Conference and Bontot

1K 3 0
                                    

Dalam hal pekerjaan Shima tidak lari dari melakukan tugas tugas luar …meeting dan
conference menjadi sebahagian daripada tanggungjawab kepada syariket. Dan sambil
enjoy , bagi Shima, bukan cuma untuk mendapatkan pengetahuan baru. Ia juga
mendapatkan banyak relasi baru yang penting dalam business . Apalagi, conference
yang diikuti Shima kali ini di Awana, Genting Highland adalah sebuah conference
bertaraf international atau dunia . Banyak ahli dan eksekutif dari a round the world hadir.
Pada masa istirahat, Shima berkenalan dengan mereka dan saling bertukar business
card Lalu, ada beberapa yang tertarik melanjutkan pembincangan business di tengahari
. Dalam waktu dua hari saja, tas tangannya penuh berisi aneka business card Namun
conference ini juga boleh sangat meletihkan dan sangat membosankan. Terutama
ketika memasuki hari ketiga yang juga hari terakhir ini. Selain bosan oleh topik yang
semakin tidak menarik, Shima juga bosan bertemu orang-orang berpakaian formal,

Conference belum lagi selesai, masih jauh dari penutupan yang akan diadakan pukul 8
malam, tetapi Shima sudah tak tahan lagi. Pukul 11 pagi ia menyelinap ke luar, balik ke
bilik hotel. Dengan cepat ia berganti pakaian, berseluar jeans ketat pendek yang
menampilkan keseksian belakangnya , dan berblaus tanpa lengan, tanpa beha.
Kacamata hitam menambah menawan penampilan ranjang shima ini, dan sebuah topi
baseball Chicago Bull melindungi rambut perangnya dari sengatan matahari Genting.

Dengan teksi, Shima pergi ke Genting Thame Park , lebih jelas lagi ke pub yang dulu
pernah ia kunjungi bersama Blake ketika berhibur . Pub itu memang berada di lokasi
yang hiruk-pikuk, seperti pasar, tetapi Shima menyukainya. Suasana di pub ini penuh
keseronokkan . Percakapan dilakukan seenaknya no formality here! . Pakaian
dikenakan sekenanya. Duduk pun tak pernah diatur-atur. Shima menghenyakkan
tubuhnya di kursi bambu, mengangkat kakinya yang indah seperti layaknya orang kaya
duduk . Gin-tonic segar sudah ada di tangannya, dan seorang lelaki yang terbuka
dadanya sudah jadi teman boraknya.

Tak lama kemudian, lelaki itu bosan dengan Shima, dan digantikan oleh seorang
pelancong Itali yang berbahasa Inggris patah-patah, tetapi sangat tampan seperti
Leornado De Caprio . Ia juga nampak berusaha menampilkan sisi gentleman-nya, tetapi
masih saja tak berhasil menyembunyikan keinginan utamanya: meniduri Shima dengan
sesegera mungkin. Dalam hati Shima tertawa melihat tingkah lakunya.

Lelaki ketiga dan keempat sama saja. Dua-duanya datang dari Amerika, dan duaduanya
dikalah oleh Remy (itulah burunya) Shima, selalu membandingkan lelaki-lelaki
yang ditemuinya. Shima akhirnya menyerah, merasa tidak akan mendapatkan teman
lelaki malam ini, dan memutuskan untuk balik ke hotel untuk makan petang . Hari telah
menunjukkan pukul 2 petang . Bergegas dibayarnya bon minuman, lalu ia melangkah
ringan ke luar pub.

Langkahnya terhenti kira-kira semeter dari pintu.O-my-God, Shima menjerit dalam hati
melihat seorang lelaki yang baru muncul di pintu pub. Rambutnya yang panjang diikat
terkuncir ke belakang, berwarna hitam legam. Seperti hero dalam film seri Renegade.
Hidungnya tidak terlalu mancung, tetapi okeylah dengan wajahnya yang agak persegi.

Pasti ada darah Latin atau Indian di tubuhnya. Matanya tajam seperti burung elang,
dengan alis yang menggores tegas. Bibirnya juga membayangkan ketegasan, dengan
rahang kokoh. Tubuhnya tegap, dan di sebalik baju jelas tersembunyi otot-otot perkasa,
walau tak menonjol-nonjol berlebihan. Shima terkedu, ... hendsome sekali lelaki ini,
dagunya yang terbelah mengingatkan ia pada bintang film Mel Gibson.

"Hi..," siapa si hendsome dengan ringan ketika mereka berkepit "Hello ...., " sahut Shima
sambil melambatkan langkah, lalu dari mulutnya tahu-tahu sudah meluncur kalimat, "...
gorgeous, care for a quick lunch near the balkony "Lelaki itu berhenti melangkah,
memutar tubuhnya perlahan, "Say that again?" katanya sambil memandang tajam tetapi
juga ramah. Shima menahan nafas melihat kedua mata lelaki itu. Begitu memikat, dan
begitu seksi! "I said I was going for a lunch in a restourant near the balkony ," jawab
Shima sambil menyunggingkan senyuman termanisnya. "And...?," lelaki itu berjalan
mendekat, menelengkan kepalanya dengan gaya menawan.

ShimaWhere stories live. Discover now