Masuk Ke Dunia Lain

242 19 4
                                    

Siang hari.

Risu telah siap untuk kembali ke Magical Forest dan Reine di sini ada untuk membantunya, karena satu-satunya orang yang bisa membuka portal dimensi adalah Reine.

"Kau yakin akan baik-baik saja, Risu?" tanya Moona khawatir.

"Aku cuma pergi sebentar, kok. Lagipula ada Reine yang menemaniku."

Reine berpose 'peace' ketika ditunjuk oleh Risu. Benar. Reine pergi bersama Risu ke Magical Forest karena ia juga akan membukanya lagi ketika mereka berdua kembali ke sini.

"Sudah siap?" tanya Reine.

"Aku sudah!" ucap Iofi.

Dan ketika Risu mengangguk, Iofi langsung membentuk kubah barrier besar supaya Reine bisa membentuk portal dimensi dan ia pun membukanya.

"Kalau begitu, kami pergi dulu."

Dengan diantar lambaian tangan teman-temannya, Risu dan Reine kemudian masuk ke dalam portal dan sesaat setelah portal tersebut menghilang, Iofi juga sekalian menghilangkan kubah barrier buatannya.

***

Di dunia lain, Risu dan Reine yang sebelumnya berada di halaman kos-kosan Alam, kini berada di tengah tengah hamparan rumput hijau.

"Woah. Dimana kita sekarang?" Risu sedikit berlari menjauh dengan nada gembira bisa kembali ke dunia asalnya.

Namun ia sadar, tak ada suara yang menjawab pertanyaannya berusan.

"Reine, kau tak ap--" namun saat ia berbalik, yang ia lihat hanya Reine dengan air mata yang mengalir dari ujung matanya.

Risu langsung berlari kearah Reine dan langsung memeluknya. "Ada apa, Reine?"

Reine yang menyadari kalau Risu memeluknya dengan khawatir, langsung menghapus semua air mata yang ada di pipinya.

"Tak apa." Reine berusaha untuk telihat baik baik saja di hadapan Risu.

Risu yang tak tahu apa yang sudah terjadi kepada Reine, melihat ke arah yang Reine pandang sedari tadi.

Sebuah tembok bata yang berisi kerajaan yang sebagiannya sudah roboh tek berbentuk dan memiliki warna gelap bekas lahapan api.

"Tempat apa itu..."

"Itu istanaku." Reine berjalan perlahan ke arah bangunan itu. "Tempat dimana aku dilahirkan dan dibesarkan. Tempat banyak kenangan tercipta di ingatanku. Keluarga. Sahabat. Masyarakat yang menyanjung ku..."

Ia duduk di barang pohon yang kebetulan tergeletak di dekat sana. Tangan bergerak, mengayun diudara diikuti oleh angin yang datang entah dari mana.

Angin itu membawa benda benda ringan dari reruntuhan istana berupa potongan kertas, kain, daun dang semacamnya. Tangannya meraih sebuah kertas yang sudah sedikit terbakar yang berisi susunan note musik.

"Andai saja saat itu kau tak membuka portal sembarangan, Ayunda..." ia menatap sedih kertas usang di genggamannya.

Risu yang mengikuti Reine terduduk di rerumputan samping Reine dan tangannya berpegangan pada ujung kayu.

"Maaf.." ucapnya pelan, ikut sedih dengan nasib Reine.

Reine yang melihat Risu yang merasa makin bersalah, mengelus topi merah muda Risu dengan lembut. "Itu bukan salahmu, Risu. Ini sudah menjadi takdir."

Reine yang merasa suasana yang mulai sedikit canggung, langsung berdiri dari duduknya.

"Tak usah pikiran apa yang sudah lalu. Yang lalu biarlah berlalu, yang penting adalah yang sekarang. Ayo kita mencari daerah asalmu!" ujar Reine dengan semangat, membuat Risu yang tadinya mulai kehilangan semangat pun langsung ikut semangat juga.

"Hmp! Ayo!"

"Tapi.." Risu memegang dagunya untuk berpikir. "Bagaimana cara kita mencari Magical Forest? Kita tak punya peta."

