PERTEMUAN

691 2 0
                                    

Di sebuah kota, hiduplah dua anak kecil yang bernama Ila naxlyn dan Elio Maxwell. Ila adalah seorang gadis kecil yang manis dan pemalu. Dia selalu ditemani oleh ayunannya setiap sore di taman kota. Sementara Elio, dia adalah seorang anak laki-laki yang penuh semangat dan suka bermain bola. Meski mereka berdua sering berada di taman yang sama, mereka belum pernah berbicara satu sama lain.

Suatu hari, teman-teman Elio tidak datang ke taman, dan Elio memutuskan untuk bermain bola sendirian. Di saat yang sama, Ila sedang bermain ayunan seperti biasa. Seketika bola Elio meluncur jauh dan mendarat di dekat Ila, Ila pun mengambil bola tersebut, dan inilah saat pertama kali mereka berinteraksi.

"Hai namaku Elio, itu bola punya aku, nama kamu siapa?" tanya Elio dengan ramah sambil berjalan mendekati Ila.

"Aku Ila, oiya nih bola kamu," jawab Ila sambil menyerahkan bola milik Elio.

Melihat itu Elio pun mengajak Ila untuk bermain bola bersamanya. Walaupun Ila perempuan, dia tak segan menerima ajakan Elio untuk bermain bola.

Elio yakin Ila pasti masih kelas 2 atau 3 SD, terlihat dari tubuh Ila yang masih kecil dan lucu. Elio sendiri masih kelas 6 SD.

"Hahaha kamu kalah lagi," ejek Ila kepada Elio, karena Ila sudah mencetak gol 3 kali.

"Huff, iya nih kamu jago banget mainnya," jawab Elio sambil tersenyum. Sebenarnya tak susah bagi Elio untuk mengalahkan Ila, hanya saja Elio ingin Ila merasa senang dengan mendapatkan kemenangan.

"Iya dong, Ila nih boss!" ucap Ila dengan bangga.

"Iya iya," balas Elio tersenyum dengan mengelus rambut Ila dengan lembut.

"Besok main lagi mau gak? Besok kita main masak-masakan gimana?" ucap Elio.

"Hah, serius? Mau mauu, besok sore kita ketemu di taman ini lagi yaa," jawab Ila antusias.

"Siap bocil," kata Elio sambil mencubit pipi Ila dengan gemas.

"Aku bukan bocil ihh," kata Ila sambil menepis pelan tangan Elio.

"Iya iya, bukan bocil, tapi pendek, hahaha."

"Aku bukan pendek yaa, ini karena aku masih kecil jadinya belum tinggi. Kata papa, nanti kalo udah besar bakal tinggi juga, huh," kata Ila sambil melipat kedua tangannya di dada.

Elio yang semakin gemas dengan tingkah Ila hanya dapat tersenyum. Ingin rasanya dia menggigit pipi tembem gadis itu, hanya saja dia takut Ila risih, apalagi mereka baru bertemu.

"Oh iya, aku tinggal di gang cemara, no 24," kata Elio.

"Emm, aku tinggal di gang melati," ujar Ila.

Gang cemara dan gang melati berdampingan.

"Kamu kelas berapa, Ila?" tanya Elio.

"Aku kelas 6 SD," ujar Ila.

Elio cukup terkejut dengan jawaban Ila. Elio kira Ila masih kelas 2 atau 3 SD karena postur tubuh Ila yang masih kecil.

"Iya udah, besok kita ketemu di sini lagi ya," ujar Ila sambil berjalan, berniat pulang.

"Iya Ila, dadahh," ucap Elio sambil melambaikan tangannya.

Ila pun membalas lambaian tangan Elio.

Hari-hari berikutnya, Elio dan Ila menjadi tak terpisahkan. Mereka bermain bola, masak-masakan, dan bahkan berpetualang mencari kupu-kupu di taman. Elio selalu membuat Ila tertawa dengan lelucon dan tingkah lakunya yang lucu, sementara Ila selalu berhasil membuat Elio kagum dengan keberaniannya.

Sejak saat itu, rumah Ila menjadi tempat bermain favorit mereka. Hampir setiap sore, Elio akan datang ke rumah Ila, membawa bola atau mainan lainnya. Mereka bermain di halaman rumah, kadang berlari kejar-kejaran atau bermain petak umpet. Elio juga sering membantu Ila belajar, mereka duduk bersama di meja belajar Ila, membaca buku dan menyelesaikan PR.

Orangtua Ila, yang awalnya khawatir dengan kedekatan mereka, akhirnya merasa lega. Mereka melihat bagaimana Elio selalu menjaga dan melindungi Ila, dan bagaimana Ila tampak lebih bahagia dan percaya diri sejak berteman dengan Elio.

Tak hanya bermain dan belajar, mereka juga sering makan bersama. Ibunya Ila sering memasak makanan kesukaan mereka, dan mereka akan makan bersama di meja makan, bercerita tentang hari mereka sambil tertawa dan berbagi cerita. Mereka seperti saudara, dan rumah Ila menjadi rumah kedua bagi Elio.

Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang