Cahaya mentari sore menembus kaca cafe. Menciptakan perpaduan warna gelap terang yang memikat mata.
Saat ini aku bersama temanku duduk di sudut ruangan cafe yang terkesan klasik. Dilihat dari interiornya terkesan seperti abad pertengahan. Menciptakan nuansa yang elegan bagi para pengunjung. Terkesan unik bagi kami yang mendiami negara Asia.
——————————————————
"Rembulan, lihatlah ini." Dia 'Anaya' sahabatku menyodorkan HP yang memperlihatkan percakapan.
"Kau tidak berbohongkan? Kau gila?! Memintanya melamarmu disaat usiamu baru menginjak 18 tahun??! " Pelototku melihat kearahnya dengan perasaan terkejut.
"Hey ayolahh.. Aku hanya memintanya me.la.mar. bukan untuk menikah. Kau dengar?! " Tekannya padaku.
"Tapi tetap saja apakah tak terlalu muda bagimu? " Tatapku heran padanya.
"Tenanglah pernikahanku masih lama. Aku hanya ingin menjadikan dia yang 'pasti'. Agar aku tidak lelah berharap. " Ungkapnya sambil memberi cengiran.
"Huftt.. Jika memang itu keinginanmu maka aku bisa apalagi? Hiduplah dengan bahagia, jangan cari aku lagi. Aku tidak ingin melihat mukamu yang memuakkan itu jika terkena masalah" Candaku padanya yang memberikan makna tersirat 'pikirkanlah lagi, jangan sampai kau menyesal'.
" Tenanglah lan, aku sudah memikirkan nya. Daripada itu mengapa kau tak mencoba menjalin hubungan dengan lelaki? " Ia mencoba meyakinkanku sekaligus mengubah topik pembicaraan.
"Jangan gila dirimu! " Aku menjitak keningnya.
"Heyy!! Aku serius! " Ia meringis kesal menatapku.
" Kau tahu sendiri kan? Aku tidak memiliki kepercayaan tinggi terhadap kaum lelaki. Terlalu banyak gambaran negatif tentangnya dibenakku. "Ungkapku gamblang.
" Setidaknya kau harus menerima fakta bahwa tidak semua lelaki itu sama. Aku yakin pasti ada yang sesuai dengan tipemu dan membuatmu percaya padanya. " Kali ini ia memegang lenganku, sepertinya ia prihatin denganku?
"Semoga saja. Yah.. Setidak-tidaknya aku, lebih baik daripada Vanilla. Dia sudah tak waras. Menyukai tokoh dua dimensi yang tak mungkin menjadi nyata. Bukankah begitu? " Aku mencoba mencari pembelaan diri dengan membandingkan diriku dengan sahabat kami 'Vanilla'.
"Ahaha.. Kau benar lan, dia sudah tak waras. Mencintai yang tidak mungkin ada. " Anaya tertawa mengejek.
"Yah begitulah, semoga saja dia tidak keterusan. " Harapku
"Hey lan, ngomong-ngomong kau sudah mengerjakan tugas essay tentang kisah 'Penguasa' itu? Jujur saja aku malas sekali membaca sejarahh.. Ughhh! " Ia terkesan malas dan manja jika mengingat tugas sejarah.
"Belum juga, aku baru akan memulai membaca kisahnya nanti malam dari beberapa artikel dan juga buku yang akan kupinjam di 'Perpustakaan Tamaran' "
"Haruskah aku melakukannya juga? "
"Terserah padamu" Jawabku acuh tak acuh.
"Ah.. Tapi mengingat tentang kehebatan ' Pemimpin ' itu membuatku semangat!! Dia sangat tampan lann.. " Anaya menggoyangkan bahu ku dengan semangat.
'Oh ayolah bukankah dia akan dilamar? Mengapa masih saja menyukai pria yang lain? ' batinku bertanya-tanya.
"Em.. Ya, ya ya.." Ucapku malas.
Kami terus mengobrol mengenai berbagai hal. Dimulai dari hal ringan hingga berat. Sampai salah satu diantara kami memutuskan untuk pergi terlebih dahulu.
☴ ☵ ☶ ☷☴ ☵ ☶ ☷☴ ☵ ☶ ☷☴ ☵ ☶ ☷
'Tak.. Tuk.. ' Detak jarum jam terdengar bergerak, memenuhi setiap sudut ruangan ini. Ruangan yang penuh dengan buku-buku tua.
Ini adalah tempat yang luar biasa bagi kalian para pecinta buku kuno. Lihatlah, banyak buku yang berdebu, juga lembarannya yang menguning. Nuansa Timur Tengah menjadi pilihan yang tepat untuk Perpustakaan ini.
"Dari sekian banyaknya buku, mengapa tak ada yang menjelaskan tentangnya secara spesifik? Hanya ada gambaran umum tentang suasana di Kerajaan itu saja. " Pening aku memikirkan nya.
Ku lihat buku-buku berwarna coklat tua yang menjadi sampulnya. Namun tak ada yang bisa menarik perhatianku, tentu karena itu semua sudah kubaca.
Menurut ku jika saja essay yang diminta tentang kerajaannya, itu pasti sudah kelar sejak 2 jam yang lalu. Tapi tidak dengan ini! Guru itu menyuruh kami untuk mencari essay tentang pemimpin yang bahkan hanya disebutkan namanya saja! Hanya ada nama, masa pemerintahan, dan jangan lupakan wajah tampannya itu. Tidak ada penggambaran kisah yang benar-benar membahas tentang dirinya sendiri hingga bisa memimpin kerajaan besar itu dengan baik.
'Bisa gila aku. Sudah dipastikan, aku tidak akan masuk jurusan sejarah jika lulus nanti.' Ucapku dengan trauma membayangkannya.
Hingga, aku melihat buku berwarna hitam dengan corak emas khas kerajaan Timur Tengah zaman dahulu. Terdapat ukiran-ukiran rumit diatasnya yang membuatku tertarik.
Perlahan-lahan namun pasti ku dekatkan tanganku menuju buku itu.
'Sosok yang dihormati' itulah judul buku itu.
'Ini? Apakah tentang 'dia? ' ' batinku yang terasa yakin ketika melihatnya. Walaupun tak ada nama tentang dirinya namun ntah mengapa aku seolah merasa di dalam sini terdapat kisah tentang 'dirinya'.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sosok yang Fana
Historical Fiction𝘔𝘢𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩? 𝘠𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘴𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. ◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇ Kisah ini dimulai dari dia yang saat itu...