"Peta?" tangan Reine menggapai ujung rambutnya sendiri dan mulai mencari sesuatu dari balik rambut silvernya itu.

Setelah merasa menemukan yang ia cari, ia pun menariknya keluar. "Tada!" gulungan peta sudah berada di genggamannya, membuat mata Risu terbelalak tak percaya.

"Ba bagaimana..?"

Reine menunjukan smirk sombongnya. "Magic~!"

Mereka berusaha melupakan kejadian aneh itu dan langsung membuka gulungan peta. Itu adalah peta lengkap seluruh pulau yang ada di dunia ini.

Fyi, Risu benar benar tak tahu soal arah, itulah sebabnya ia tak ingat jalan ke desanya sendiri.

Reine menunjuk tempat mereka saat ini berada di kawasan kerajaan Pavo, alias kerajaan dibawah pimpinan keluarga Reine. Dan tak jauh dari sana, ada sebuah kota yang dikenal sebagai surganya makanan di dunia ini.

"Jadi, kita harus ke kota ini dulu sekalian makan, baru kita lanjut jalan ke Magical Forest." jelas Reine yang hanya dibalas anggukan paham Risu.

"Yosh! Ayo kita mulai perjalanan kita!"

Perjalanan mereka pun dimulai. Memang tak ada hal yang menarik selama perjalanan itu, namun hubungan mereka jadi semakin dekat. Mereka bahkan menyanyikan ulang lagu Hi15 dan Risu mengajari Reine beberapa lagu lagu berbau wibu yang ia tahu.

Tak lupa, kepribadian Risu yang terkadang ceroboh dapat membangkitkan humor Reine.

Setelah berjalan sekitar 30 menit, mereka akhirnya sampai di gebang masuk kota. Disana mereka disambut ramah oleh penjaga yang merupakan makhluk demihuman-- karena mereka menganggap Risu dan Reine adalah seorang penjelajah yang sedang berkelana.

Suasana di dalam kota yang nampak seperti pasar tradisional di dunia Alam, membuat mereka teringat kembali saat diajak oleh alam jalan jalan di pasar untuk pertama kali.

Mereka berjalan jalan sembari melihat lihat kota. Hingga mereka melihat kerumunan warga yang berkumpul di depan sebuah cafe.

"Permisi, apa yang sedang terjadi?" tanya Reine kepada seorang pria ketika mendekati kerumunan itu.

"Ah, ada pertunjukan dari pemilik cafe itu. Dia sudah lama menghilang, lalu tiba tiba muncul lagi." jelas pria itu lalu permisi untuk pergi.

"Trims..."

Reine menatap Risu yang memegang lengannya. "Aku baru ingat..." ia berkata pelan seraya menatap kerumunan di sana. "...kita tak punya sepeserpun uang." ujar Risu sembari menunjukkan kantong bajunya yang kosong.

Reine menepuk dahinya. "Astaga! Aku lupa soal uang."

"Kukira kau masih menyimpan mata uang di dunia ini?!" Risu menunjukkan wajah cemberutnya dengan kesal.

"Mana ada! Aku bahkan datang ke dunia manusia hanya membawa diri dan pakaian yang aku kenakan! Kukira desamu berada tak jauh dari tempat kita datang."

"Lalu kenapa kau tidak membuka portal langsung ke dekat Magical Forest? "

"Karena aku..." Reine menjeda beberapa saat kalimatnya. "Karena aku masih berharap kerajaanku....kembali normal.."

Risu hanya menghela nafasnya. "Kau sepertinya tipe orang yang gak mudah move on."

"Eeee. Sembarangan!" Reine memberi pukulan pelan ke Risu, dan hanya dibalas dengan tawa geli Risu.

Mereka lanjut berjalan melewati kerumunan cafe.

Dari balik kerumunan itu, ada dua makhluk demihuman yang mulai mengakhiri pertunjukkannya, atau lebih tepatnya sebuah konser terbuka.

"Terima kasih telah menonton konser kami~ kami akan tetap membuka cafe, jadi tenang saja, iya kan Koro-san?" ujar gadis berambut ungu kepada teman disampingnya yang berambut coklat.

"Tentu, Okayu~"

Petualangan Tupai dan MerakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang