Member Hololive Yang Lain?

158 18 4
                                    

Matahari mulai terik, mengingat mereka datang ke dimensi ini pada pukul 10 siang waktu dunia setempat.

Reine duduk di kursi taman sembari mengistirahatkan kakinya yang pegal akibat berjalan jauh.

Sedangkan Risu... dia bergelantungan didahan pohon kenari yang sengaja ditanam oleh warga setempat di taman itu.

Setelah menggapai biji kenari terakhir, Risu mulai menuruni satu persatu dahan hingga dahan terendah yang bisa ia capai. Namun tanah masih jauh dari kakinya.

Ingat, Risu itu tupai ajaib, bukan tupai terbang, itulah sebabnya ia tak dapat turun dari atas pohon dengan mudah.

Awalnya ia memiliki keberanian untuk lompat langsung ke tanah, namun setelah melihat jarak yang lumayan membuat bulu ekornya berdiri, nyalinya pun menciut tak berani pulang ke sisi Sang Pencipta.

Jadi hanya tersisa satu cara.

"Weinee...tolong akuu.." panggil Risu sembari memeluk batang pohon dengan erat.

Bangku taman yang Reine duduki berada dekat dengan pohon kenari tempat Risu berada. Ia hanya membalikkan kepalanya untuk melihat kelakuan Risu, lalu menghela nafas panjang.

"Ada ada saja. Wahai angin di sekelilingku, terbangkan bajing itu." ucap Reine diikuti angin yang tiba tiba menerbangkan tubuh kecil Risu.

Ia pun diturunkan dibawah pohon dengan selamat. "Oof! Makasih, Rei." ujarnya sembari membersihkan bokongnya yang kotor.

"Sama sama. Btw, gimana nih, kita gak bawa makanan samsek, lho." ujar Reine khawatir. Risu berlari kearah Reine dan menunjukkan kumpulan kacang kenari kering yang ia dapat dari pohon.

"Makanan!" ceria Risu sembari menunjukan sekumpulan kacang ditangannya.

Reine hanya menghela nafas melihat keceriaan Risu. "Memangnya itu cukup untuk kita berdua? Kamukan makannya banyak."

Risu menepuk kedua kantong jaketnya yang masing masing terisi penuh dengan kacang.

"Kita makan aja apa yg ada. Selagi ada makanan, biar hanya sebiji pun, kita harus tetap makan." ujar Risu yang entah kenapa terdengar dewasa di telinga Reine.

Reine mengambil kacang ditangan Risu. "Iyaaa, thanks btw."

"No problem."

Mereka makan dalam diam, yang entah mengapa membuat mereka mengingat kos kosan Alam yang selalu ramai akan suara.

Walau sang pembuat onar ada disampingnya, yaitu Risu, Reine tetap merasa agak canggung juga dalam keadaan semacam ini.

Tiba tiba suara seseorang yang berteriak dari jauh menghancurkan keheningan diantara mereka.

Dari jauh nampak seorang gadis berambut putih dengan telinga dan ekor hewan sedang berlari dari kejaran anjing bermata empat yang tingginya hampir sama dengan Reine.

"TOLONG!!" teriak gadis itu hampir mendekati mereka berdua.

Reine dengan cepat melantunkan mantra sihir angin yang langsung menerbangkan anjing besar itu saat hampir menerkam gadis yang langsung bersembunyi di balik tubuh Reine.

Tak sampai disitu, Reine melantunkan lagi mantra sihir lainnya yang membuat ukuran anjing itu menjadi kecil, seukuran dengan anjing normal.

"Kau tak apa?" khawatir Reine kepada gadis yang masih bersembunyi dibalik pakaiannya tanpa izin.

Risu yang masih mengunyah kadangnya di kursi taman merasa dejavu akan kejadian barusan.

"Aku baik baik saja." ujar gadis itu dan langsung duduk di tanah dengan lega.

Petualangan Tupai dan MerakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang