Munich, Germany
November 2026"Naiklah!" Fabian memanggil dari mobilnya begitu ia melihat Benedikt berdiri pada pintu samping dari rumah sakit tempat mereka bekerja sebagai residen.
Benedikt yang melihat kedatangan temannya pun langsung bergegas untuk menaiki Audi A6 dan mulai berdiskusi tentang restoran apa yang akan mereka kunjungi malam ini. Sebenarnya mereka selalu berpikir keras untuk memilih restoran atau saat memesan layanan pesan antar ke rumah sakit karena kedua orang ini memiliki intoleransi dan dietary restrictions terhadap bahan makanan tertentu. Mereka berdua memang sudah mengenal sejak kecil dan sangatlah akrab, namun hubungan tersebut juga berujung pada komitmen mereka dalam memilih makanan.
"Ingin makan apa?"
"Entahlah. Aku tidak ingin makan makanan berat."
"Makan falafel aja, yuk?"
"Boleh, yuk."
Tampaknya falafel yang berbahan dasar kacang arab kering pun lebih mudah diterima, terutama untuk waktu malam yang tidak ingin makan terlalu berat. Kemudian dari siaran radio mobil Fabian yang menyala, mereka mendengar lagu seasons dari wave to earth. Benedikt pun langsung teringat apa yang ingin ia sampaikan untuk membuka obrolan dengan temannya.
"Ngomong-ngomong, kamu sudah pernah nonton Endless Summer-nya Timothy Marsh?"
Fabian menyadari bahwa Benedikt bertanya soal film lama dari Inggris. Karena sepengetahuannya, Timothy Marsh meninggal saat karier perfilmannya sudah berada di titah tertinggi pada tahun 1993. "Bukankah film itu udah lama banget, ya? Tahun 90-an awal, 'kan?"
"Kamu, 'kan, tahu sendiri kalau aku juga nonton film lama. Aku mulai menontonnya kembali sejak terakhir menontonnya saat pandemi COVID-19," jawab Benedikt dengan perasaan girang.
Benedikt dan kegemarannya dalam menonton film dan serial membuahkan ritual akhir pekan atau waktu kosong untuk menonton film atau serial bagus. Karena Jerman dan beberapa negara memiliki aturan tegas terkait pembajakan karya, Benedikt harus berlangganan layanan streaming dari beberapa aplikasi sekaligus atau membeli DVD film lama dari toko. Karena gedung apartment mereka juga dekat, Fabian kerap mengikuti ritual Benedikt jika ia senggang sambil membawa popcorn atau pizza.
"Memang filmnya tentang apa?"
"Seorang wanita yang ditinggal mati pacarnya kemudian punya pacar baru, tapi wanita itu meninggalkan pacar barunya ini buat nikah sama laki-laki lain." Benedikt menjelaskan dengan singkat mengenai plot film yang sudah ia tonton ulang. "Sebenarnya saat aku menontonnya kembali waktu pandemi COVID-19, rasanya mengganjal melihat karakter wanitanya memilih untuk menikah dengan pria lain. Namun, saat aku kembali menontonnya beberapa hari yang lalu, ya mereka memang harus berpisah. Sedih banget, sih, tapi aku tetap merekomendasikan film ini ke kamu karena ceritanya bagus."
"Boleh juga, Ben, memang Timothy jadi apa?"
"Jadi karakter yang patah hati. Akhirnya bukan jadi karakter yang meninggal lagi kayak film-filmnya sebelumnya."
Karena pembahasan film inilah, Fabian mulai terpikir untuk melempar obrolan pada Benedikt. Fabian sudah mengenal Benedikt dan keluarganya dengan baik, bahkan Fabian juga mengingat ibunya Benedikt sebagai seorang sosialita yang keterlaluan ramahnya. "Ben, apakah kamu atau ibumu mengenal Alexander Kanakaris?"
Benedikt hanya memberikan tatapan tajam pada Fabian yang masih fokus menyetir. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang mantan pacar ibumu?"
Lelaki muda itu pun menghadiahi temannya dengan reaksi bingung dan sedikit kaget. "Kamu tahu itu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/350823005-288-k27872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Chances
Storie d'amore[SUDAH SELESAI. VERSI FULL DENGAN CHAT, TWITTER, DAN DESAIN ADA DI TWITTER/X] A German-Indonesian conglomerate heir, Fabian Hamish Hafiyyan, should encourage his parents to support his dream of being a pediatric surgeon, like his father and grandfat...