Nembak

174 28 0
                                    

Malam minggu

Dengan setelan kemeja yang dipadukan dengan dalaman kaos putih bermerk salah satu brand terkenal dan Menggunakan jeans hitam kesukaannya dia menjalankan motornya ke rumah Senja yang dimana alamatnya sudah diberikan padanya semalam. Sabiru mengirim pesan pada Kiran.

Sabiru tidak membalas pesan Kiran lagi, dia menelan ludahnya kasar ketika berhadapan dengan ayah Kiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabiru tidak membalas pesan Kiran lagi, dia menelan ludahnya kasar ketika berhadapan dengan ayah Kiran. "Permisi om saya Sabiru temannya, Kiran." Ucapnya dengan gugup.

"Saya tidak pernah melihat kamu, teman baru?."

Sabiru mengangguk "kurang lebih 1 minggu kenalnya, om."

Samuel menyunggingkan senyumnya "baru kali ini ada teman barunya Kiran yang datang kesini, biasanya Gio sama Zhenata."

Sabiru terkekeh pelan "Hehe iya om."

"Ayo masuk, kita ngobrol didalam." Sabiru mengangguk lalu ia mengikuti langkah Ayahnya Kiran untuk masuk ke dalam rumahnya.

Sabiru duduk dengan perasaan gugup, bagaimana tidak sedari tadi Ayahnya Kiran menatap dirinya dengan tajam seperti ingin memakannya saja.

"Punya nyali juga kamu kesini." Ucapnya tiba-tiba.

Sabiru kebingungan, dia tidak mengerti akan maksud Ayahnya Kiran itu. "Maksud om apa ya? Saya tidak mengerti."

"Kamu pikir saya gampang dibodohi, kamu pasti bukan temen Kiran, tapi pacar kan?."

Sabiru terkejut, dia menggeleng "saya emang temannya om, lagian saya sadar saya perempuan dan saya bukan dari keluarga yang lengkap, apalagi dengan keadaan saya yang masih babak belur begini, pasti om ngira saya bukan anak baik-baik." Jelas Sabiru.

"Sadar juga, wajah kamu kenapa, berantem?."

Sabiru ingin menjawab tapi dipotong Kiran yang baru saja turun dari anak tangga dengan baju yang simpel, jaket kulit warna hitam, dipadukan dengan jeans abu-abu miliknya sukses membuat Sabiru takjub.

"Ayah ini, bisa engga jangan kayak wartawan kasian, Sabiru."

"Kamu ganggu saja." Gerutu ayahnya.

kiran hanya terkekeh "izinin ya komandan, Kiran juga pengen jalan-jalan."

"Yasudah Ayah izinin tapi jangan malam-malam."

Kiran mengangguk pelan "kamu, Sabiru jagain anak saya, jangan sampek lecet, awas saja." Ucapnya dengan tegas.

Sabiru mengangguk "anak om aman ditangan saya."

Setelah berpamitan keduanya pergi dengan sabiru mengendari motor matic miliknya. Cuaca di kota Jogja kali ini di bilang sangat bagus, cerah sekali dengan ribuan bintang yang tampak indah bertebaran diatas langit. Awalnya Kiran memegang bagian belakang motor Sabiru tapi tangan kanannya di tarik ke depan untuk memeluk pinggang Sabiru.

Few Part Senja Dilangit Jogja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang