Pertemuan Kita

272 22 2
                                    

Hari ini aku dan Ayah berangkat ke sebuah desa yang mungkin masih sangat terbatas dengan teknologi, sebagai anak tunggal dan juga memiliki orang tua tunggal aku mau tidak mau harus mengikuti Ayah ke mana pun beliau pergi. 

Sebelumnya kenalkan, namaku Joan Darmawan usiaku masih 15 tahun dan saat ini aku duduk di bangku kelas tiga Sekolah Menengah Pertama. Prestasiku cukup baik walau aku tidak memiliki teman satu pun di sekolah. Ya, faktanya seperti itu jadi saat ayah harus pergi seperti ini aku tidak merasa ada beban jika harus ikut dengannya. Aku masih bisa menyusul pelajaran dengan baik jika aku pulang nanti ke kota.

Sudah ya, aku memang tampan haha! Kita lanjutkan perjalanan kita, mobil ayah sudah mulai masuk ke dalam desa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah ya, aku memang tampan haha! Kita lanjutkan perjalanan kita, mobil ayah sudah mulai masuk ke dalam desa. Kesan pertama aku melihat daerah ini memang sangat sepi, hanya beberapa rumah sederhana yang aku lihat dan jaraknya cukup jauh dari satu rumah ke rumah lainnya, sisanya juga pepohonan dan jalanan yang sepertinya masih belum ber-aspal.

Benar-benar sunyi dan berbeda dari suasana di kota yang ramai, padahal ini sudah siang dan cukup terik matahari di atas sana.

Aku tak bisa membayangkan akan sehoror apa nanti malam, semoga saja Ayah tidak banyak meninggalkanku di sini.

"Yah, ini memang ga ada sinyal ya?" tanyaku saat internet di ponselku sama sekali tidak bisa berjalan seperti biasanya.

"Yah, ini memang ga ada sinyal ya?" tanyaku saat internet di ponselku sama sekali tidak bisa berjalan seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah sebentar Ayah cek dulu."

Beliau adalah Ayahku, sejak ibuku meninggal saat melahirkanku dia tak pernah ingin memiliki pasangan lagi, padahal masih muda dan aku pun tak keberatan jika Ayah ingin menikah lagi, setidaknya ada yang mengurus Ayah jika nanti sudah tua.

Tapi keputusan memang ada ditangan beliau, katanya hidup dengan anaknya saja sudah cukup.

"Ayah baru ingat, di sini ga ada sinyal tapi listrik sudah ada tenang saja."

Baiklah selama di sini aku akan menyimpan ponselku.

Baiklah selama di sini aku akan menyimpan ponselku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo turun, itu rumah kita."

Rumah yang cukup bagus dan tak sehoror bayanganku, aku segera turun dan menurunkan barang bawaanku dan ayah. Hanya kita berdua, biasanya kalau di kota ada sopir yang membantu kami.

Sudahlah Joan, jangan banyak mengeluh.


.

Dia Nanda by Storyrein

Oktober 2023

.

"Jo, Ayah pergi dulu. Jangan pernah buka pintu buat orang yang ga kamu kenal. Mengerti?"

Aku mengangguk, nyawaku belum terkumpul dan ini masih pukul lima pagi dan Ayah sudah terlihat sangat rapi, katanya proyeknya harus sudah dimulai.

Aku sudah terbiasa dengan hal ini, jadi begitulah tanggapanku dan ayah sudah mengerti. Aku juga tidak mau tahu apa yang Ayah kerjakan, walau pintar otakku belum sampai ke sana.

Layaknya orang tua pada anaknya, Ayah mengecup keningku sebelum pergi.

Sepertinya aku akan tidur lagi sejenak lalu mau lihat-lihat keadaan sekitar rumah.

SRAK!

Suara apa itu? Apakah ada binatang buas? 

Aku segera mengunci pintu dan mengintip dari dalam, sepertinya ada yang harus aku takutkan selain hantu dan orang jahat. Ini desa pasti masih banyak hewan liar, seperti yang biasa aku lihat di televisi.

Ada bayangan putih yang lari, aku harus segera ke kamar dan menyembunyikan diri di dalam selimut! Aku yakin itu hantu.

Besoknya suara itu terdengar lagi dan ada bayangan putih di balik pohon, kalau itu hantu kenapa datangnya nanggung sekali? Ini sudah pagi, fajar sudah terlihat. Aku sengaja bersembunyi, barangkali aku bisa melihat jelas apa bayangan putih itu.

Setelah aku lihat dengan seksama ternyata itu anak kecil, aku bisa jelas melihat wajahnya, ia tersenyum melihat rumahku. Siapa dia dan sedang apa di sini?

"Hai siapa di situ?!" akhirnya aku memberanikan diri memanggilnya, ia langsung berlari menjauh dan aku segera mengejarnya.

"Tunggu sebentar!" 

Dia berhenti dan menoleh padaku, aku mendekat dan akhirnya aku bisa melihat wajahnya dengan sangat jelas. Wajahnya sangat manis dan lucu, bulu matanya sangat cantik. Apalagi saat dia tersenyum aku benar-benar terhipnotis olehnya dan bibirku langsung menarik senyum.

Baju anak itu sangat rapi, jauh lebih rapi dari anak-anak desa yang kemarin aku lihat di jalan.  Apakah mungkin dia anak dari orang yang cukup berada? 

"Hihihi!" 

"Nama saya Nandana, besok saya boleh main ke sini lagi tidak?"

Lucu sekali cara dia memperkenalkan dirinya, aku mengangguk lalu ia kembali berlari menjauh. Aku terus memperhatikannya sampai anak itu menghilang dari pandanganku.

 Aku terus memperhatikannya sampai anak itu menghilang dari pandanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nandana? Nama yang sangat lucu seperti orangnya.

Baiklah aku akan menunggunya besok.


Dia NandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang