Malam ini dengan wajah ceria, Chika menuruni tangga setelah selesai mandi dan berganti. Dari atas tangga Chika dapat melihat mamanya yang baru saja menyambut kedatangan papa dan abangnya. Chika menatap dalam Greyden yang juga menatapnya dengan dingin. Chika merasa sesak didadanya, tidak ada lagi tatapan teduh yang dulunya selalu abangnya berikan kepadanya. Sekarang hanya tatapan dingin dan tajam yang penuh dengan kebencian.Chika melewati ruang keluarga dengan menundukkan kepala. Ia tidak cukup berani menatap mereka. Berlalu begitu saja menuju dapur. Hal yang Ia lakukan disana menunggu keluarganya selesai makan dan barulah Ia boleh makan. Walaupun sedari tadi Ia menahan lapar, apa lagi saat disekolah Chika belum memakan apapun.
Ketiga orang dewasa itu menatap kepergian Chika hingga punggung gadis itu menghilang. Greyden menatap dingin, Alan menatap penuh kebencian dan Elina menatap dalam diam, sesuatu mengganjal dalam hati mengganggunya.
...
Di meja makan hanya suara dentingan sendok saja yang terdengar. Hingga Alan selaku kepala keluarga angkat suara.
"Greyden bagaimana pekerjaanmu."
"Baik." Jawab Greyden singkat tanpa melihat papanya. Ia terlalu fokus menikmati tumis kangkung yang Ia makan. Ia merasa tumis kangkung kali ini sangat enak dari yang biasanya Ia makan.
"Kemarin papa bertemu dengan Kafka." Ucap Alan membuat Greyden langsung menatap papanya.
"Dia bercerita Shani menangis setelah pulang dari kantormu." Lanjutnya.
"Kau apakah gadis itu Grey hingga membuatnya menangis."
"Dia menggangguku dan aku benci hal itu. Aku membentaknya dan menyuruh satpam mengusirnya." Jelas Greyden jujur.
Alan menatap anak sulungnya dengan wajah cengo. Alan menghelahkan nafas sabar.
"Greyden cobalah bersikap baik kepada Shani." Ujur Alan.
"Ga janji." Balas Greyden. Elina hanya dapat menggelengkan kepalanya mendengar perkataan anak sulungnya itu.
Selesai makan malam ketiga orang itu berpisah. Greyden kekamar bersama Alan dan Elina menuju ruang keluarga Ia ingin menonton.
Sedangkan di dapur Chika sedang makan ditemani bi Nunung. Bi Nunung menatap Chika yang begitu lahapnya makan. Ia tau anak majikannya itu sangat lapar. Bi Nunung merasa kasihan dengan Chika, gadis lemah yang kurang kasih sayang dari keluarganya.
"Bi kenapa bibi liatin Chika?"
"Bibi cuma senang aja liat non Chika makannya lahap." Jawab bi Nunung tersenyum tipis. Chika mengangguk dan kembali melanjutkan makannya.
...
Pagi ini Chika telat bangun, karena semalam Ia harus bergadang mengerjakan tugas untuk pagi ini yang lumayan banyak. Dengan sedikit berlari Chika menuruni tangga, membuat bi Nunung yang melihatnya dari bawah panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chika & Luka
Teen Fiction⚠️Budayakan Follow sebelum membaca⚠️ "Aku pernah merasakan kebahagian. Tapi tidak untuk sekarang, duniaku penuh LUKA"_Chika. 01/10/23-