2. There's something that I want

36 4 1
                                    

Atika menatap pemandangan di luar melalui balkon kamarnya.

Ia melihat rumah-rumah megah lainnya yang dibangun di area kompleknya itu dengan seksama. Mau berapa kali dilihat juga sama aja. Semakin kaya lo, semakin sepi rumah lo.

"Apa gunanya rumah segede itu kalo yang ngisi hampir nggak ada?" Ucapnya bermonolog ria.

"Yah, nggak ada bedanya sama rumah Gue, sih." Imbuhnya sambil mengangkat kedua bahunya, bersikap layaknya seseorang yang acuh tak acuh.

Selama beberapa menit Atika tetap berdiri santai di tempatnya sembari menikmati angin malam sambil di temani oleh segelas cappuccino.

Setelah lama sepi, di telinganya sayup-sayup terdengar suara mobil yang familiar dari kejauhan. Matanya refleks menatap ke arah datangnya mobil tersebut.

"Ah, mereka balik juga akhirnya." Ucapnya sambil berbalik dan memasuki kamarnya untuk mengambil kardigannya sebelum turun ke area dapur.

Atika menghangatkan kembali lauk yang sudah dimasak oleh pembantu rumah tangga di kediaman keluarga Megantara dari beberapa jam lalu.

Ia menata peralatan makan di meja makan dengan rapih layaknya di restoran bintang lima. Tak lupa ia menghidangkan lauk pauk serta nasi yang sudah ia hangatkan sebelumnya dengan rapih.

"Beres!" Ucap Atika pada dirinya sendiri. Ia menatap hasil kerjanya dengan tatapan puas.

Atika menatap ke arah pintu masuk rumahnya dengan lekat. "Well, saatnya mode anak berbakti kepada orang tua." Setelah mengatakan hal itu, ia pun tersenyum miring. Dibandingkan terlihat jahat, ia justru terlihat seperti sosok yang menyedihkan.

Klak...

Suara pintu terbuka.

Atika mengangkat sudut bibirnya, membiarkan tawa garing lolos dari mulutnya itu. "It's a show time!"

Atika yang tadinya terlihat dingin dan arogan seperti kesatria veteran yang sudah pulang pergi dari medan perang sepanjang hidupnya, seketika berubah menjadi gadis remaja lugu dan naif seperti jelmaan sosok a damsel in distress.

Ia menarik salah satu kursi meja makan di hadapannya dengan pelan dan hati-hati, kemudian duduk di sana dan mengambil pose tidur seperti orang yang ketiduran sembari duduk.

Dari indera pendengarannya, ia mendengar suara langkah kaki dari Mama dan juga Papanya, Sofia Agvain dan juga Diaz Megantara.

Di sisi lain, Sofia dan Diaz memasuki rumah dengan tubuh yang berat setelah beraktivitas seharian.

Sebagai CEO dari Megantara Corp., Diaz harus menjadi nahkoda bagi perusahaan yang telah dibangun oleh kerja keras pendahulunya itu. Belum lagi, dengan skala bisnis yang besar dan luas, sebuah kesalahan yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan runtuhnya kerajaan bisnis yang dibangun keluarganya itu.

Maka dari itu, selain sebagai pemimpin, ia juga berkewajiban untuk mengawasi apakah bisnis yang dikelolanya berjalan dengan rencana atau tidak. Karena, hal ini menyangkut kedaulatan banyak orang. Apabila kerajaannya runtuh, maka seluruh orang yang bernaung pada perusahaannya akan menjadi pengangguran dan tidak berpenghasilan.

Oleh karena itu, jika berbicara tentang sibuk, maka kategori "orang tersibuk di dunia" salah satunya adalah Diaz Megantara. Bahkan bisa pulang ke rumah hari ini pun ia sudah bersyukur. Untuk sekedar informasi, kepulangannya hari ini adalah ke tiga kalinya dalam kurun waktu satu bulan ke belakang.

Sofia yang berjalan beriringan dengan suaminya pun tak kalah lelahnya. Sebagai istri dari Diaz Megantara, ia berkewajiban untuk mendampingi suaminya hampir kemana pun suaminya pergi. Selain itu, posisi Sofia pun bukan hanya sebagai istri Diaz, juga melainkan sekretaris dan juga asisten pribadinya. Makanya, Sofia tidak kalah sibuknya dengan Diaz. Di samping hal itu, Sofia juga sebagai kandidat pertama pewaris Agvain Corp. menambah beban lain di pundaknya.

NOBLESSE : ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang