea.

"Iya kek?, ada apa? " tanya Rea sambil menatap kakeknya di pinggir tempat tidurnya.

"Kakek, hanya penasaran apakah kamu ingin bertemu dengan, Altares? " tanya kakek.

Raut wajah Rea menjadi sedih atas ucapan kakeknya "kakek?, jika Rea pergi kakek dengan siapa tinggal di rumah ini? " tanya Rea.

"Nak, Rea. Kan ada bibi paman dan...., semua bisa jadi teman kakek di rumah ini " jawab kakeknya.

Walaupun kini kakeknya telah lansia dia mengerti apa yang di maksud oleh cucunya, wajah kakeknya pun sudah keriput seperti lansia pada umumnya. Rea tak tahan melihat kakeknya di tinggal sendiri.

Tanpa seizin Rea air mata nya jatuh dan tangis nya yang menjadi - jadi.

"Kakek - kek , maafin Rea yang udah buat kakek cape ataupun marah. Rea gak mau kehilangan kakek, disaat teman - teman Rea membawa orang tuanya, Kakek yang menjadi ayah Rea ,serta ibu Rea . Maafin Rea kakek, Rea nyusahin kakekk" ucap Rea dengan tangis nya yang mengisi seluruh ruangan.

Kakek pun mengusap air mata Rea, "nggak nyusahin kok, Rea itu udah kakek anggap sebagai anak kakek. Kakek senang bisa lihat kamu sudah dewasa, kakek ingin melihat kamu menikah dengan pilihan ayahmu " jelas kakek .

"Ayah? " tangis Rea berhenti Seketika dengan di penuhi pertanyaan yang banyak.

"Kamu belum tau ya?" tanya kakek dan di anggukan oleh rea, "dulu ayahmu memiliki teman yang sangat ia banggakan bahkan nenek kamu dulu aja terheran - heran dengan ayahmu. Sebenarnya ayahmu meninggalkan wasiat yang tidak pernah di berikan kepada ibu tiri mu itu " jelas kakek.

"Apa, kek. Isi wasiat itu? " tanya Rea dengan mata yang bengap.

"Dia ingin jika kamu kalau sudah dewasa dan waktu nikah. Ayahmu ingin kamu menikah dengan, Altares" jawab kakeknya sambil memberikan sebuah amplop.

"Kek, jika itu benar. Tapi Rea masih gadis kek" ucap Rea sambil membaca surat wasiat itu.kakek Rea hanya menjawab dengan senyuman, kakek pun pergi ke dapur untuk makan sedangkan Rea masih membaca surat wasiat itu.

Pagi indah di sertai matahari yang terbit dari timur, Rea bahagia saat sampai di bandara soekarno-hatta.

"Akhirnya, udah nyampe.ke rumah tante raya besok aja ya kali. Ke apartemen dulu deh buat tidur semalem" gumam Rea di depan parkiran bandara tempat mobil taksi terparkir.

Rea pun menghampiri sopir taksi yang sedang duduk di depan mobilnya, "antarrin saya ke hotel terdekat ya pak? " ucap Rea.

Rea telah tidur di kamar hotel yang telah ia pesan untuk tidur sendiri.

"Pengen makan cilok! " seru Rea karena kelaparan, "beli cilok aja kali ya? " gumamnya.

Rea pun kini telah berada di depan tukang cilok kaki lima ia makan sambil melihat -lihat suasana malam di jakarta, Rea melihat banyak sekali mobil Berlalu-lalang.

Saat Rea telah selesai makan ia segera membayarnya dan pergi ke hotel jalan kaki karena jarak yang tidak jauh.

Saat Rea belum pergi jauh datang sebuah montor di depan penjual kaki lima itu, rea tidak menghiraukannya ia berjalan dengan santai saat orang itu turun, ia melihat rea yang berjalan dengan kantong plastik yang berisi cilok.

"Tidak mungkin itu , dia" gumam pria itu.

Jangan lupa vote ⭐dan comment 💬

Setiap paragraf

WELCOME ABIS DI REVISI HEHE

Kismantoro, 19 juni 2024

H.O.W.? || Ambrea Nur Afia & Altares GabrielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang